Entreprenuership dan Masa Depan Industri Pariwisata Ubud Bali

Senin, 23 Juli 2018 - 02:26 WIB
Entreprenuership dan...
Entreprenuership dan Masa Depan Industri Pariwisata Ubud Bali
A A A
BALI - Meski masih menjadi destinasi utama dunia, namun industri pariwisata (tourism) Bali dituntut melakukan inovasi dan jangan hanya mengandalkan anugerah keindahan dan budaya yang selama ini melekat di pulau Dewata.“Industri pariwisata Bali harus terus bergerak,melakukan inovasi untuk mengantisipasi tren masa depan pariwisata yang cenderung ke hal hal seperti ramah lingkungan, sustainibility, kesehatan atau health," ujar Hermawan Kartajaya, Staf Khusus Menkop dan UKM, dalam Ubud Royal Festival ke-5 di Museum Puri Lukisan,Ubud,Gianyar Bali, Sabtu 21 Juli 2018.“Yang namanya entrepreneurship itu harus menyesuaikan dengan perkembangan terkini, misalnya bagaimana mengantisipai Gunung Agung yang selalu batuk tiap empat tahun sekali, agar jangan terlalu berpengaruh pada Bali,” tambah Hermawan.Selain itu tren kesehatan dalam industri pariwisata, di mana mulai banyak muncul tempat yoga, dan terapi kesehatan, yang semuanya butuh sentuhan kearifan lokal budaya Bali.Dikatakan Hermawan, Ubid memang dikenal selalu menjaga kearifan lokal, namun tidak pernah menolak modernitas dan teknologi. Inilah juga yang menjadikan Ubud selalu dikagumi wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Ubud Royal Weekend yang kelima ini, juga diisi seminar workshop, festival, pameran dan kuliner.Merek TerkemukaDalam kesempatan yang juga dihadiri Ketua Panitia Ubud Royal Weekend kelima sekaligus Ketua Umum PHRI Gianyar Tjokorda Arta Ardhana Sukawati, dan plt Deputi Pengembangan SDM Rully Nuryanto tersebut, Menkop dan UKM Puspayoga menyerahkan penghargaan kepada lima brand/merek terkemuka di Ubud yang dinilai mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan pariwisata di Ubud dan Bali pada umumnya.Kelima brand itu adalah pertama Ubud Homestay Association (UHSA), yang berinisiatif membentuk wadah kepada pemilik homestay di Ubud, memberikan pelatihan agar homestay mampu bersaing dengan hotel lokal maupun internasional tapi tetap menjaga tradisi masyarakat Bali.Kedua, Angelo Store, yang dinilai bisa menanfaatkan sumber daya alam yang dikelola secara berkelanjutan untuk menjaga keselarasan bumi, dan juga memberdayakan komunitas lokal yang ada.Ketiga, Babi Guling Bu Oka yang dari tahun 1970 sampai sekarang, mampu menjaga konsitensi kelestarian kuliner khas Bali yaitu base genep, sehingga tetap dicintai dan dicari wisatawan. Babi guling Bu Oka, juga turut serta memperkuat differensiasi Ubud dengan kulinernya yang khas.Keempat, Guest Pro, yang dinilai berjasa dalam pengembangan solusi teknologi pariwisata yang berasal dari Ubud untuk membantu perusahaan tourism dan hospitality agar dapat bersaing.Dan, kelima, Nyawan bag, yang berinovasi dalam mendukung dan melestarikan budaya Bali dengan cara membuat inovasi tas dan clothing yang dapat digunakan khusus segmen kesenian dan upacara Bali (niche market) dan mengakomodir kebutuhan dan keinginan seniman Bali.
(akn)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5188 seconds (0.1#10.140)