Skenario Kuatkan Kurs Rupiah Versi Menko Luhut
Skenario Kuatkan Kurs Rupiah Versi Menko Luhut
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Luhut B Panjaitan memaparkan, langkah-langkah yang bisa menjadi solusi menguatkan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang terus tergerus dalam beberapa pekan terakhir. Salah satunya terang dia yakni mengganti penggunaan crude oil dengan biodiesel sebagai bahan bakar dengan target dapat menghemat impor senilai USD2,3 miliar.
"Selain penghematan impor minyak, kita dapat lihat harga sawit sudah naik. Diharapkan harga ini dalam beberapa bulan ke depan dapat terus naik sampai ke USD600-USD700 per ton. Kalau skenario ini berjalan, maka tahun depan diharapkan kita mendapat lebih dari USD9,5 miliar dari penghematan impor minyak dan kenaikan devisa ekspor CPO," ujar Menko Luhut di Jakarta, Kamis (6/9/2018).
(Baca Juga: Menko Luhut Salahkan Perang Dagang AS-China Bikin Rupiah MeranaLebih lanjut, Ia memaparkan cara selanjutnya dalam mendongkrak nilai tukar rupiah yakni mengoptimalisasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Pasalnya optimalisasi TKDN atau local content bisa menghemat biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dampaknya bisa mengurangi impor yang membebani mata uang Indonesia.
"Selama bertahun-tahun kita tidak pernah konsisten untuk mengutamakan penggunaan local content/komponen dalam negeri untuk industri. Sekarang saya ditunjuk untuk mengkoordinasikan tentang Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), sehingga kita bisa hemat USD2-3 miliar. Saya sangat concern dengan masalah-masalah detil seperti ini karena belum pernah ada yang berpikir demikian. Mungkin selama ini kita terlalu asyik berpikir pada tataran makro saja," paparnya.
Selanjutnya Ia menambahkan, sektor yang menjadi fokus lainnya yaitu perbaikan pariwisata sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Alasannya terang Luhut, karena sektor tersebut menjadi penghasil devisa yang cukup besar dan mampu menciptakan tenaga kerja secara cepat.
"Tahun ini, per Juli 2018, jumlah turis asing yang masuk ke Indonesia mencapai 9 juta orang. Angka ini naik 13%, jika dibandingkan sebelumnya. Kita harapkan tahun ini bisa mendapatkan devisa mencapai USD15-17 miliar dari sektor pariwisata ini, naik dibandingkan tahun lalu yang USD12,5 miliar," tandasnya.
"Selain penghematan impor minyak, kita dapat lihat harga sawit sudah naik. Diharapkan harga ini dalam beberapa bulan ke depan dapat terus naik sampai ke USD600-USD700 per ton. Kalau skenario ini berjalan, maka tahun depan diharapkan kita mendapat lebih dari USD9,5 miliar dari penghematan impor minyak dan kenaikan devisa ekspor CPO," ujar Menko Luhut di Jakarta, Kamis (6/9/2018).
(Baca Juga: Menko Luhut Salahkan Perang Dagang AS-China Bikin Rupiah MeranaLebih lanjut, Ia memaparkan cara selanjutnya dalam mendongkrak nilai tukar rupiah yakni mengoptimalisasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Pasalnya optimalisasi TKDN atau local content bisa menghemat biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dampaknya bisa mengurangi impor yang membebani mata uang Indonesia.
"Selama bertahun-tahun kita tidak pernah konsisten untuk mengutamakan penggunaan local content/komponen dalam negeri untuk industri. Sekarang saya ditunjuk untuk mengkoordinasikan tentang Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), sehingga kita bisa hemat USD2-3 miliar. Saya sangat concern dengan masalah-masalah detil seperti ini karena belum pernah ada yang berpikir demikian. Mungkin selama ini kita terlalu asyik berpikir pada tataran makro saja," paparnya.
Selanjutnya Ia menambahkan, sektor yang menjadi fokus lainnya yaitu perbaikan pariwisata sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Alasannya terang Luhut, karena sektor tersebut menjadi penghasil devisa yang cukup besar dan mampu menciptakan tenaga kerja secara cepat.
"Tahun ini, per Juli 2018, jumlah turis asing yang masuk ke Indonesia mencapai 9 juta orang. Angka ini naik 13%, jika dibandingkan sebelumnya. Kita harapkan tahun ini bisa mendapatkan devisa mencapai USD15-17 miliar dari sektor pariwisata ini, naik dibandingkan tahun lalu yang USD12,5 miliar," tandasnya.
(akr)
Explore More