Bank of England Naikkan Suku Bunga Acuan
A
A
A
LONDON - Bank of England (BoE) telah menaikkan suku bunga acuan untuk kedua kalinya dalam satu dekade. Angka ini telah meningkat seperempat poin dari 0,5% menjadi 0,75% atau menjadi level tertinggi sejak Maret.
Seperti dilansir BBC, langkah ini bakal meningkatkan biaya bunga lebih dari tiga setengah juta hipotek perumahan yang memiliki tingkat variabel atau rate. Tetapi hal ini bakal disambut oleh nasabah yang melihat kenaikan suku bunga memberikan keuntungan dalam beberapa bulan mendatang.
Namun, setelah kenaikan tarif terakhir pada bulan November, setengah dari rekening tabungan tidak bergerak sama sekali. Komite Kebijakan Moneter Bank telah diprediksi sebelumnya bakal mengerek suku bunga pada bulan Mei, tetapi ekonomi sempat mengalami pelemahan di awal tahun.
Sebagian besar tekanan terhadap ekonomi dikarenakan kondisi iklim yang dijuluki dengan the Beast from the East. Dipimpin oleh Gubernur Mark Carney, bank saat ini percaya diri bahwa kemerosotan tersebut hanya bersifat sementara dan pertumbuhan ekonomi akan pulih dari tingkat 0,2% yang terlihat pada kuartal pertama, menjadi 0,4% pada kuartal kedua dan mempertahankan laju tersebut di akhir tahun.
Perbankan berpegang pada panduan sebelumnya bahwa akan ada kenaikan suku bunga lanjutan, tetapi Mr Carney mengatakan ini kebijakan tersebut terbatas dan bertahap. "Kenaikan diharapkan secara bertahap. Kebijakan ini harus berjalan, tidak lari atau berdiri diam," jelasnya.
Namun, Institute of Directors mengatakan Bank telah "melompat dengan pistol" dengan menaikkan suku bunga acuan saat ini. "Kenaikan ini mengancam bakal meredam kepercayaan konsumen dan bisnis pada saat kondisi sudah rapuh. Pertumbuhan tetap tenang, dan rebound parsial baru-baru ini yang setidaknya bisa diharapkan setelah kurangnya kemajuan di kuartal pertama tahun ini," ungkapnya.
Pihak bank menerangkan peningkatan ekonomi didukung oleh pengeluaran rumah tangga, yang menurut Bank "tidak menentu" pada awal tahun. Selain itu diterangkan bahwa serangkaian penutupan toko belum lama ini di High Street tidak mencerminkan kurangnya keinginan untuk berbelanja.
Dalam Laporan Inflasi Triwulan, Bank mengatakan: "Meskipun pada tahun lalu jumlah penutupan ritel telah meningkat dan kejatuhan ritel telah turun, kontak agen Bank menunjukkan bahwa sebagian besar mencerminkan pergeseran permintaan konsumen ke toko online dan dari barang ke layanan,".
Kepala Ekonom British Chambers of Commerce Suren Thiru mengatakan, keputusan untuk menaikkan suku bunga acuan diharapkan mampu mendongkrak perekonomian yang tengah lesu. "Kenaikan seperempat poin mungkin memiliki dampak keuangan jangka panjang yang terbatas pada sebagian besar bisnis, meski berisiko merongrong kepercayaan pada saat ketidakpastian politik dan ekonomi yang signifikan," paparnya.
Seperti dilansir BBC, langkah ini bakal meningkatkan biaya bunga lebih dari tiga setengah juta hipotek perumahan yang memiliki tingkat variabel atau rate. Tetapi hal ini bakal disambut oleh nasabah yang melihat kenaikan suku bunga memberikan keuntungan dalam beberapa bulan mendatang.
Namun, setelah kenaikan tarif terakhir pada bulan November, setengah dari rekening tabungan tidak bergerak sama sekali. Komite Kebijakan Moneter Bank telah diprediksi sebelumnya bakal mengerek suku bunga pada bulan Mei, tetapi ekonomi sempat mengalami pelemahan di awal tahun.
Sebagian besar tekanan terhadap ekonomi dikarenakan kondisi iklim yang dijuluki dengan the Beast from the East. Dipimpin oleh Gubernur Mark Carney, bank saat ini percaya diri bahwa kemerosotan tersebut hanya bersifat sementara dan pertumbuhan ekonomi akan pulih dari tingkat 0,2% yang terlihat pada kuartal pertama, menjadi 0,4% pada kuartal kedua dan mempertahankan laju tersebut di akhir tahun.
Perbankan berpegang pada panduan sebelumnya bahwa akan ada kenaikan suku bunga lanjutan, tetapi Mr Carney mengatakan ini kebijakan tersebut terbatas dan bertahap. "Kenaikan diharapkan secara bertahap. Kebijakan ini harus berjalan, tidak lari atau berdiri diam," jelasnya.
Namun, Institute of Directors mengatakan Bank telah "melompat dengan pistol" dengan menaikkan suku bunga acuan saat ini. "Kenaikan ini mengancam bakal meredam kepercayaan konsumen dan bisnis pada saat kondisi sudah rapuh. Pertumbuhan tetap tenang, dan rebound parsial baru-baru ini yang setidaknya bisa diharapkan setelah kurangnya kemajuan di kuartal pertama tahun ini," ungkapnya.
Pihak bank menerangkan peningkatan ekonomi didukung oleh pengeluaran rumah tangga, yang menurut Bank "tidak menentu" pada awal tahun. Selain itu diterangkan bahwa serangkaian penutupan toko belum lama ini di High Street tidak mencerminkan kurangnya keinginan untuk berbelanja.
Dalam Laporan Inflasi Triwulan, Bank mengatakan: "Meskipun pada tahun lalu jumlah penutupan ritel telah meningkat dan kejatuhan ritel telah turun, kontak agen Bank menunjukkan bahwa sebagian besar mencerminkan pergeseran permintaan konsumen ke toko online dan dari barang ke layanan,".
Kepala Ekonom British Chambers of Commerce Suren Thiru mengatakan, keputusan untuk menaikkan suku bunga acuan diharapkan mampu mendongkrak perekonomian yang tengah lesu. "Kenaikan seperempat poin mungkin memiliki dampak keuangan jangka panjang yang terbatas pada sebagian besar bisnis, meski berisiko merongrong kepercayaan pada saat ketidakpastian politik dan ekonomi yang signifikan," paparnya.
(akr)