Rupiah Melemah, Limas Rugi Kurs Rp3 Miliar
A
A
A
JAKARTA - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) hingga sempat menembus di atas Rp14.000 per USD, membuat PT Limas Indonesia Makmur Tbk (LMAS) merugi kurs. LMAS mengalami tekor hingga Rp3 miliar.
Sekretaris Perusahaan Limas Indonesia Baso Amir mengatakan, asumsi rupiah ketika perusahaan membeli lisensi aplikasi berada di level Rp11.200 per USD, namun sekarang sudah melebihi itu.
"Ketika kita beli lisensi produk, kami beli di kurs Rp11.200 per USD pada empat tahun lalu. Sementara ketika menuju di atas Rp14.000 per USD, disesuaikan ke pemasok," ujarnya di Jakarta, Senin (4/6/2018).
Sementara, Baso menjelaskan, sekarang ketika kurs di angka Rp14.000 per USD, pihaknya tidak bisa lagi memakai harga awal. Sehingga harus menggunakan kurs terbaru.
"Sekarang ketika dijual di atas Rp14.000 per USD, tidak bisa di-adjust ke klien. Harga yang kami bayar sesuai kurs terbaru," katanya.
Baso menjelaskan, sumber pendapatan perusahaan masih sama seperti tahun lalu, yakni paling besar dari jasa dan layanan konsultasi teknologi informasi (TI), penjualan perangkat keras serta perangkat lunak dan informasi keuangan (StockWatch), termasuk portal e-Bursa.
Dengan tiga sumber pendapatan utama itu, dia menyampaikan, perusahaan membidik penjualan dan laba bersih naik 7% pada tahun ini dari sebelumnya 28%.
Menurutnya, penurunan terjadi karena biaya keuangan naik besar per Maret 2018, dengan adanya pelemahan rupiah. "Rugi kurs Rp3 miliar itu baru tiga bulan. Sementara sepanjang tahun lalu Rp4,6 miliar, ini tiga bulan Rp3 miliar," tutur dia.
Sekretaris Perusahaan Limas Indonesia Baso Amir mengatakan, asumsi rupiah ketika perusahaan membeli lisensi aplikasi berada di level Rp11.200 per USD, namun sekarang sudah melebihi itu.
"Ketika kita beli lisensi produk, kami beli di kurs Rp11.200 per USD pada empat tahun lalu. Sementara ketika menuju di atas Rp14.000 per USD, disesuaikan ke pemasok," ujarnya di Jakarta, Senin (4/6/2018).
Sementara, Baso menjelaskan, sekarang ketika kurs di angka Rp14.000 per USD, pihaknya tidak bisa lagi memakai harga awal. Sehingga harus menggunakan kurs terbaru.
"Sekarang ketika dijual di atas Rp14.000 per USD, tidak bisa di-adjust ke klien. Harga yang kami bayar sesuai kurs terbaru," katanya.
Baso menjelaskan, sumber pendapatan perusahaan masih sama seperti tahun lalu, yakni paling besar dari jasa dan layanan konsultasi teknologi informasi (TI), penjualan perangkat keras serta perangkat lunak dan informasi keuangan (StockWatch), termasuk portal e-Bursa.
Dengan tiga sumber pendapatan utama itu, dia menyampaikan, perusahaan membidik penjualan dan laba bersih naik 7% pada tahun ini dari sebelumnya 28%.
Menurutnya, penurunan terjadi karena biaya keuangan naik besar per Maret 2018, dengan adanya pelemahan rupiah. "Rugi kurs Rp3 miliar itu baru tiga bulan. Sementara sepanjang tahun lalu Rp4,6 miliar, ini tiga bulan Rp3 miliar," tutur dia.
(ven)