Sektor Pariwisata Menopang Kemajuan Ekonomi Sulut
A
A
A
MANADO - Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey menegaskan, sektor pariwisata merupakan salah satu leading sektor pembangunan di Sulut. Tercatat saat ini dalam setiap minggunya ada 18 trip penerbangan dari China ke Manado yang mengangkut wisatawan dari negeri tirai bambu.
“Selama tiga tahun terakhir, terjadi peningkatan yang signifikan terkait jumlah kunjungan wisatawan ke Sulut,” ujarnya dihadapan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution di acara Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) di Taman Wisata Alam (TWA) Batu Putih, Kota Bitung.
Pada tahun 2015, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sulut sebanyak 27.059, meningkat menjadi 48.288 pada 2016, dan 2017 jumlah wisatawan mancanegara mencapai angka 86.976, serta selang Januari sampai Juni 2018, jumlah wisatawan telah menembus angka 59.125 orang wisatawan.
Selain itu, pada tahun 2017 tercatat sebanyak 2,7 juta penumpang pesawat udara yang melakukan perjalanan ke Sulut. Bahkan diprediksi hingga akhir tahun 2018 ini, jumlah penumpang akan meningkat hingga 3 juta penumpang.
Pencapaian positif sektor pariwisata itu kata Olly, berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sulut meskipun harga sebagian komoditas unggulan Sulut seperti kopra, cengkih dan pala sedang turun.
"Selama tahun 2015 sampai tahun 2017 pertumbuhan ekonomi Sulut selalu berada pada angka diatas 6 persen atau lebih tinggi dari Pertumbuhan Ekonomi Nasional yaitu 5 persen," kata Olly.
Kinerja perekonomian Sulut tahun 2017 yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2017 mencapai Rp110,16 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp79,49 triliun.
Adapun PDRB perkapita mencapai Rp44,76 juta rupiah. Ekonomi Sulut tahun 2017 tumbuh 6,32 persen atau menguat dibandingkan tahun 2016 sebesar 6,17; dan jauh lebih baik dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 6,12%.
“Pertumbuhan ekonomi tersebut juga berdampak pada menurunnya angka kemiskinan. Persentase tingkat kemiskinan Sulut berada di bawah tingkat kemiskinan nasional yang berada pada range 10-11%. Bahkan di wilayah Pulau Sulawesi, kemiskinan di Sulut adalah yang paling rendah,” pungkasnya.
“Selama tiga tahun terakhir, terjadi peningkatan yang signifikan terkait jumlah kunjungan wisatawan ke Sulut,” ujarnya dihadapan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution di acara Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) di Taman Wisata Alam (TWA) Batu Putih, Kota Bitung.
Pada tahun 2015, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sulut sebanyak 27.059, meningkat menjadi 48.288 pada 2016, dan 2017 jumlah wisatawan mancanegara mencapai angka 86.976, serta selang Januari sampai Juni 2018, jumlah wisatawan telah menembus angka 59.125 orang wisatawan.
Selain itu, pada tahun 2017 tercatat sebanyak 2,7 juta penumpang pesawat udara yang melakukan perjalanan ke Sulut. Bahkan diprediksi hingga akhir tahun 2018 ini, jumlah penumpang akan meningkat hingga 3 juta penumpang.
Pencapaian positif sektor pariwisata itu kata Olly, berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sulut meskipun harga sebagian komoditas unggulan Sulut seperti kopra, cengkih dan pala sedang turun.
"Selama tahun 2015 sampai tahun 2017 pertumbuhan ekonomi Sulut selalu berada pada angka diatas 6 persen atau lebih tinggi dari Pertumbuhan Ekonomi Nasional yaitu 5 persen," kata Olly.
Kinerja perekonomian Sulut tahun 2017 yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2017 mencapai Rp110,16 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp79,49 triliun.
Adapun PDRB perkapita mencapai Rp44,76 juta rupiah. Ekonomi Sulut tahun 2017 tumbuh 6,32 persen atau menguat dibandingkan tahun 2016 sebesar 6,17; dan jauh lebih baik dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 6,12%.
“Pertumbuhan ekonomi tersebut juga berdampak pada menurunnya angka kemiskinan. Persentase tingkat kemiskinan Sulut berada di bawah tingkat kemiskinan nasional yang berada pada range 10-11%. Bahkan di wilayah Pulau Sulawesi, kemiskinan di Sulut adalah yang paling rendah,” pungkasnya.
(akr)