Bulog Akan Jual Beras Sachet Ukuran 250 Gram
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama (Dirut) Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Budi Waseso memiliki rencana untuk menjual beras secara renceng (sachet) dengan ukuran 200 hingga 250 gram. Hal ini semata untuk menjalankan perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar ketersediaan beras sampai di tingkat masyarakat paling bawah.
Dia mengaku ingin beras bisa dijual seperti kopi atau indomie dengan ukuran kecil. Dengan begitu, masyarakat berpenghasilan rendah pun bisa membelinya dengan mudah.
"Saya berpikir bagaimana caranya sampai tingkat bawah bahwa beras ada seperti kopi dan indomie itu ada. Saya bilang akhirnya, coba kita kemas beras set-setan atau beras rencengan yang 200-250 gram. Jadi masyarakat penghasilan rendah, dia punya uang Rp2.000 saja bisa makan nasi," katanya saat melakukan audiensi dengan media di kantornya, Jakarta, Senin (14/5/2018).
Menurutnya, cara ini juga cukup efektif untuk meminimalisir gerakan mafia pangan yang membeli beras dalam jumlah besar dan kemudian menimbunnya, sehingga harga menjadi mahal. Bulog pun akan tetap menjamin kualitas beras renceng tersebut terjaga dengan baik.
"Jadi nanti enggak ada lagi mafia pangan bisa beli beras borong rame-rame. Ini pemikiran solusi yang pelru kita lakukan, jadi kedepan beras ada dimana-mana. Jadi nanti rawan beras nggak ada. Rawan nasi nggak ada. Tapi kita jamin kualitasnya," imbuh dia.
Mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) ini menegaskan, ide untuk mengeluarkan beras sachet tersebu tidak bersifat darurat dan bukan karena kasus busung lapar yang terjadi di Indonesia belakangan ini. Dia hanya menginginkan, beras bisa dijangkau hingga ke masyarakat paling bawah.
"Dasar beras renceng bukan karena sifatnya emergensi. Saya hanya berpikir, sekarang kita mau makan dan minum apa aja sudah ada di warung. Mau minum kopi apa sudah ada di warung. Nah beras ini harusnya kayak gitu pemikiran saya. Hari ini saya mau makan nasi, saya nggak bisa beli beras satu kilo. Jadi bisa beli dua ribu. Sekaligus mengurangi mafia beras itu. Dia nggak bisa timbun jadinya," tandasnya.
Dia mengaku ingin beras bisa dijual seperti kopi atau indomie dengan ukuran kecil. Dengan begitu, masyarakat berpenghasilan rendah pun bisa membelinya dengan mudah.
"Saya berpikir bagaimana caranya sampai tingkat bawah bahwa beras ada seperti kopi dan indomie itu ada. Saya bilang akhirnya, coba kita kemas beras set-setan atau beras rencengan yang 200-250 gram. Jadi masyarakat penghasilan rendah, dia punya uang Rp2.000 saja bisa makan nasi," katanya saat melakukan audiensi dengan media di kantornya, Jakarta, Senin (14/5/2018).
Menurutnya, cara ini juga cukup efektif untuk meminimalisir gerakan mafia pangan yang membeli beras dalam jumlah besar dan kemudian menimbunnya, sehingga harga menjadi mahal. Bulog pun akan tetap menjamin kualitas beras renceng tersebut terjaga dengan baik.
"Jadi nanti enggak ada lagi mafia pangan bisa beli beras borong rame-rame. Ini pemikiran solusi yang pelru kita lakukan, jadi kedepan beras ada dimana-mana. Jadi nanti rawan beras nggak ada. Rawan nasi nggak ada. Tapi kita jamin kualitasnya," imbuh dia.
Mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) ini menegaskan, ide untuk mengeluarkan beras sachet tersebu tidak bersifat darurat dan bukan karena kasus busung lapar yang terjadi di Indonesia belakangan ini. Dia hanya menginginkan, beras bisa dijangkau hingga ke masyarakat paling bawah.
"Dasar beras renceng bukan karena sifatnya emergensi. Saya hanya berpikir, sekarang kita mau makan dan minum apa aja sudah ada di warung. Mau minum kopi apa sudah ada di warung. Nah beras ini harusnya kayak gitu pemikiran saya. Hari ini saya mau makan nasi, saya nggak bisa beli beras satu kilo. Jadi bisa beli dua ribu. Sekaligus mengurangi mafia beras itu. Dia nggak bisa timbun jadinya," tandasnya.
(akr)