Harga Barang Terkendali, Daya Beli Masih Ada
A
A
A
JAKARTA - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyatakan, deflasi yang tercatat pada Agustus 2018 sebesar 0,05% mencerminkan harga barang yang terkendali, khususnya telur. Namun deflasi ini bukan karena daya beli masyarakat yang melemah.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menjelaskan, inflasi inti masih berada di level positif 0,30% dengan periode tahun kalender 2,09% dan secara tahun ke tahun (year on year) 2,90%.
"Kalau inflasi inti masih positif, ya daya beli masih ada. Cuma kebutuhannya tidak sebesar kemarin ketika puasa, Lebaran, Hari Raya Idul Adha," ujarnya di Jakarta, Senin (3/9/2018).
Bambang menjelaskan, yang pertama kali dilihat dari kekuatan daya beli masyarakat yakni inflasi inti. Sementara deflasi terjadi karena permintaan kebutuhan bahan pokok tidak sebesar periode sebelumnya ketika suasana puasa, Lebaran dan Hari Raya Idul Adha.
Menurutnya, komponen volatile food di inflasi didasarkan oleh perbandingan antara suplai dan permintaan, sehingga harus dijaga dengan meningkatkan produksi serta mengendalikan distribusi.
"Volatile food tergantung suplai dan permintaan. Fokus ke produksi dan distribusi ke bahan pangan yang bergejolak," katanya.
Hal tersebut, lanjut Bambang, yang berpengaruh ke deflasi Agustus kemarin dengan proyeksi inflasi akhir tahun masih dapat terjaga di kisaran 3,5%, belum termasuk hitungan dampak event Asian Games.
"Target (inflasi) masih bisa dicapai. Kalau untuk dampak Asian Games (hitungannya) baru selesai dua pekan sampai satu bulan, kita sampaikan dampak finalnya," pungkasnya.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menjelaskan, inflasi inti masih berada di level positif 0,30% dengan periode tahun kalender 2,09% dan secara tahun ke tahun (year on year) 2,90%.
"Kalau inflasi inti masih positif, ya daya beli masih ada. Cuma kebutuhannya tidak sebesar kemarin ketika puasa, Lebaran, Hari Raya Idul Adha," ujarnya di Jakarta, Senin (3/9/2018).
Bambang menjelaskan, yang pertama kali dilihat dari kekuatan daya beli masyarakat yakni inflasi inti. Sementara deflasi terjadi karena permintaan kebutuhan bahan pokok tidak sebesar periode sebelumnya ketika suasana puasa, Lebaran dan Hari Raya Idul Adha.
Menurutnya, komponen volatile food di inflasi didasarkan oleh perbandingan antara suplai dan permintaan, sehingga harus dijaga dengan meningkatkan produksi serta mengendalikan distribusi.
"Volatile food tergantung suplai dan permintaan. Fokus ke produksi dan distribusi ke bahan pangan yang bergejolak," katanya.
Hal tersebut, lanjut Bambang, yang berpengaruh ke deflasi Agustus kemarin dengan proyeksi inflasi akhir tahun masih dapat terjaga di kisaran 3,5%, belum termasuk hitungan dampak event Asian Games.
"Target (inflasi) masih bisa dicapai. Kalau untuk dampak Asian Games (hitungannya) baru selesai dua pekan sampai satu bulan, kita sampaikan dampak finalnya," pungkasnya.
(ven)