Atasi Perang Dagang, Trump Kucurkan Rp174,6 Triliun ke Petani AS

Selasa, 28 Agustus 2018 - 06:59 WIB
Atasi Perang Dagang,...
Atasi Perang Dagang, Trump Kucurkan Rp174,6 Triliun ke Petani AS
A A A
WASHINGTON - Perang tarif antara Amerika Serikat dengan China, Uni Eropa, Meksiko dan Kanada telah berdampak terhadap produk pertanian dan peternakan Negeri Paman Sam. Untuk mengatasinya, Presiden AS Donald Trump melakukan "tiga langkah" penyelamatan industri pertanian dan peternakan mereka.

Melansir dari CNBC, Selasa (28/8/2018), Trump menginstruksikan Departemen Pertanian AS untuk menyediakan bantuan hingga USD12 miliar atau setara Rp174,6 triliun (kurs Rp14.556 per USD) kepada industri pertanian dan peternakan. Untuk tahap awal, bantuan akan diberikan sebesar USD6 miliar.

Departemen mengatakan bantuan awal kepada petani mencapai USD4,7 miliar, terutama terhadap tujuh komoditas pertanian andalan. Kemudian, Pemerintah Federal akan membeli hingga USD1,2 miliar terhadap komoditas yang menjadi sasaran pembalasan perang dagang. Langkah terakhir adalah mengeluarkan dana USD200 juta untuk membantu petani dan peternak AS mengembangkan pasar luar negeri.

Adapun petani kedelai akan memperoleh bagian terbesar, yakni hampir USD3,8 miliar. Selanjutnya bantuan USD290 juta bagi peternak babi, sekitar USD277 juta untuk kapas, USD156 juta untuk sorgum gandum, produsen susu USD127 juta, petani gandum USD119 juta dan bantuan USD96 juta bagi produsen jagung.

Untuk program penyerapan atau pembelian dari pemerintah, hampir USD85 juta untuk produk susu, senilai USD560 juta untuk pembelian produk daging babi, USD93 juta penyerapan apel, sekitar USD55,6 juta pembelian jeruk, serta USD100 juta untuk pembelian kacang-kacangan.

Paket mitigasi perdagangan ini mulai digodok sejak 24 Juli lalu, dan akan diimplementasikan pada 4 September mendatang. "Kami tahu bahwa pertanian kami menjadi target utama pembalasan dari perang dagang," kata Sekretaris Departemen Pertanian AS, Sonny Perdue kepada wartawan.

Bantuan besar itu untuk mengatasi penurunan pendapatan industri pertanian AS. Sejak 2013, pendapatan pertanian Amerika telah jatuh sekitar 50%. Dan pada tahun ini, menurut perkiraan Departemen Pertanian AS, akibat perang tarif maka pendapatan pertanian bisa menurun 6,7%.

"Tarif tambahan atas produk pertanian yang kami jual ke China, Kanada, Meksiko dan Uni Eropa telah membebani petani. Bantuan ini memberi kami ruang untuk bernafas. Tapi solusi nyatanya adalah kembali ke meja perundingan dan cepat menemukan resolusi dengan mitra dagang kami," ujar Presiden Federasi Biro Pertanian Amerika Zippy Duvall.

Sebelum tensi perang tarif meningkat pada tahun ini, AS mengekspor produk pertanian senilai USD20 miliar ke China pada 2017 kemarin, dimana USD12 miliar berasal dari kedelai. Ekspor kapas memperoleh pendapatan USD1 miliar, sementara daging babi dan produk susu masing-masing menyumbang USD600 juta.

Dengan nilai sebesar di atas, menurut American Soybean Association, China membeli sekitar setengah dari ekspor kedelai AS. Namun, seiring dengan perang dagang, China telah memberlakukan tarif tambahan 25% bagi kedelai AS yang efektif diterapkan sejak 6 Juli kemarin.

Adapun Trump mengatakan perang tarif terhadap China demi melindungi kepentingan nasional mereka, dimana China dianggap telah melakukan pencurian kekayaan intelektual Amerika.

Pendapat mengatakan bantuan kepada petani ini untuk melindungi kantong-kantong pemilih Trump pada pemilihan presiden 2016 silam. Dimana negara bagian yang memenangkan Trump, seperti Illinois, Iowa, Minnesota, Nebraska, Dakota Utara, Dakota Selatan, Indiana, Missouri dan Ohio merupakan negara bagian penghasil kedelai.

China sendiri mengalihkan dari produk pertanian AS, dengan membeli kedelai dari Amerika Selatan, terutama Brasil.

Meski terpukul dari perang dagang, mayoritas petani AS tetap mendukung langkah Trump dalam perang dagang melawan China. Salah satunya Phil Ramsey, produsen kedelai, jagung dan gandum di Indiana.

"Rakyat Amerika telah memilih Presiden Trump untuk memimpin kita. Dia memiliki bisnis dan gaya negosiasi sendiri. Dan setiap orang memiliki gaya negosiasi masing-masing. Dan saya percaya bahwa dia telah melakukan hal-hal terbaik untuk negara".

Selain kedelai, daging babi menjadi komoditas unggulan lainnya yang terpukul oleh tarif tambahan dari China. Negeri Tirai Bambu merupakan pembeli terbesar daging babi AS. Dan sejak 6 Juli, babi dan daging babi asal Amerika dikenakan pajak impor sekitar 70%. Alhasil, pendapatan peternak daging babi di AS turun hampir 30%.

Kini, produsen daging babi di AS menggantungkan harapan kepada Meksiko. Pada Senin 27 Agustus kemarin, Presiden Trump dan Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto mencapai kesepakatan perdagangan baru yang akan menggantikan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) saat ini.

Meksiko sendiri adalah pasar kedua untuk produk babi dan produk susu asal Amerika, dan berikutnya adalah Jepang. Kedua produk ini sempat terpukul dengan pajak impor hingga 20% sejak 5 Juli silam.

Dan dengan kesepakatan perdagangan bilateral baru dengan Meksiko, kemungkinan akan terjadi penghapusan atau pengurangan tarif bagi produk pertanian AS ke Meksiko, terutama babi dan keju.

Setelah mencapai kesepakatan baru dengan Meksiko, Trump ingin mencapai kesepakatan baru dengan Kanada. "Kanada mengenakan tarif hampir 300% bagi beberapa produk susu kami. Kami tidak bisa menerimanya. Kami akan mengenakan tarif tinggi atas impor otomotif asal Kanada. Jika mereka ingin bernegosiasi dengan adil, kami akan melakukan itu," tegasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5495 seconds (0.1#10.140)