BI Rate Naik Bisa Jadi Obat Penenang Bagi Rupiah
A
A
A
JAKARTA - Kenaikan suku bunga acuan atau Bank Indonesia (BI) 7-day Reverse Repo Rate (BI 7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,50% dinilai menjadi obat penenang untuk rupiah. Keputusan BI menaikkan suku bunga ini efeknya hanya bersifat sementara, karena dolar Amerika Serikat (USD) masih perkasa.
"BI kasih obat penenang lagi ke rupiah, bisa sembuh sesaat. Begitu efeknya hilang, bisa kumat lagi," ujar Pengamat Pasar Modal Reza Priyambada kepada SINDOnews di Jakarta, Rabu (15/8/2018).
(Baca Juga: Perkuat Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga Acuan 25 bps Menjadi 5,50%Sambung dia menjelaskan, USD masih akan berada dalam tren menguat karena didukung sentimen dari dalam negerinya sendiri, dimana data perekonomian dan suku bunga The Fed naik. "Sentimennya mengarah seperti itu, kecuali kalau ada data ekonomi AS yang memburuk atau The Fed memastikan batal naikan suku bunga baru, USD bisa melemah," kata dia.
Ia menambahkan, dari dalam negeri melihat data Badan Pusat Statistik (BPS) dimana komponen ekspor yang mengalami kenaikan belum dapat mengimbangi kenaikan impor. "Rupiah bisa kembali melemah dengan adanya kondisi tersebut. Investor saham pun juga belum hilang paniknya, sehingga IHSG pun berpeluang melemah," pungkasnya.
"BI kasih obat penenang lagi ke rupiah, bisa sembuh sesaat. Begitu efeknya hilang, bisa kumat lagi," ujar Pengamat Pasar Modal Reza Priyambada kepada SINDOnews di Jakarta, Rabu (15/8/2018).
(Baca Juga: Perkuat Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga Acuan 25 bps Menjadi 5,50%Sambung dia menjelaskan, USD masih akan berada dalam tren menguat karena didukung sentimen dari dalam negerinya sendiri, dimana data perekonomian dan suku bunga The Fed naik. "Sentimennya mengarah seperti itu, kecuali kalau ada data ekonomi AS yang memburuk atau The Fed memastikan batal naikan suku bunga baru, USD bisa melemah," kata dia.
Ia menambahkan, dari dalam negeri melihat data Badan Pusat Statistik (BPS) dimana komponen ekspor yang mengalami kenaikan belum dapat mengimbangi kenaikan impor. "Rupiah bisa kembali melemah dengan adanya kondisi tersebut. Investor saham pun juga belum hilang paniknya, sehingga IHSG pun berpeluang melemah," pungkasnya.
(akr)