Aksi Teror Gerus Kepercayaan Investor Pasar Modal
A
A
A
JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan, kepercayaan investor pasar modal semakin turun. Penyebabnya yakni berbagai aksi teror yang terjadi di Indonesia mulai dari pengeboman di Surabaya hingga yang teranyar penyerangan Mapolda Riau pagi ini.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat mengatakan, persepsi yang muncul di benak investor adalah investasi di Indonesia kurang aman. Sehingga, berbagai keputusan dikhawatirkan akan tertunda ataupun dibatalkan.
"Pelemahan (IHSG) ini persepsi dengan makin banyak gangguan keamanan, maka persepsi makin menurun. Mempengaruhi keputusan investor karena tak hanya fundamental emiten (bagus), tapi persepsi ekonomi makro dan keamanan negara ini yang kita jaga supaya investasi mereka tidak terhambat," ujarnya di Jakarta, Rabu (16/5/2018).
Samsul menjelaskan, aksi jual terjadi di pasar saham setelah adanya aksi teror. Namun jumlahnya tidak terlalu signifikan bila dibanding sejak awal tahun. "Kalau merasa lihat pertumbuhan makro (baik), tapi dipengaruhi keamanan. Ini ambil keputusan jual lebih dahulu, tapi jangan lihat hari per hari, year to date market turun 7%-8%, enggak sebesar yang dibayangkan," terang dia.
Menurutnya, pemerintah sudah sekuat tenaga memberikan persepsi positif ke investor dari sisi ekonomi makro. Sayangnya ini tidak diimbangi dengan nilai tukar rupiah yang masih dalam tren melemah.
"Fundamental ekonomi, pemerintah meyakinkan bahwa moneter, fiskal dan sebagainya cukup oke. Mungkin ada pengaruh mata uang, tapi persepsi penurunan rupiah terhadap mata uang asing enggak hanya di Indonesia, di negara lain juga," pungkasnya.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat mengatakan, persepsi yang muncul di benak investor adalah investasi di Indonesia kurang aman. Sehingga, berbagai keputusan dikhawatirkan akan tertunda ataupun dibatalkan.
"Pelemahan (IHSG) ini persepsi dengan makin banyak gangguan keamanan, maka persepsi makin menurun. Mempengaruhi keputusan investor karena tak hanya fundamental emiten (bagus), tapi persepsi ekonomi makro dan keamanan negara ini yang kita jaga supaya investasi mereka tidak terhambat," ujarnya di Jakarta, Rabu (16/5/2018).
Samsul menjelaskan, aksi jual terjadi di pasar saham setelah adanya aksi teror. Namun jumlahnya tidak terlalu signifikan bila dibanding sejak awal tahun. "Kalau merasa lihat pertumbuhan makro (baik), tapi dipengaruhi keamanan. Ini ambil keputusan jual lebih dahulu, tapi jangan lihat hari per hari, year to date market turun 7%-8%, enggak sebesar yang dibayangkan," terang dia.
Menurutnya, pemerintah sudah sekuat tenaga memberikan persepsi positif ke investor dari sisi ekonomi makro. Sayangnya ini tidak diimbangi dengan nilai tukar rupiah yang masih dalam tren melemah.
"Fundamental ekonomi, pemerintah meyakinkan bahwa moneter, fiskal dan sebagainya cukup oke. Mungkin ada pengaruh mata uang, tapi persepsi penurunan rupiah terhadap mata uang asing enggak hanya di Indonesia, di negara lain juga," pungkasnya.
(akr)