Rupiah Ambles, Pasar Terus Awasi Perkembangan Belanja Negara
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah 37 poin di level Rp15.622 dalam perdagangan sore hari ini.
Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menyebut salah satu faktor internal pemicu melemahnya mata uang Garuda lantaran pelaku pasar masih terus memantau perkembangan realisasi belanja negara.
"Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, sampai dengan akhir September 2022 realisasi belanja negara mencapai Rp1.913,9 triliun atau baru terserap 61,6% dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2022 yang sebesar Rp3.106,4 triliun," papar Ibrahim dalam rilis hariannya, Selasa (25/10/2022).
Untuk diketahui, belanja negara tersebut terdiri dari beberapa komponen di antaranya belanja Kementerian/Lembaga (K/L) yang realisasinya telah mencapai Rp674,4 triliun atau terserap 71,3% dari target APBN.
Belanja ini dimanfaatkan untuk penyaluran berbagai bantuan sosial (bansos) dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) kepada masyarakat, pengadaan peralatan atau mesin, jalan, jaringan, irigasi, belanja pegawai termasuk THR dan gaji ke 13 serta kegiatan operasional K/L.
Sementara dari sisi eksternal, Ibrahim menyebut safe-haven dolar AS menguat terhadap mata uang utama di tengah tanda-tanda kenaikan suku bunga Federal Reserve atau The Fed yang mengerem ekonomi terbesar dunia. Sementara, sentimen risiko meningkat karena Rishi Sunak bersiap untuk menjadi perdana menteri (PM) Inggris.
"Dolar melemah sebelumnya setelah rilis IMP Komposit Global S&P Oktober menunjukkan aktivitas bisnis AS berkontraksi untuk bulan keempat berturut-turut, sebuah indikasi bahwa pengetatan moneter agresif Fed memiliki dampak yang signifikan," tutur Ibrahim.
Lebih lanjut, untuk perdagangan besok, Rabu (26/10), Ibrahim memprediksi mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di kisaran Rp15.610 - 15.660 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menyebut salah satu faktor internal pemicu melemahnya mata uang Garuda lantaran pelaku pasar masih terus memantau perkembangan realisasi belanja negara.
"Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, sampai dengan akhir September 2022 realisasi belanja negara mencapai Rp1.913,9 triliun atau baru terserap 61,6% dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2022 yang sebesar Rp3.106,4 triliun," papar Ibrahim dalam rilis hariannya, Selasa (25/10/2022).
Untuk diketahui, belanja negara tersebut terdiri dari beberapa komponen di antaranya belanja Kementerian/Lembaga (K/L) yang realisasinya telah mencapai Rp674,4 triliun atau terserap 71,3% dari target APBN.
Belanja ini dimanfaatkan untuk penyaluran berbagai bantuan sosial (bansos) dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) kepada masyarakat, pengadaan peralatan atau mesin, jalan, jaringan, irigasi, belanja pegawai termasuk THR dan gaji ke 13 serta kegiatan operasional K/L.
Sementara dari sisi eksternal, Ibrahim menyebut safe-haven dolar AS menguat terhadap mata uang utama di tengah tanda-tanda kenaikan suku bunga Federal Reserve atau The Fed yang mengerem ekonomi terbesar dunia. Sementara, sentimen risiko meningkat karena Rishi Sunak bersiap untuk menjadi perdana menteri (PM) Inggris.
"Dolar melemah sebelumnya setelah rilis IMP Komposit Global S&P Oktober menunjukkan aktivitas bisnis AS berkontraksi untuk bulan keempat berturut-turut, sebuah indikasi bahwa pengetatan moneter agresif Fed memiliki dampak yang signifikan," tutur Ibrahim.
Lebih lanjut, untuk perdagangan besok, Rabu (26/10), Ibrahim memprediksi mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di kisaran Rp15.610 - 15.660 per dolar AS.
(ind)