Ekonomi Jepang Cetak Rebound Pada Kuartal II/2018
A
A
A
TOKYO - Ekonomi Jepang mencetak rebound pada kuartal kedua tahun 2018, untuk kembali tumbuh meskipun ketegangan dan ketidakpastian global semakin meningkat. Ekonomi tumbuh dengan laju tahunan lebih cepat dari perkiraan mencapai sebesar 1,9% ditopang oleh konsumsi swasta.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (10/8/2018) pertumbuhan ekonomi Jepang kembali setelah sempat menyusut pada kuartal pertama 2018 untuk pertama kalinya dalam dua tahun. Rilis data ini diumumkan saat para pejabat tinggi Jepang di Washington membahas perdagangan di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan global dengan AS.
Tingkat pertumbuhan Jepang pada periode April hingga Juni mengalahkan ekspektasi analis terhadap tingkat tahunan 1,4% dan muncul setelah ekonomi terbesar ketiga di dunia 0,9% yang direvisi pada kuartal pertama.
Pengeluaran konsumen menopang ekonomi antara April dan Juni, tetapi permintaan eksternal ekspor dikurangi impor membebani pertumbuhan. "Sementara pertumbuhan PDB riil di Q2 cukup kuat dan lebih tinggi dari perkiraan. Kami yakin sangat masuk akal untuk menyimpulkan bahwa momentum pertumbuhan untuk ekonomi Jepang secara keseluruhan secara bertahap mulai melambat," kata Nomura dalam sebuah catatan penelitian.
Angka-angka itu dirilis ketika Menteri Revitalisasi Ekonomi Jepang, Toshimitsu Motegi bertemu dengan Perwakilan Perdagangan AS, Robert Lighthizer di Washington. Motegi mengatakan mereka memiliki "pertukaran pandangan jujur" tetapi menegaskan kembali posisi Jepang bahwa pembicaraan multilateral menjadi cara terbaik untuk mengatasi masalah perdagangan, menurut Reuters.
Tahun lalu, administrasi Trump meninggalkan kesepakatan perdagangan Kemitraan Trans-Pasifik, di mana Jepang menjadi pemangku kepentingan utama, karena Trump melakukan agenda proteksionis setelah menjabat pada tahun 2016. Sejak itu AS memberlakukan tarif pada banyak mitra dagang utamanya, dan mengancam akan menjatuhkan tarif pada semua barang impor China ke AS.
Akibatnya, Jepang telah memilih mengalihkan fokus mereka pada pasar lain. Bulan lalu, Jepang dan Uni Eropa menandatangani salah satu kesepakatan perdagangan bebas terbesar di dunia, yang meliputi hampir sepertiga dari produk domestik bruto dunia.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (10/8/2018) pertumbuhan ekonomi Jepang kembali setelah sempat menyusut pada kuartal pertama 2018 untuk pertama kalinya dalam dua tahun. Rilis data ini diumumkan saat para pejabat tinggi Jepang di Washington membahas perdagangan di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan global dengan AS.
Tingkat pertumbuhan Jepang pada periode April hingga Juni mengalahkan ekspektasi analis terhadap tingkat tahunan 1,4% dan muncul setelah ekonomi terbesar ketiga di dunia 0,9% yang direvisi pada kuartal pertama.
Pengeluaran konsumen menopang ekonomi antara April dan Juni, tetapi permintaan eksternal ekspor dikurangi impor membebani pertumbuhan. "Sementara pertumbuhan PDB riil di Q2 cukup kuat dan lebih tinggi dari perkiraan. Kami yakin sangat masuk akal untuk menyimpulkan bahwa momentum pertumbuhan untuk ekonomi Jepang secara keseluruhan secara bertahap mulai melambat," kata Nomura dalam sebuah catatan penelitian.
Angka-angka itu dirilis ketika Menteri Revitalisasi Ekonomi Jepang, Toshimitsu Motegi bertemu dengan Perwakilan Perdagangan AS, Robert Lighthizer di Washington. Motegi mengatakan mereka memiliki "pertukaran pandangan jujur" tetapi menegaskan kembali posisi Jepang bahwa pembicaraan multilateral menjadi cara terbaik untuk mengatasi masalah perdagangan, menurut Reuters.
Tahun lalu, administrasi Trump meninggalkan kesepakatan perdagangan Kemitraan Trans-Pasifik, di mana Jepang menjadi pemangku kepentingan utama, karena Trump melakukan agenda proteksionis setelah menjabat pada tahun 2016. Sejak itu AS memberlakukan tarif pada banyak mitra dagang utamanya, dan mengancam akan menjatuhkan tarif pada semua barang impor China ke AS.
Akibatnya, Jepang telah memilih mengalihkan fokus mereka pada pasar lain. Bulan lalu, Jepang dan Uni Eropa menandatangani salah satu kesepakatan perdagangan bebas terbesar di dunia, yang meliputi hampir sepertiga dari produk domestik bruto dunia.
(akr)