Harga Minyak Menurun Karena Meredanya Badai Gordon
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah menurun pada perdagangan Rabu (5/9/2018), setelah badai tropis Gordon di pantai Teluk AS mereda. Badai Gordon bergeser ke arah timur pada Selasa malam waktu AS, sehingga tidak mengancam para produsen minyak yang berada di sisi barat Teluk Meksiko, sehingga bisa melanjutkan produksi.
Melansir dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI) turun 40 sen atau 0,6% ke level USD69,47 per barel pada pukul 01:39 GMT. Harga minyak Brent International turun 16 sen atau 0,2% menjadi USD78,01 per barel.
Sehari sebelumnya, harga minyak sempat melonjak karena lusinan pangkalan minyak dan gas AS di Teluk Meksiko ditutup untuk mengantisipasi badai tropis Gordon yang memukul wilayah tersebut.
Meski harga minyak turun pada Rabu ini, namun Kepala Perdagangan Asia Pasifik untuk bursa berjangka OANDA, Stephen Innes mengatakan harga minyak masih bullish (meningkat) disebabkan pemberlakuan sanksi AS terhadap Iran pada November mendatang.
Sanksi ini akan menambah berkurangnya pasokan minyak disaat permintaan menguat. Jika harga minyak semakin mahal karena berkurangnya pasokan dan tingginya permintaan, bisa berisiko memukul pertumbuhan ekonomi.
Saat ini, pasar negara berkembang yang merupakan importir utama minyak global seperti Turki, Argentina, Indonesia dan Afrika Selatan sedang mengalami tekanan mata uang dan pasar saham akibat dolar AS yang kuat akibat eskalasi perang dagang global.
"Jika krisis pasar negara berkembang ini berlanjut maka akan lebih mengganggu. Itu akan berdampak pada pasar minyak mentah," kata Greg McKenna, kepala strategi pasar di bursa berjangka AxiTrader.
Melansir dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI) turun 40 sen atau 0,6% ke level USD69,47 per barel pada pukul 01:39 GMT. Harga minyak Brent International turun 16 sen atau 0,2% menjadi USD78,01 per barel.
Sehari sebelumnya, harga minyak sempat melonjak karena lusinan pangkalan minyak dan gas AS di Teluk Meksiko ditutup untuk mengantisipasi badai tropis Gordon yang memukul wilayah tersebut.
Meski harga minyak turun pada Rabu ini, namun Kepala Perdagangan Asia Pasifik untuk bursa berjangka OANDA, Stephen Innes mengatakan harga minyak masih bullish (meningkat) disebabkan pemberlakuan sanksi AS terhadap Iran pada November mendatang.
Sanksi ini akan menambah berkurangnya pasokan minyak disaat permintaan menguat. Jika harga minyak semakin mahal karena berkurangnya pasokan dan tingginya permintaan, bisa berisiko memukul pertumbuhan ekonomi.
Saat ini, pasar negara berkembang yang merupakan importir utama minyak global seperti Turki, Argentina, Indonesia dan Afrika Selatan sedang mengalami tekanan mata uang dan pasar saham akibat dolar AS yang kuat akibat eskalasi perang dagang global.
"Jika krisis pasar negara berkembang ini berlanjut maka akan lebih mengganggu. Itu akan berdampak pada pasar minyak mentah," kata Greg McKenna, kepala strategi pasar di bursa berjangka AxiTrader.
(ven)