Jelang Perang Tarif, Yuan China Semakin Terpukul Terhadap Dolar AS
A
A
A
BEIJING - Mata uang China, yuan mencapai level terendah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Selasa (3/7/2018). Yuan semakin terpukul di tengah kekhawatiran penerapan perang tarif antara Washington dan Beijing pada 6 Juli mendatang.
Melansir dari CNBC, Selasa (3/7), Pemerintahan Presiden AS Donald Trump akan mengenakan tarif 25% atas produk China senilai USD34 miliar, yang mencakup lebih dari 800 kategori produk pada 6 Juli. Berbalas, Pemerintahan Presiden RRC Xi Jinping juga mengenakan pajak 25% atas barang-barang AS yang bernilai sama pada hari yang sama.
Kekhawatiran perang tarif ini membuat yuan melemah, baik di pasar onshore (harga di dalam negeri) maupun di pasar offshore (harga yuan di luar negeri). Pada perdagangan Selasa ini, yuan melintasi level 6,7 per USD, merupakan level terendah sejak Agustus 2017. Yuan onshore diperdagangkan di USD6,6946 per USD pada sesi siang ini. Di pasar luar negeri, yuan diperdagangkan di 6,7081 per USD.
Sementara itu, Bank Rakyat China (bank sentral) menetapkan kurs tengah yuan terhadap dolar di 6,6497, koreksi terlemah sejak Agustus 2017 dan sekitar 0,5% lebih rendah dari kurs tengah Senin kemarin di 6,6157 per USD.
Sepanjang periode Januari-Juni 2018, yuan China telah mengalami kerugian 3,25% terhadap greenback--sebutan dolar AS. Hal ini mendekati kerugian pada Agustus 2015. Namun ketika itu, bank sentral China memang secara sengaja melemahkan mata uangnya 3% terhadap dolar AS, langkah yang kemudian disebut Trump sebagai manipulasi mata uang demi mendongkrak ekspor.
Dan untuk tahun ini, banyak pengamat menilai tidak sama dengan tahun 2015. Karena langkah melemahkan mata uang bisa memicu arus modal keluar secara besar-besaran.
"11 Agustus 2015 adalah pelemahan yang disebabkan oleh bank sentral," ujar Iris Pang, ekonom China di ING. Sambung dia, depresiasi hari ini didorong oleh pasar yang mengkhawatirkan risiko perang dagang. Kekhawatiran perang dagang membuat ING merevisi perkiraan yuan dari sebelumnya 6,6 per USD menjadi 7 per USD hingga akhir tahun ini.
Meski yuan diproyeksi terus melemah, Co-head strategi mata uang bidang Asia di Bank of America Merrill Lynch, Claudio Piron mengatakan hal ini tidak sampai memukul keras ekonomi China. Kepala regulator valuta asing China, Pan Gongsheng menyatakan bahwa Pemerintah RRC akan mempertahankan yuan pada tingkat wajar terhadap dolar AS.
Melansir dari CNBC, Selasa (3/7), Pemerintahan Presiden AS Donald Trump akan mengenakan tarif 25% atas produk China senilai USD34 miliar, yang mencakup lebih dari 800 kategori produk pada 6 Juli. Berbalas, Pemerintahan Presiden RRC Xi Jinping juga mengenakan pajak 25% atas barang-barang AS yang bernilai sama pada hari yang sama.
Kekhawatiran perang tarif ini membuat yuan melemah, baik di pasar onshore (harga di dalam negeri) maupun di pasar offshore (harga yuan di luar negeri). Pada perdagangan Selasa ini, yuan melintasi level 6,7 per USD, merupakan level terendah sejak Agustus 2017. Yuan onshore diperdagangkan di USD6,6946 per USD pada sesi siang ini. Di pasar luar negeri, yuan diperdagangkan di 6,7081 per USD.
Sementara itu, Bank Rakyat China (bank sentral) menetapkan kurs tengah yuan terhadap dolar di 6,6497, koreksi terlemah sejak Agustus 2017 dan sekitar 0,5% lebih rendah dari kurs tengah Senin kemarin di 6,6157 per USD.
Sepanjang periode Januari-Juni 2018, yuan China telah mengalami kerugian 3,25% terhadap greenback--sebutan dolar AS. Hal ini mendekati kerugian pada Agustus 2015. Namun ketika itu, bank sentral China memang secara sengaja melemahkan mata uangnya 3% terhadap dolar AS, langkah yang kemudian disebut Trump sebagai manipulasi mata uang demi mendongkrak ekspor.
Dan untuk tahun ini, banyak pengamat menilai tidak sama dengan tahun 2015. Karena langkah melemahkan mata uang bisa memicu arus modal keluar secara besar-besaran.
"11 Agustus 2015 adalah pelemahan yang disebabkan oleh bank sentral," ujar Iris Pang, ekonom China di ING. Sambung dia, depresiasi hari ini didorong oleh pasar yang mengkhawatirkan risiko perang dagang. Kekhawatiran perang dagang membuat ING merevisi perkiraan yuan dari sebelumnya 6,6 per USD menjadi 7 per USD hingga akhir tahun ini.
Meski yuan diproyeksi terus melemah, Co-head strategi mata uang bidang Asia di Bank of America Merrill Lynch, Claudio Piron mengatakan hal ini tidak sampai memukul keras ekonomi China. Kepala regulator valuta asing China, Pan Gongsheng menyatakan bahwa Pemerintah RRC akan mempertahankan yuan pada tingkat wajar terhadap dolar AS.
(ven)