Dolar Amerika Serikat Menang Lima Hari Beruntun

Sabtu, 19 Mei 2018 - 06:02 WIB
Dolar Amerika Serikat Menang Lima Hari Beruntun
Dolar Amerika Serikat Menang Lima Hari Beruntun
A A A
NEW YORK - Dolar Amerika Serikat (USD) menguat ke level tertinggi lima bulan terhadap sekeranjang mata uang utama dunia pada Jumat waktu AS. Semakin berkibarnya dolar disebabkan melemahnya euro lantaran investor cemas atas kemenangan kelompok sayap kanan di Italia.

Melansir Reuters, Sabtu (19/5/2018), indeks USD yang mengukur greenback terhadap enam mata uang dunia, naik 0,10% ke level 93,64. Dengan hasil ini maka USD meraih kemenangan beruntun selama lima hari. Dan sepekan ini, USD sudah naik 1,3%. Secara total, mata uang George Washington telah meningkat 5% sejak pertengahan Februari 2018.

Kemenangan USD membuat euro jatuh ke level USD1,1753. Mata uang Uni Eropa ini telah menurun hampir 1,2% terhadap USD dalam sepekan ini, merupakan penurunan terburuk sejak 2015.

Kemenangan 5-Star Movement di Italia menjadi kabar tidak sedap bagi Uni Eropa. Gabungan partai-partai sayap kanan di Italia ini memang tidak senang dengan sikap liberal Uni Eropa. Italia sendiri menyumbang 15,4% dari PDB Uni Eropa namun tidak memberi dampak positif bagi Negeri Pizza.

Italia yang merupakan pendiri Uni Eropa bahkan berencana mengikuti Inggris untuk meninggalkan lembaga tersebut. Sikap tersebut membuat lembaga pemeringkat DBRS mengancam akan menurunkan rating kredit negara Italia.

"Pemerintahan yang anti Uni Eropa di Roma bisa mengguncang kepercayaan investor. Pada titik ini dapat membuat defisit fiskal yang lebih besar," kata ahli strategi keuangan di CMC Markets David Madden.

Reli USD pada Jumat waktu AS juga membuatnya naik 0,2% terhadap yen Jepang menjadi 110,74 yen. Hal ini didukung oleh kenaikan imbal hasil Treasury 10-tahun AS menjadi 3,06%. Hasil ini menunjukkan prospek ekonomi yang optimis bagi Negeri Paman Sam.

Hanya saja, Kepala Ahli Strategi Mata Uang Scotiabank, Shaun Osborne mengatakan reli dolar bersifat sementara. "Saya melihat kenaikan dolar sebagai masalah sementara karena ada kekhawatiran di Eropa, dimana pertumbuhan ekonominya melambat dan munculnya ketidakpastian di sana," ujarnya.

Sementara itu, Citibank mengatakan reli dolar tidak akan bertahan lama. Mereka mengatakan defisit anggaran AS diproyeksikan bubble hingga lebih USD1 triliun pada 2019 mendatang. Hal ini bisa menurunkan indeks dolar AS di masa datang.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3900 seconds (0.1#10.140)