Saham Sektor Peternakan Sentuh Level Tertinggi Saat Harga Ayam Meroket

Selasa, 24 Juli 2018 - 17:51 WIB
Saham Sektor Peternakan...
Saham Sektor Peternakan Sentuh Level Tertinggi Saat Harga Ayam Meroket
A A A
JAKARTA - Harga ayam yang meroket, baik itu daging maupun telur berdampak terhadap kinerja perusahaan poultry atau peternakan. Beberapa saham di sektor tersebut pun tercatat telah menyentuh level tertinggi tahun ini.

Pengamat Pasar Modal Reza Priyambada mengatakan, dua emiten yakni PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) sudah sentuh level tertinggi. JPFA menutup perdagangan hari ini di level Rp2.310, naik 100 poin atau 4,52% dari pembukaan. Sementara, CPIN ditutup di level Rp4.400, naik 180 poin atau 4,2% dari pembukaan.

"JPFA target price Rp2.100 sudah sentuh target, jadi ada penyesuaian dulu sementara waktu. CPIN target price Rp3.950 juga sudah sentuh target," ujarnya kepada SINDOnews di Jakarta, Selasa (24/7/2018).

Sementara, Reza menjelaskan, dua emiten poultry lainnya bisa jadi pilihan yakni PT Sierad Produce Tbk (SIPD) dan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN). Khusus untuk MAIN, katanya, masih memiliki price to earning ratio (P/E) yang rendah, sehingga layak dikoleksi. "Kalau berdasarkan P/E, yang masih rendah MAIN dengan P/E 9,60. Harga masih rendah Rp865 dari target price Rp950," katanya.

Reza menambahkan, harga DOC ayam yang mengalami kenaikan serta harga bahan baku yang turun karena kelebihan pasokan memang menjadi sentimen yang mempengaruhi kinerja saham sektor poultry. "Harga DOC mengalami kenaikan dan juga harga bahan bakunya yang turun karena over supply. Kan ini sentimen yang mempengaruhi sektor poultry," pungkasnya.

Sebelumnya, tingginya harga daging ayam dan telur di Kota Bandung, Jawa Barat dalam dua pekan terakhir disebabkan minimnya pasokan dari produsen sedangkan kebutuhan cukup tinggi. Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung Elly Wasliah mengakui, di Kota Bandung harga daging ayam Rp41.000 hingga 44.000/kg. Sedangkan telur antara Rp28.000 hingga 30.000/kg. Kondisi itu disebabkan suplai dari produsen yang belum normal.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0481 seconds (0.1#10.140)