Bahan Baku Impor, Industri Fashion Akan Terdampak Pelemahan Rupiah
A
A
A
BANDUNG - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) berpotensi berdampak terhadap industri fashion Tanah Air. Pemakaian bahan baku impor pada kain menjadi penyebab terdampaknya sektor ini.
Pelaku industri fashion yang juga desainer Barli Asmara mengakui, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar akan sangat berdampak terhadap bisnis fashion. Produsen pakaian dan produk turunannya, akan melakukan penyesuaian harga, bila harga kain mengalami kenaikan.
“Pasti akan sangat berpengaruh. Walaupun kainnya dibikin di Indonesia, tetapi bahan bakunya (kapas) masih impor. Produsen fashion pasti akan melakukan penyesuaian harga. Misalnya harga scarf biasanya dijual Rp200.000 jadi Rp270.000," kata dia ketika ditemui di Bandung, Kamis (6/9/1018).
Menurut Barli, dengan kenaikan dolar biasanya harga jual produk fashion dan turunnya akan mengalami kenaikan harga antara 10 sampai 20%. Sementara pelaku usaha dihadapkan pada kemampuan daya beli masyarakat. Harga jual yang terlalu tinggi dikhawatirkan akan berdampak terhadap rendahnya daya beli konsumen.
Sebenarnya, kata dia, salah cara yang bisa dipakai adalah menekan seminim mungkin penggunaan produk impor. Setidaknya, kain atau bahan bakunya diproduksi di dalam negeri. “Kalau saya menggunakan 100 persen bahan lokal. Walaupun, beberapa bahan bakunya diimpor, tapi setidaknya diproduksi di Indonesia,” jelas dia.
Barli mengatakan, pada berbagai kesempatan dia selalu menekankan agar semua desainer muda, menggunakan bahan-bahan lokal. Karena, kalau banyak menggunakan bahan impor akan berat saat harga dolar tinggi seperti saat ini. Tentu, akan berefek dan akan sangat berpengaruh ke biaya produksi.
Diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar terus merosot sejak satu bulan terakhir. Hari ini Dolar Amerika semakin perkasa dengan nilai tukar Rp15.029 per dolar AS. Sejumlah kalangan terharap depresiasi rupiah tak terus berlanjut agar ada kepastian usaha.
Pelaku industri fashion yang juga desainer Barli Asmara mengakui, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar akan sangat berdampak terhadap bisnis fashion. Produsen pakaian dan produk turunannya, akan melakukan penyesuaian harga, bila harga kain mengalami kenaikan.
“Pasti akan sangat berpengaruh. Walaupun kainnya dibikin di Indonesia, tetapi bahan bakunya (kapas) masih impor. Produsen fashion pasti akan melakukan penyesuaian harga. Misalnya harga scarf biasanya dijual Rp200.000 jadi Rp270.000," kata dia ketika ditemui di Bandung, Kamis (6/9/1018).
Menurut Barli, dengan kenaikan dolar biasanya harga jual produk fashion dan turunnya akan mengalami kenaikan harga antara 10 sampai 20%. Sementara pelaku usaha dihadapkan pada kemampuan daya beli masyarakat. Harga jual yang terlalu tinggi dikhawatirkan akan berdampak terhadap rendahnya daya beli konsumen.
Sebenarnya, kata dia, salah cara yang bisa dipakai adalah menekan seminim mungkin penggunaan produk impor. Setidaknya, kain atau bahan bakunya diproduksi di dalam negeri. “Kalau saya menggunakan 100 persen bahan lokal. Walaupun, beberapa bahan bakunya diimpor, tapi setidaknya diproduksi di Indonesia,” jelas dia.
Barli mengatakan, pada berbagai kesempatan dia selalu menekankan agar semua desainer muda, menggunakan bahan-bahan lokal. Karena, kalau banyak menggunakan bahan impor akan berat saat harga dolar tinggi seperti saat ini. Tentu, akan berefek dan akan sangat berpengaruh ke biaya produksi.
Diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar terus merosot sejak satu bulan terakhir. Hari ini Dolar Amerika semakin perkasa dengan nilai tukar Rp15.029 per dolar AS. Sejumlah kalangan terharap depresiasi rupiah tak terus berlanjut agar ada kepastian usaha.
(akr)