Tekanan Kenaikan Harga Bakal Menurun di Periode September
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengindikasi tekanan kenaikan harga pada September 2018 diperkirakan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Indikasi tersebut terlihat dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) September yang akan datang sebesar 135,8 menurun dari 152,0 pada bulan sebelumnya.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman mengatakan, tekanan kenaikan harga diperkirakan meningkat pada Desember 2018, terindikasi dari nilai IEH 6 bulan mendatang sebesar 170,9 lebih tinggi dari 165,8 pada bulan sebelumnya. "Responden memperkirakan penjualan eceran pada September 2018 relatif menurun," kata Agusman di Jakarta, Kamis (9/8/2018).
Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) September yang akan datang sebesar 128,4 menurun dibandingkan 140,2 IEP pada bulan sebelumnya. Sementara itu, penjualan pada Desember 2018 diperkirakan akan meningkat seiring dengan tingginya permintaan pada saat perayaan Natal dan Tahun Baru.
Hal ini terindikasi dari IEP bulan Desember yang naik dari 140,7 menjadi 160,3 pada periode laporan. Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia juga mengindikasikan penjualan eceran pada Juni 2018 kembali normal. Indeks Penjualan Riil Juni 2018 tercatat sebesar 237,8, atau tumbuh 2,3% (yoy), lebih rendah dari 8,3% (yoy) pada Mei 2018.
Menurut Agusman, perlambatan penjualan eceran sejalan dengan berakhirnya faktor musiman Ramadhan 2018 yang diindikasi mencapai puncaknya pada Mei 2018. Berdasarkan kelompok komoditas, melambatnya kinerja penjualan eceran terutama bersumber dari penurunan penjualan kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi, khususnya Elektronik (Audio/Video) sebesar -14,4% (yoy), terkontraksi lebih dalam dari -9,5% (yoy) pada Mei 2018.
Kontraksi penjualan juga terjadi pada subkelompok Sandang sebesar -11,2% (yoy), setelah mencatat pertumbuhan positif sebesar 16,5% (yoy) pada bulan sebelumnya. "Penjualan eceran diperkirakan kembali meningkat pada Juli 2018. Hal ini terindikasi dari pertumbuhan Indeks Penjualan Riil Juli 2018 sebesar 3,4% (yoy), meningkat dari 2,3% (yoy) pada bulan sebelumnya," pungkasnya.
Peningkatan penjualan eceran antara lain dipengaruhi oleh tingginya permintaan pada musim tahun ajaran baru dan sebagai efek dari pencairan Gaji ke-13 PNS dan pensiunan. Dia melanjutkan, penjualan eceran diperkirakan meningkat terutama pada subkelompok Sandang yang tumbuh sebesar 23,4% (yoy), meningkat dari -11,2% (yoy) pada bulan sebelumnya.
Peningkatan penjualan juga terjadi pada kelompok Barang Budaya dan Rekreasi yang tercatat tumbuh 8,7% (yoy), meningkat dibandingkan 3,7% (yoy) pada Juni 2018. Secara tahunan, penjualan eceran pada kuartal II-2018 tumbuh lebih tinggi. Hasil SPE mengindikasikan bahwa penjualan ritel kuartal II-2018 tumbuh 4,9% (yoy), meningkat dibandingkan 0,7% (yoy) pada kuartal I-2018, atau relatif stabil dibandingkan kuartal II-2017 yang tercatat 4,9% (yoy).
Peningkatan penjualan eceran pada kuartal II-2018 terutama terjadi pada kelompok komoditas bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau yang masing-masing tumbuh sebesar 10,5% (yoy) dan 8,5% (yoy), meningkat dari 3,0% (yoy) dan 4,6% (yoy) pada kuartal I-2018.
Adapun secara regional, peningkatan penjualan eceran pada bulan Juni 2018 terutama terjadi di wiayah Surabaya dan Makassar yang masing-masing tumbuh sebesar 65,2% (yoy) dan 7,3% (yoy), meningkat dari masing-masing 52,5% (yoy) dan 4,6% (yoy) pada Mei 2018.
Berdasarkan rincian kelompok komoditas, peningkatan penjualan di wilayah Surabaya terutama terjadi pada kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau khususnya subkelompok Bahan Makanan. Sementara di wilayah Makassar, peningkatan penjualan eceran terjadi pada kelompok Barang lainnya, khususnya subkelompok Sandang.
Pada Juli 2018, peningkatan penjualan eceran diperkirakan terjadi pada sebagian besar wilayah cakupan survei. Peningkatan penjualan eceran tertinggi diperkirakan terjadi di Surabaya dengan pertumbuhan sebesar 47,6% (yoy) dan di Semarang dengan pertumbuhan 17,3% (yoy). "Pertumbuhan penjualan didorong oleh peningkatan konsumsi khususnya perlengkapan awal tahun ajaran baru seperti pakaian jadi (seragam), ransel serta alas kaki dan perlengkapannya," ujarnya.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman mengatakan, tekanan kenaikan harga diperkirakan meningkat pada Desember 2018, terindikasi dari nilai IEH 6 bulan mendatang sebesar 170,9 lebih tinggi dari 165,8 pada bulan sebelumnya. "Responden memperkirakan penjualan eceran pada September 2018 relatif menurun," kata Agusman di Jakarta, Kamis (9/8/2018).
Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) September yang akan datang sebesar 128,4 menurun dibandingkan 140,2 IEP pada bulan sebelumnya. Sementara itu, penjualan pada Desember 2018 diperkirakan akan meningkat seiring dengan tingginya permintaan pada saat perayaan Natal dan Tahun Baru.
Hal ini terindikasi dari IEP bulan Desember yang naik dari 140,7 menjadi 160,3 pada periode laporan. Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia juga mengindikasikan penjualan eceran pada Juni 2018 kembali normal. Indeks Penjualan Riil Juni 2018 tercatat sebesar 237,8, atau tumbuh 2,3% (yoy), lebih rendah dari 8,3% (yoy) pada Mei 2018.
Menurut Agusman, perlambatan penjualan eceran sejalan dengan berakhirnya faktor musiman Ramadhan 2018 yang diindikasi mencapai puncaknya pada Mei 2018. Berdasarkan kelompok komoditas, melambatnya kinerja penjualan eceran terutama bersumber dari penurunan penjualan kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi, khususnya Elektronik (Audio/Video) sebesar -14,4% (yoy), terkontraksi lebih dalam dari -9,5% (yoy) pada Mei 2018.
Kontraksi penjualan juga terjadi pada subkelompok Sandang sebesar -11,2% (yoy), setelah mencatat pertumbuhan positif sebesar 16,5% (yoy) pada bulan sebelumnya. "Penjualan eceran diperkirakan kembali meningkat pada Juli 2018. Hal ini terindikasi dari pertumbuhan Indeks Penjualan Riil Juli 2018 sebesar 3,4% (yoy), meningkat dari 2,3% (yoy) pada bulan sebelumnya," pungkasnya.
Peningkatan penjualan eceran antara lain dipengaruhi oleh tingginya permintaan pada musim tahun ajaran baru dan sebagai efek dari pencairan Gaji ke-13 PNS dan pensiunan. Dia melanjutkan, penjualan eceran diperkirakan meningkat terutama pada subkelompok Sandang yang tumbuh sebesar 23,4% (yoy), meningkat dari -11,2% (yoy) pada bulan sebelumnya.
Peningkatan penjualan juga terjadi pada kelompok Barang Budaya dan Rekreasi yang tercatat tumbuh 8,7% (yoy), meningkat dibandingkan 3,7% (yoy) pada Juni 2018. Secara tahunan, penjualan eceran pada kuartal II-2018 tumbuh lebih tinggi. Hasil SPE mengindikasikan bahwa penjualan ritel kuartal II-2018 tumbuh 4,9% (yoy), meningkat dibandingkan 0,7% (yoy) pada kuartal I-2018, atau relatif stabil dibandingkan kuartal II-2017 yang tercatat 4,9% (yoy).
Peningkatan penjualan eceran pada kuartal II-2018 terutama terjadi pada kelompok komoditas bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau yang masing-masing tumbuh sebesar 10,5% (yoy) dan 8,5% (yoy), meningkat dari 3,0% (yoy) dan 4,6% (yoy) pada kuartal I-2018.
Adapun secara regional, peningkatan penjualan eceran pada bulan Juni 2018 terutama terjadi di wiayah Surabaya dan Makassar yang masing-masing tumbuh sebesar 65,2% (yoy) dan 7,3% (yoy), meningkat dari masing-masing 52,5% (yoy) dan 4,6% (yoy) pada Mei 2018.
Berdasarkan rincian kelompok komoditas, peningkatan penjualan di wilayah Surabaya terutama terjadi pada kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau khususnya subkelompok Bahan Makanan. Sementara di wilayah Makassar, peningkatan penjualan eceran terjadi pada kelompok Barang lainnya, khususnya subkelompok Sandang.
Pada Juli 2018, peningkatan penjualan eceran diperkirakan terjadi pada sebagian besar wilayah cakupan survei. Peningkatan penjualan eceran tertinggi diperkirakan terjadi di Surabaya dengan pertumbuhan sebesar 47,6% (yoy) dan di Semarang dengan pertumbuhan 17,3% (yoy). "Pertumbuhan penjualan didorong oleh peningkatan konsumsi khususnya perlengkapan awal tahun ajaran baru seperti pakaian jadi (seragam), ransel serta alas kaki dan perlengkapannya," ujarnya.
(akr)