Rupiah Ditutup Tak Berdaya Jadi Rp14.590/USD, Lira Turki Balik Melawan
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan hari ini, Senin (13/8/2018) ditutup jatuh sangat dalam di tengah krisis Turki. Di sisi lain mata uang safa haven menjadi pilihan investor saat euro dan Lira Turki terus merosot tajam.
Berdasarkan data Bloomberg sore ini, rupiah ditutup pada level Rp14.608/USD atau memburuk dibanding penutupan akhir pekan kemarin yang berada di level Rp14.478/USD. Rupiah pada perdagangan awal pekan bergerak dengan kisaran harian Rp14.544-Rp14.617/USD.
Data Yahoo Finance, menunjukkan rupiah semakin terkapar ke level Rp14.590/USD dengan pergerakan di antara Rp14.468 hingga Rp14.625/USD. Posisi rupiah memperlihatkan kejatuhan dibanding penutupan sebelumnya Rp14.470/USD.
Menurut data SINDOnews bersumber dari Limas, rupiah berakhir di posisi Rp14.595/USD. Rupiah terlihat tak berdaya dibandingkan posisi akhir pekan kemarin di level Rp14.480/USD.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah tertahan pada tren pelemahan ke level Rp14.583/USD. Posisi ini tercatat ambruk dari posisi sebelumnya di level Rp14.437/USD.
Sementara dilansir Reuters, Lira Turki mencoba bangkit dari rekor terendah 7,24 terhadap dolar pada awal pekan setelah bank sentral berjanji untuk menyediakan likuiditasdan memotong persyaratan cadangan untuk bank Turki. Akan tetapi kejatuhan tak terbendung untuk terus mengguncang pasar global.
Mata uang Turki telah kehilangan lebih dari 40% terhadap dolar sepanjang tahun ini, sebagian besar atas kekhawatiran tentang pengaruh Presiden Tayyip Erdogan atas ekonomi. Dorongan agar suku bunga yang lebih rendah terus mencuat, dan memperburuk hubungan dengan Amerika Serikat.
Lira mencapai rekor rendah 7,24 terhadap dolar dalam perdagangan Asia, memangkas kerugian setelah komentar Albayrak dan pengumuman bank sentral, menguat sebentar ke 6,4. Terakhir mata uang Turki diperdagangkan pada 6,89 per dolar. Saham bank Turki dan obligasi dolar mereka jatuh berpotensi membuat utang Turki membengkak.
Berdasarkan data Bloomberg sore ini, rupiah ditutup pada level Rp14.608/USD atau memburuk dibanding penutupan akhir pekan kemarin yang berada di level Rp14.478/USD. Rupiah pada perdagangan awal pekan bergerak dengan kisaran harian Rp14.544-Rp14.617/USD.
Data Yahoo Finance, menunjukkan rupiah semakin terkapar ke level Rp14.590/USD dengan pergerakan di antara Rp14.468 hingga Rp14.625/USD. Posisi rupiah memperlihatkan kejatuhan dibanding penutupan sebelumnya Rp14.470/USD.
Menurut data SINDOnews bersumber dari Limas, rupiah berakhir di posisi Rp14.595/USD. Rupiah terlihat tak berdaya dibandingkan posisi akhir pekan kemarin di level Rp14.480/USD.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah tertahan pada tren pelemahan ke level Rp14.583/USD. Posisi ini tercatat ambruk dari posisi sebelumnya di level Rp14.437/USD.
Sementara dilansir Reuters, Lira Turki mencoba bangkit dari rekor terendah 7,24 terhadap dolar pada awal pekan setelah bank sentral berjanji untuk menyediakan likuiditasdan memotong persyaratan cadangan untuk bank Turki. Akan tetapi kejatuhan tak terbendung untuk terus mengguncang pasar global.
Mata uang Turki telah kehilangan lebih dari 40% terhadap dolar sepanjang tahun ini, sebagian besar atas kekhawatiran tentang pengaruh Presiden Tayyip Erdogan atas ekonomi. Dorongan agar suku bunga yang lebih rendah terus mencuat, dan memperburuk hubungan dengan Amerika Serikat.
Lira mencapai rekor rendah 7,24 terhadap dolar dalam perdagangan Asia, memangkas kerugian setelah komentar Albayrak dan pengumuman bank sentral, menguat sebentar ke 6,4. Terakhir mata uang Turki diperdagangkan pada 6,89 per dolar. Saham bank Turki dan obligasi dolar mereka jatuh berpotensi membuat utang Turki membengkak.
(akr)