Dolar AS Makin Kuat Jelang Perang Tarif Baru, Rupiah Jatuh ke Rp14.938

Rabu, 05 September 2018 - 17:45 WIB
Dolar AS Makin Kuat...
Dolar AS Makin Kuat Jelang Perang Tarif Baru, Rupiah Jatuh ke Rp14.938
A A A
JAKARTA - Dolar Amerika Serikat semakin kuat di pasar spot pada perdagangan Rabu (5/9/2018), seiring kekhawatiran terhadap perang tarif baru antara Amerika Serikat dengan China. Presiden AS Donald Trump mengatakan bakal mengenakan tarif tambahan bagi impor produk China sebesar USD200 miliar. Penerapan ini kemungkinan besar dilakukan pada Kamis 6 September besok.

Melansir dari Business Insider, sejak 1 Maret hingga 23 Agustus 2018, sudah 14 kali terjadi perang tarif antara Amerika dengan China. Jelang penerapan perang tarif yang baru, investor pun setia pada greenback--sebutan dolar AS--sebagai aset safe haven.

Greenback juga mendapat dukungan dari indikator ekonomi AS yang membaik dan kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve. Melansir dari Reuters, Rabu (5/9), indeks USD yang mengukur terhadap enam mata uang utama naik 0,2% menjadi 95,662 pada pukul 07:50 GMT, tidak berbeda jauh dari posisi 95,737 pada sesi sebelumnya.

Sikap pelaku pasar tersebut semakin menggerus nilai tukar mata uang di negara-negara berkembang, seperti Indonesia. Kurs rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan di pasar spot, Rabu (5/9), berbalik jatuh ke Rp14.938 per USD, setelah pagi tadi di indeks Bloomberg dibuka membaik ke level Rp14.925 per USD.

Pada perdagangan Selasa kemarin, rupiah ditutup anjlok ke posisi Rp14.935 per USD. Sepanjang Rabu ini, mata uang NKRI diperdagangkan di kisaran Rp14.925-Rp14.940 per USD.

Data Yahoo Finance menunjukan rupiah pada Rabu petang ini terdepresiasi 125 poin ke level Rp14.933 per USD, dibanding penutupan Selasa lewat di posisi Rp14.808 per USD.

Faktor perang dagang menjadikan dolar pilihan utama investor mengamankan aset dan Trump tampaknya menikmati dolar yang kuat dan kemampuannya untuk memberi tekanan kepada negara-negara lain. Keperkasaan dolar di tahun ini, bak Mike Tyson meng-KO lawan-lawannya. Diantaranya rial Iran, bolivar Venezuela, lira Turki, peso Argentina, peso Kolombia, yuan China, rupiah Indonesia, rupee India dan rand Afrika Selatan.

Bahkan pada Selasa kemarin, rand Afrika Selatan rontok lebih dari 2% dan peso Kolombia anjlok lebih dari 1%. Greenback di 2018 menguat terhadap setiap mata uang utama kecuali peso Meksiko dan yen Jepang.

JP Morgan menyebut indeks mata uang emerging market pada Rabu ini berada di level terendah 15 bulan. "Selama Amerika Serikat melakukan perang dagang dengan China, membuat harga komoditas jatuh dan ini berpengaruh pada mata uang pasar negara berkembang," kata Yukio Ishizuki, ahli strategi mata uang senior di Daiwa Securities.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6250 seconds (0.1#10.140)