Jelang Sanksi Baru Amerika Serikat, Rusia Timbun Emas
A
A
A
MOSKOW - Rusia memperbanyak tingkat pembelian emas sehingga menempatkannya sebagai negara dengan cadangan emas terbesar di dunia. Negeri Beruang Merah memilih menjauh dari kepemilikan aset tradisional guna menghadapi sanksi terbaru dari Amerika Serikat.
Menurut data Dana Moneter Internasional (IMF) yang dianalisa oleh Bloomberg, Moskow membeli 26,1 ton emas pada Juli kemarin. Menjadi pembelian bulanan tunggal terbesar sejak akhir 2017, sehingga Rusia memiliki total 2.170 ton emas sebagai cadangan.
Dengan harga emas saat ini, cadangan tersebut bernilai sekira USD83,6 miliar. Jika dikonversi ke rupiah, cadangan emas Rusia setara Rp1.219 triliun (kurs Rp14.592 per USD). Adapun situs web Pemerintah Rusia mencatat nilai kepemilikan emas sekitar USD77 miliar (Rp1.123 triliun) pada akhir Juli 2018.
Melansir dari Business Insider, Rabu (22/8/2018), Rusia memilih memperbanyak cadangan emas dengan terus menjual surat utang AS. Pergeseran strategi ini diyakini sebagai tanggapan terhadap sanksi AS yang dikenakan ke mereka sejak tahun 2011, atas tindakan Rusia di Krimea.
Menurut laporan pada bulan Juli, Rusia telah menurunkan kepemilikan atas surat utang AS dari USD96,1 miliar pada bulan Maret menjadi USD48,7 miliar pada bulan April. Dan selanjutnya menurun menjadi hanya USD14,9 miliar pada bulan Mei. Moskow menilai emas sebagai "jaminan 100% aman dari risiko geopolitik". Deputi Pertama Gubernur Bank Sentral Rusia, Dmitry Tulin mengatakan, negaranya akan terus menjual surat utang AS.
Emas merupakan aset nyata yang tidak dapat terdepresiasi dalam keadaan apa pun. Dalam periode krisis keuangan atau geopolitik, emas akan jauh lebih berguna daripada sekuritas atau uang tunai.
Mengutip dari Russia Today, meningkatkan pembelian emas bagi Rusia dapat membantu membangun stabilitas dan kemandirian ekonomi serta politik bagi negara.
Berita peningkatan cadangan emas Rusia datang kurang dari sehari setelah pejabat senior AS menjelaskan bahwa mereka siap untuk menjatuhkan sanksi baru ke Moskow jika tidak mengubah perilakunya di Krimea.
Asisten Sekretaris di Biro Keamanan Internasional dan Nonproliferasi Departemen Luar Negeri AS Christopher Ford dan pejabat di bawah Sekretaris Terorisme dan Kejahatan Keuangan di Departemen Keuangan AS Sigal Mandelker menceritakan, dalam sidang perbankan, Senat AS mendorong pemerintah untuk memberikan sanksi ekonomi lebih keras terhadap Rusia.
Menurut data Dana Moneter Internasional (IMF) yang dianalisa oleh Bloomberg, Moskow membeli 26,1 ton emas pada Juli kemarin. Menjadi pembelian bulanan tunggal terbesar sejak akhir 2017, sehingga Rusia memiliki total 2.170 ton emas sebagai cadangan.
Dengan harga emas saat ini, cadangan tersebut bernilai sekira USD83,6 miliar. Jika dikonversi ke rupiah, cadangan emas Rusia setara Rp1.219 triliun (kurs Rp14.592 per USD). Adapun situs web Pemerintah Rusia mencatat nilai kepemilikan emas sekitar USD77 miliar (Rp1.123 triliun) pada akhir Juli 2018.
Melansir dari Business Insider, Rabu (22/8/2018), Rusia memilih memperbanyak cadangan emas dengan terus menjual surat utang AS. Pergeseran strategi ini diyakini sebagai tanggapan terhadap sanksi AS yang dikenakan ke mereka sejak tahun 2011, atas tindakan Rusia di Krimea.
Menurut laporan pada bulan Juli, Rusia telah menurunkan kepemilikan atas surat utang AS dari USD96,1 miliar pada bulan Maret menjadi USD48,7 miliar pada bulan April. Dan selanjutnya menurun menjadi hanya USD14,9 miliar pada bulan Mei. Moskow menilai emas sebagai "jaminan 100% aman dari risiko geopolitik". Deputi Pertama Gubernur Bank Sentral Rusia, Dmitry Tulin mengatakan, negaranya akan terus menjual surat utang AS.
Emas merupakan aset nyata yang tidak dapat terdepresiasi dalam keadaan apa pun. Dalam periode krisis keuangan atau geopolitik, emas akan jauh lebih berguna daripada sekuritas atau uang tunai.
Mengutip dari Russia Today, meningkatkan pembelian emas bagi Rusia dapat membantu membangun stabilitas dan kemandirian ekonomi serta politik bagi negara.
Berita peningkatan cadangan emas Rusia datang kurang dari sehari setelah pejabat senior AS menjelaskan bahwa mereka siap untuk menjatuhkan sanksi baru ke Moskow jika tidak mengubah perilakunya di Krimea.
Asisten Sekretaris di Biro Keamanan Internasional dan Nonproliferasi Departemen Luar Negeri AS Christopher Ford dan pejabat di bawah Sekretaris Terorisme dan Kejahatan Keuangan di Departemen Keuangan AS Sigal Mandelker menceritakan, dalam sidang perbankan, Senat AS mendorong pemerintah untuk memberikan sanksi ekonomi lebih keras terhadap Rusia.
(ven)