China dan Amerika Serikat Hentikan Penerapan Tarif Impor Tinggi
A
A
A
BEIJING - China dan Amerika Serikat (AS) mengatakan bakal menghentikan pemberlakukan tarif impor yang sifatnya memberatkan, untuk menjadi angin segar terhindarnya perang dagang antara kedua ekonomi terbesar di dunia. Belakangan kedua pihak melontarkan pernyataan siap membuka negosiasi, demi terhindar dari perang dagang.
Seperti dilansir BBC, kesepakatan terjadi setelah pembicaraan di AS bertujuan membujuk China untuk membeli barang dan jasa dari Negeri Paman Sam -julukan AS- senilai USD200 miliar dan dengan demikian diyakini dapat mengurangi ketidakseimbangan perdagangan. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin tidak memberikan angka yang pasti, tapi mengatakan AS bakal memberlakukan tarif impor senilai USD150 miliar jika China tidak melaksanakan perjanjian tersebut.
Sementara Wakil Perdana Menteri China Liu He menggambarkan kesepakatan itu sebagai pilihan win-win. Menurutnya dialog merupakan cara untuk menyelesaikan masalah tersebut dan membuat kondisi dengan tenang di masa depan. Seperti diketahui belakangan AS dan China kerap saling membalas terkait pengenaan tarif impor barang yang dapat memicu perang dagang.
Pemerintah AS ingin China lebih banyak membuka peluang ekonomi lebih luas buat bisnis AS. Hal ini lantaran AS mempunyai defisit perdagangan tahunan terbesar mencapai USD335 miliar dengan Beijing. Karena itu Trump menetapkan target pemotongan defisit barang dengan China sebesar USD100 miliar
Sebelum terpilih, Presiden Donald Trump telah berbicara tentang China bahwa telah "memperkosa" AS dan berjanji akan melabelinya sebagai manipulator mata uang pada hari pertamanya di kantor. Hal itu memang batal terjadi, tapi Ia memerintahkan peninjauan terhadap ketidakseimbangan perdagangan Agustus lalu. Lantas mereka menemukan berbagai praktik yang diklaim tidak adil di China.
Termasuk pembatasan kepemilikan asing yang menekan perusahaan asing untuk mentransfer teknologi, sikap tidak adil dialami pada perusahaan AS, investasi Cina di industri strategis AS dan serangan cyber China. Pada bulan Maret tahun ini, Trump mengumumkan rencana untuk memberlakukan tarif pada impor Cina - terutama baja dan aluminium.
Pemerintahan China pun menanggapi dengan rencana tersebut dengan menargetkan tarif impor produk di antaranya pesawat, kedelai, mobil, anggur, buah dan kacang senilai USD3 miliar. Pemerintahan China pun memperingatkan kalau dapat membalas lebih jauh terhadap AS.
Namun dalam dua hari pembicaraan yang berakhir pada Jumat, kemarin di Washington DC. Mnuchin mengatakan, bahwa China akan membeli lebih banyak barang dari AS sehingga secara substansial mengurangi defisit perdagangan. Angka-angka konkrit telah disetujui, katanya, meskipun Ia menolak mengungkapkan jika ini berarti China membeli USD200 miliar sebagai imbalan atas ancaman AS dicabut.
Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross akan melakukan perjalanan ke China segera, katanya, untuk menyusun rincian dalam perjanjian tersebut yang akan melibatkan industri, bukan hanya kedua pemerintah. "Kami sedang menunda perang dagang. Saat ini kami sepakat untuk menunda penangguhan tarif sementara, kami mencoba mengeksekusi kerangka kerja dari perjanjian itu," papar Mnuchin.
Seperti dilansir BBC, kesepakatan terjadi setelah pembicaraan di AS bertujuan membujuk China untuk membeli barang dan jasa dari Negeri Paman Sam -julukan AS- senilai USD200 miliar dan dengan demikian diyakini dapat mengurangi ketidakseimbangan perdagangan. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin tidak memberikan angka yang pasti, tapi mengatakan AS bakal memberlakukan tarif impor senilai USD150 miliar jika China tidak melaksanakan perjanjian tersebut.
Sementara Wakil Perdana Menteri China Liu He menggambarkan kesepakatan itu sebagai pilihan win-win. Menurutnya dialog merupakan cara untuk menyelesaikan masalah tersebut dan membuat kondisi dengan tenang di masa depan. Seperti diketahui belakangan AS dan China kerap saling membalas terkait pengenaan tarif impor barang yang dapat memicu perang dagang.
Pemerintah AS ingin China lebih banyak membuka peluang ekonomi lebih luas buat bisnis AS. Hal ini lantaran AS mempunyai defisit perdagangan tahunan terbesar mencapai USD335 miliar dengan Beijing. Karena itu Trump menetapkan target pemotongan defisit barang dengan China sebesar USD100 miliar
Sebelum terpilih, Presiden Donald Trump telah berbicara tentang China bahwa telah "memperkosa" AS dan berjanji akan melabelinya sebagai manipulator mata uang pada hari pertamanya di kantor. Hal itu memang batal terjadi, tapi Ia memerintahkan peninjauan terhadap ketidakseimbangan perdagangan Agustus lalu. Lantas mereka menemukan berbagai praktik yang diklaim tidak adil di China.
Termasuk pembatasan kepemilikan asing yang menekan perusahaan asing untuk mentransfer teknologi, sikap tidak adil dialami pada perusahaan AS, investasi Cina di industri strategis AS dan serangan cyber China. Pada bulan Maret tahun ini, Trump mengumumkan rencana untuk memberlakukan tarif pada impor Cina - terutama baja dan aluminium.
Pemerintahan China pun menanggapi dengan rencana tersebut dengan menargetkan tarif impor produk di antaranya pesawat, kedelai, mobil, anggur, buah dan kacang senilai USD3 miliar. Pemerintahan China pun memperingatkan kalau dapat membalas lebih jauh terhadap AS.
Namun dalam dua hari pembicaraan yang berakhir pada Jumat, kemarin di Washington DC. Mnuchin mengatakan, bahwa China akan membeli lebih banyak barang dari AS sehingga secara substansial mengurangi defisit perdagangan. Angka-angka konkrit telah disetujui, katanya, meskipun Ia menolak mengungkapkan jika ini berarti China membeli USD200 miliar sebagai imbalan atas ancaman AS dicabut.
Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross akan melakukan perjalanan ke China segera, katanya, untuk menyusun rincian dalam perjanjian tersebut yang akan melibatkan industri, bukan hanya kedua pemerintah. "Kami sedang menunda perang dagang. Saat ini kami sepakat untuk menunda penangguhan tarif sementara, kami mencoba mengeksekusi kerangka kerja dari perjanjian itu," papar Mnuchin.
(akr)