BI Pastikan Indonesia Mampu Hadapi Ketidakpastian Global
A
A
A
JAKARTA - Ketidakpastian ekonomi global masih akan membayangi perekonomian negara-negara berkembang, mulai dari konflik perdagangan Amerika Serikat (AS) versus China, kenaikan suku bunga The Fed hingga negosiasi Brexit. Meski begitu ketika mata uang emerging markets mulai tergerus tak terkecuali rupiah, Bank Indonesia (BI) kembali menegaskan fundamental Indonesia kuat.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan Indonesia masih bisa menghadapi beberapa ketidakpastian ekonomi global. Bahkan Ia menekankan, agar masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan bahwa krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998, silam tak akan terulang.
"Enggal perlu dikhawatirkan karena negara lain juga melemah, bahkan jauh melebihi daripasa kita. Negara seperti Australia dan Selandia baru juga melemah sama dengan kita. Jadi tidak menjadi sesuatu yang perlu dikhawatirkan karena fundamental ekonomi yang kuat," ujar Mirza Adityaswara di Gedung DPR, di Jakarta, Senin (10/9/2018).
Sebelumnya Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan, stabilitas perekonomian Indonesia hingga semester I/2018 masih terjaga. Pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,27% yang merupakan pertumbuhan tertinggi sejak 2014.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, pertumbuhan ini disumbangkan oleh permintaan konsumsi dan investasi. Selain itu dari kegiatan pemerintah dan juga ekspor, meski impor meningkat. "Stabilitas ekonomi masih terjaga, inflasi Juli sebesar 3,18%, sehingga kumulatif inflasi 2,18%. Realisasi ini lebih rendah dari 2,60% periode yang sama tahun lalu. Kita punya stabilitas harga baik," jelas Sri Mulyani.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan Indonesia masih bisa menghadapi beberapa ketidakpastian ekonomi global. Bahkan Ia menekankan, agar masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan bahwa krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998, silam tak akan terulang.
"Enggal perlu dikhawatirkan karena negara lain juga melemah, bahkan jauh melebihi daripasa kita. Negara seperti Australia dan Selandia baru juga melemah sama dengan kita. Jadi tidak menjadi sesuatu yang perlu dikhawatirkan karena fundamental ekonomi yang kuat," ujar Mirza Adityaswara di Gedung DPR, di Jakarta, Senin (10/9/2018).
Sebelumnya Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan, stabilitas perekonomian Indonesia hingga semester I/2018 masih terjaga. Pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,27% yang merupakan pertumbuhan tertinggi sejak 2014.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, pertumbuhan ini disumbangkan oleh permintaan konsumsi dan investasi. Selain itu dari kegiatan pemerintah dan juga ekspor, meski impor meningkat. "Stabilitas ekonomi masih terjaga, inflasi Juli sebesar 3,18%, sehingga kumulatif inflasi 2,18%. Realisasi ini lebih rendah dari 2,60% periode yang sama tahun lalu. Kita punya stabilitas harga baik," jelas Sri Mulyani.
(akr)