E-Commerce Bantu Entaskan Kemiskinan di Daerah 3 T
A
A
A
JAKARTA - Pertumbuhan e-commerce di Indonesia sangat pesat hingga bisa menjangkau pelosok. Pemerintah pun meyakini bisnis digital ini bisa membantu mengentaskan kemiskinan hingga kawasan 3T.
Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Sri Adiningsih mengatakan, program pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan hingga daerah 3 T akan sangat terbantu dengan adanya e-commerce. Dia mengatakan, memang perusahaannya berdiri banyak di Pulau Jawa namun transaksi penjualan mereka bisa mengkover hingga pelosok.
''Jadi memang ini (e-commerce) bisa menjadi jalan pintas Indonesia untuk mengurangi kemiskinan dan ketimpangan hingga 3T,'' katanya usai seminar Cloud Computing: Dengan Cluod Computing Menuju 2020, Indonesia Sebagai Digital Powerhouse Asia yang diselenggarakan Universitas Gajah Mada di Jakarta, Rabu (16/5/2018).
Ekonom Unversitas Gajah Mada ini melanjutkan, jika dicermati maka dapat dilihat startup-startup unicorn seperti GoJek juga bisa mengurangi jumlah pengangguran. Sebab, ujarnya, dengan bergabung menjadi ojek online maka masyarakat di kawasan terpelosok itupun bisa mendapat pekerjaan sampingan yang penghasilannya sangat lumayan.
Sementara perusahaan e-commerce seperti Tokopedia yang memiliki 3 juta mitra penjual atau Bukalapak yang memiliki 2 juta mitra, juga menjadi potensi besar pengentasan kemiskinan.
''Belum lagi banyak masyarakat yang berjualan di Instagram dan Facebook. Yang belanja di keduanya itu banyak dan tidak bisa didata. Ini potensinya besar sekali jika kita ingin mengurangi kemiskinan dan ketimpangan di pedesaan dan 3T,'' ujar Sri.
Mengenai sarana prasarana yang masih terbatas, Sri menjelaskan, saat ini sarananya tengah digarap oleh pemerintah. Misalnya saja listrik, saat ini PLN sudah mewujudkan 95% elekrifikasi di seluruh Indonesia. Harapannya tahun depan akan mencapai 100 %.
Selain itu, internet sudah digarap hingga pedesaan. Dia mengungkapkan, sudah 70% kelurahan di Indonesia layanan internetnya sudah 3G dan 4G.
Sri mengatakan, semua kementerian/lembaga pun sudah bekerja agar ekonomi digital dan juga infrastruktur pendukungnya bisa lebih dikembangkan. Misalnya ada program pelatihan menjadi startup untuk UMKM dan masyarakat. Dimana outputnya sudah ada yang menjadi startup dengan market internasional.
''Dengan ekonomi digital ini menjadi salah satu poin yang mudah dan mestinya murah untuk mengembangkan pembangunan di seluruh Indonesia,'' jelasnya.
Alhasil, Sri optimis Indonesia akan menjadi digital powerhub terbesar di ASEAN. Sebab dari tujuh startup unicorn terbesar di ASEAN, empat diantaranya ada di Indoensia yakni GoJek, Traveloka, Tokopedia dan Bukalapak. Perkembangan startup di sejumlah daerah pun, katanya, tengah merangkak. Tidak hanya generasi muda di Jakarta dan Pulau Jawa saja yang mendirikan startup juga anak muda di daerah lain sudah mulai membangun bisnis digital ini.
Diketahui, Presiden Joko Widodo ingin Indonesia tampil sebagai pelaku ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020 nanti. Bekal ini pun disokong dengan kekuatan 132,7 juta pengguna internet serta 92 juta pengguna gawai aktif di tanah air.
Direktur Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Gajah Mada Eduardus Tandelilin mengatakan, komponen kunci untuk meningkatkan perkembangan ekonomi digital di masa depan adalah mengadopsi penggunaan teknologi digital.
Dia menyebutkan, cloud computing yang didalamnya menggunakan penyimpanan data terukur, komputasi dan pemrosesan melalui Artifial Intelligence (AI), Machine Learning (ML), Internet of Things (IoT) serta sejumlah sarana penunjang lain.
''Dengan seminar ini akan mampu mengedukasi publik terkait dengan keberadaan cloud computing sebagai infrastruktur pendukung bisnis di masa depan,'' katanya.
Guru besar ilmu ekonomi UGM ini menerangkan, cloud computing ini sangat membantu perkembangan budaya inovasi di seluruh skala bisnis. Sekaligus juga memberikan akses untuk berinovasi dengan teknologi termurah dan tercepat.
Dia berharap, dengan adanya seminar ini bisa mendorong pihak pemerintah untuk mendukung setiap kebijakan keamanan dan dapat diandalkan atas pemakaian infrastruktur digital yang digunakan oleh sektor publik dan swasta. Lalu untuk pelaku usaha lokal skala besar, menengah dan kecil diharapkan pula akan terbukanya akses dan menggunakan infrastruktur digital yang tersedia.
''Melalui seminar ini pertanyaan seperti pemenuhan keamanan dan kepemilikan data dengan penggunaan teknologi cloud computing bisa terjawab,'' jelasnya.
Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Sri Adiningsih mengatakan, program pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan hingga daerah 3 T akan sangat terbantu dengan adanya e-commerce. Dia mengatakan, memang perusahaannya berdiri banyak di Pulau Jawa namun transaksi penjualan mereka bisa mengkover hingga pelosok.
''Jadi memang ini (e-commerce) bisa menjadi jalan pintas Indonesia untuk mengurangi kemiskinan dan ketimpangan hingga 3T,'' katanya usai seminar Cloud Computing: Dengan Cluod Computing Menuju 2020, Indonesia Sebagai Digital Powerhouse Asia yang diselenggarakan Universitas Gajah Mada di Jakarta, Rabu (16/5/2018).
Ekonom Unversitas Gajah Mada ini melanjutkan, jika dicermati maka dapat dilihat startup-startup unicorn seperti GoJek juga bisa mengurangi jumlah pengangguran. Sebab, ujarnya, dengan bergabung menjadi ojek online maka masyarakat di kawasan terpelosok itupun bisa mendapat pekerjaan sampingan yang penghasilannya sangat lumayan.
Sementara perusahaan e-commerce seperti Tokopedia yang memiliki 3 juta mitra penjual atau Bukalapak yang memiliki 2 juta mitra, juga menjadi potensi besar pengentasan kemiskinan.
''Belum lagi banyak masyarakat yang berjualan di Instagram dan Facebook. Yang belanja di keduanya itu banyak dan tidak bisa didata. Ini potensinya besar sekali jika kita ingin mengurangi kemiskinan dan ketimpangan di pedesaan dan 3T,'' ujar Sri.
Mengenai sarana prasarana yang masih terbatas, Sri menjelaskan, saat ini sarananya tengah digarap oleh pemerintah. Misalnya saja listrik, saat ini PLN sudah mewujudkan 95% elekrifikasi di seluruh Indonesia. Harapannya tahun depan akan mencapai 100 %.
Selain itu, internet sudah digarap hingga pedesaan. Dia mengungkapkan, sudah 70% kelurahan di Indonesia layanan internetnya sudah 3G dan 4G.
Sri mengatakan, semua kementerian/lembaga pun sudah bekerja agar ekonomi digital dan juga infrastruktur pendukungnya bisa lebih dikembangkan. Misalnya ada program pelatihan menjadi startup untuk UMKM dan masyarakat. Dimana outputnya sudah ada yang menjadi startup dengan market internasional.
''Dengan ekonomi digital ini menjadi salah satu poin yang mudah dan mestinya murah untuk mengembangkan pembangunan di seluruh Indonesia,'' jelasnya.
Alhasil, Sri optimis Indonesia akan menjadi digital powerhub terbesar di ASEAN. Sebab dari tujuh startup unicorn terbesar di ASEAN, empat diantaranya ada di Indoensia yakni GoJek, Traveloka, Tokopedia dan Bukalapak. Perkembangan startup di sejumlah daerah pun, katanya, tengah merangkak. Tidak hanya generasi muda di Jakarta dan Pulau Jawa saja yang mendirikan startup juga anak muda di daerah lain sudah mulai membangun bisnis digital ini.
Diketahui, Presiden Joko Widodo ingin Indonesia tampil sebagai pelaku ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020 nanti. Bekal ini pun disokong dengan kekuatan 132,7 juta pengguna internet serta 92 juta pengguna gawai aktif di tanah air.
Direktur Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Gajah Mada Eduardus Tandelilin mengatakan, komponen kunci untuk meningkatkan perkembangan ekonomi digital di masa depan adalah mengadopsi penggunaan teknologi digital.
Dia menyebutkan, cloud computing yang didalamnya menggunakan penyimpanan data terukur, komputasi dan pemrosesan melalui Artifial Intelligence (AI), Machine Learning (ML), Internet of Things (IoT) serta sejumlah sarana penunjang lain.
''Dengan seminar ini akan mampu mengedukasi publik terkait dengan keberadaan cloud computing sebagai infrastruktur pendukung bisnis di masa depan,'' katanya.
Guru besar ilmu ekonomi UGM ini menerangkan, cloud computing ini sangat membantu perkembangan budaya inovasi di seluruh skala bisnis. Sekaligus juga memberikan akses untuk berinovasi dengan teknologi termurah dan tercepat.
Dia berharap, dengan adanya seminar ini bisa mendorong pihak pemerintah untuk mendukung setiap kebijakan keamanan dan dapat diandalkan atas pemakaian infrastruktur digital yang digunakan oleh sektor publik dan swasta. Lalu untuk pelaku usaha lokal skala besar, menengah dan kecil diharapkan pula akan terbukanya akses dan menggunakan infrastruktur digital yang tersedia.
''Melalui seminar ini pertanyaan seperti pemenuhan keamanan dan kepemilikan data dengan penggunaan teknologi cloud computing bisa terjawab,'' jelasnya.
(ven)