Lebaran, Apkrindo Berharap Bisnis Kuliner Tumbuh 34%

Sabtu, 09 Juni 2018 - 01:42 WIB
Lebaran, Apkrindo Berharap...
Lebaran, Apkrindo Berharap Bisnis Kuliner Tumbuh 34%
A A A
SURABAYA - Setelah sempat menurut tajam akibat peristiwa ledakan bom bunuh diri di Surabaya Minggu (13/5/2018) lalu, Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran (Apkrindo) Jawa Timur (Jatim) mengharapkan momentum Ramadhan dan Lebaran tahun ini dapat mendongkrak kinerja kafe dan resto hingga 34%.

Menurut Ketua Apkrindo Jatim Tjahjono Haryono,kondisi bisnis kafe dan restoran saat ini sedang mengalami pertumbuhan pesat pasca tragedi bom bunuh diri yang menewaskan pelaku yang juga sekeluarga tersebut. Awalnya, dalam sepekan pertama setelah bom, bisnis kafe resto anjlok 70%-80% terutama yang berada di dalam pusat perbelanjaan (mal).

Sehingga, saat ini merupakan momentum yang baik bagi pengusaha kuliner. "Sebab, libur Lebaran cukup panjang, yakni mencapai dua minggu. Ditambah lagi dengan libur sekolah yang diperkirakan hingga pertengahan bulan depan," katanya, Jumat (8/6/2018).

Setelah ledakan bom pada Minggu (13/5/2018), warga Surabaya tidak berani keluar rumah. Jalanan lengang dan pusat perbelanjaanpun sepi pengunjung. Akhirnya, tiga hari berikutnya, baik pemerintah kota maupun provinsi bersama instansi terkait, mengkampanyekan Surabaya aman.

Bahkan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyempatkan diri mengunjungi sejumlah mal untuk mengkampanyekan Surabaya aman. "Setelah itu kondisi langsung pulih dan terjadi peningkatan sampai 50% pada pekan kedua setelah bom. Bahkan, memasuki bulan puasa ditambah adanya libur hari besar pada Mei terjadi pertumbuhan 34%," imbuh Tjahjono.

Pihaknya berharap pertumbuhan kinerja kafe dan resto ini dapat berlanjut hingga dua pekan setelah Lebaran. Di sisi lain, jumlah kafe dan resto yang muncul tahun ini juga terus bertambah. Setidaknya, ada satu grup besar dengan 4 merek yang siap masuk ke pasar Surabaya.

Masuknya pemain baru di Surabaya disebut sebagai pertanda bahwa potensi investasi di ibu kota Jatim ini cukup menjanjikan. "Seiring bertambahnya jumlah mal di Surabaya, jumlah kafe dan resto juga bertambah. Ini terjadi karena hampir 50% stan di mal adalah kafe dan restoran," ujarnya.

Sementara itu, Marketing Director Pakuwon Group, pemilik dan pengelola sejumlah mal besar di Surabaya, Sutandi Purnomosidi membenarkan bahwa, kafe dan restoran saat ini sudah menjadi bagian dari mal. Sebelumnya, mal itu tempat orang ketika berbelanja. Tapi sekarang sudah bergeser bahwa mal juga menjadi tempat tujuan untuk nongkrong dan makan-makan. Di mal milik Pakuwon, hampir 30% stan berupa kafe dan restoran.

"Kuliner di mal itu sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Orang ke mal tidak sekedar untuk belanja, tapi juga untuk kuliner. Seperti Ramadhan saat ini, banyak warga Surabaya yang berbuka di mal," katanya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1161 seconds (0.1#10.140)