Harga Minyak Menguat Karena Kekhawatiran Perang Dagang
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah menguat karena sanksi Amerika Serikat terhadap Iran akan memperketat pasokan. Selain itu, penguatan harga minyak disebabkan semakin meningkatnya ketegangan perdagangan global.
Melansir dari Reuters, Sabtu (11/8/2018), harga minyak berjangka Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI) naik 82 sen atau 1,2% menjadi USD67,63 per barel. Harga minyak mentah Brent International bertambah 72 sen atau 1% menjadi USD72,79 per barel.
Meningkatnya perselisihan perdagangan global telah meredupkan prospek pertumbuhan ekonomi dan mendorong dolar AS lebih tinggi, membuat harga minyak lebih mahal bagi konsumen yang menggunakan mata uang lainnya.
Perselisihan perdagangan global ini membuat beberapa mata uang di dunia merosot, seperti yuan China, rupee India dan lira Turki. Kekhawatiarn perang dagang ditambah dengan penerapan sanksi AS terhadap Iran dan November mendatang mencakup sanksi ekspor minyak.
Kendati Uni Eropa, China dan India telah menentang sanksi ekonomi AS terhadap Iran, namun tekanan perdagangan yang dilakukan AS, dinilai banyak pengamat akan membuat mereka tunduk pada tekanan Amerika.
Analis memperkirakan ekspor minyak mentah Iran akan turun antara 500.000 hingga 1,3 juta barel per hari, dimana pembeli seperti Jepang, Korea Selatan dan India sudah melakukan pemesanan sedari awal. Badan Energi Internasional mengatakan bahwa pasar minyak global akan lebih banyak turbulensi di akhir tahun ini.
Selain sanksi minyak terhadap Iran yang akan berlaku November, investor semakin waspada terhadap perang dagang antara Washington dan Beijing. Pekan ini, China mengatakan akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 25% atas impor AS senilai USD16 miliar. Hal ini membalas langkah AS sebelumnya.
Meski minyak mentah telah dihapus dari daftar, digantikan oleh produk olahan dan gas cair, analis mengatakan impor Cina atas minyak mentah Amerika akan turun secara signifikan.
Menghadapi proyeksi harga minyak mentah yang lebih tinggi di akhir 2018, perusahaan-perusahaan energi AS pada pekan ini menambah sebagian besar rig minyak untuk melakukan eksplorasi dan produksi lebih banyak sebagai persiapan. Drillers menambah 10 rig minyak dalam sepekan hingga 10 Agustus, sehingga totalnya menjadi 869 rig, tertinggi sejak Maret 2015.
Melansir dari Reuters, Sabtu (11/8/2018), harga minyak berjangka Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI) naik 82 sen atau 1,2% menjadi USD67,63 per barel. Harga minyak mentah Brent International bertambah 72 sen atau 1% menjadi USD72,79 per barel.
Meningkatnya perselisihan perdagangan global telah meredupkan prospek pertumbuhan ekonomi dan mendorong dolar AS lebih tinggi, membuat harga minyak lebih mahal bagi konsumen yang menggunakan mata uang lainnya.
Perselisihan perdagangan global ini membuat beberapa mata uang di dunia merosot, seperti yuan China, rupee India dan lira Turki. Kekhawatiarn perang dagang ditambah dengan penerapan sanksi AS terhadap Iran dan November mendatang mencakup sanksi ekspor minyak.
Kendati Uni Eropa, China dan India telah menentang sanksi ekonomi AS terhadap Iran, namun tekanan perdagangan yang dilakukan AS, dinilai banyak pengamat akan membuat mereka tunduk pada tekanan Amerika.
Analis memperkirakan ekspor minyak mentah Iran akan turun antara 500.000 hingga 1,3 juta barel per hari, dimana pembeli seperti Jepang, Korea Selatan dan India sudah melakukan pemesanan sedari awal. Badan Energi Internasional mengatakan bahwa pasar minyak global akan lebih banyak turbulensi di akhir tahun ini.
Selain sanksi minyak terhadap Iran yang akan berlaku November, investor semakin waspada terhadap perang dagang antara Washington dan Beijing. Pekan ini, China mengatakan akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 25% atas impor AS senilai USD16 miliar. Hal ini membalas langkah AS sebelumnya.
Meski minyak mentah telah dihapus dari daftar, digantikan oleh produk olahan dan gas cair, analis mengatakan impor Cina atas minyak mentah Amerika akan turun secara signifikan.
Menghadapi proyeksi harga minyak mentah yang lebih tinggi di akhir 2018, perusahaan-perusahaan energi AS pada pekan ini menambah sebagian besar rig minyak untuk melakukan eksplorasi dan produksi lebih banyak sebagai persiapan. Drillers menambah 10 rig minyak dalam sepekan hingga 10 Agustus, sehingga totalnya menjadi 869 rig, tertinggi sejak Maret 2015.
(ven)