Ini Tiga Hal Perhatian Go-Jek dan Komunitas Mitra Pengemudi
A
A
A
JAKARTA - Persoalan tarif dan transparansi dalam bisnis transportasi online membuat beberapa mitra pengemudi mengeluh. Salah satunya Gerakan Hantam Aplikator Nakal (Gerhana). Pada Rabu ini, Gerhana wadah komunitas mitra pengemudi transportasi berbasisi teknologi (mayoritas kendaraan roda empat) menyampaikan keluhannya kepada Go-Jek.
Go-Jek pun langsung merespons aspirasi mereka. VP Corporate Communication Go-Jek, Michael Say langsung menerima kehadiran Gerhana, yang sebelumnya melakukan unjuk rasa ke kantor Grab di Lippo Kuningan, Jakarta.
Michael mengadakan pembicaraan hangat dengan para peserta aksi, didampingi Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Budi Setiyadi.
"Mitra pengemudi memegang peranan penting dalam perkembangan ekosistem Go-Jek dan keberhasilan mitra merupakan kebanggaan tersendiri bagi Go-Jek," ucap Michael kepada media massa, Jakarta, Rabu (12/9/2018).
Sebagai perusahaan technology enabler, menurutnya, Go-Jek terus berupaya membantu para mitra memiliki pendapatan berkesinambungan demi meningkatkan kesejahteraan lewat berbagai cara.
"Hal-hal yang sedang kami jalankan adalah program Go-Jek Swadaya, perbaikan kebijakan suspen serta pertemuan rutin dua arah dengan mitra pengemudi seluruh Indonesia," terangnya.
Komunikasi rutin dua arah yang biasa disebut "Kopdar" itu lah wujud Go-Jek melibatkan para mitra dalam penentuan berbagai kebijakan. Termasuk soal tarif.
Dari ajang tersebut juga, Go-Jek mendengarkan aspirasi dan berbagai keluhan para mitra. "Terkait penyampaian aspirasi yang berlangsung saat ini, yang pasti kami selalu terbuka mendengarkan masukan yang membangun demi kebaikan bersama," sambungnya.
Ada tiga hal yang menjadi perhatian Go-Jek. Michael mengatakan, ketiganya harus dilihat secara menyeluruh yakni kesejahteraan mitra, kepuasan pelanggan dan keberlangsungan perusahaan.
"Kami juga sudah mengundang perwakilan-perwakilan mitra pengemudi yang hadir hari ini untuk masuk ke kantor kami, untuk melakukan mediasi sehingga ditemukan jalan keluar yang terbaik," imbuhnya.
Humas Aksi, Dedi Heriyantoni, menyatakan selama ini mitra pengemudi, baik roda dua maupun roda empat kerap mendapat "hukuman" terutama cap negatif dari penumpang akibat berbagai hal, termasuk menolak order. "Menolak order karena kami membutuhkan istirahat," ujarnya.
Hal dirasa tidak adil para mitra itu, menurut Dedi, akibat belum ada realisasi aturan dari pemerintah. Padahal, kata dia, pemimpin tertinggi negara ini yaitu Presiden Joko Widodo pasca aksi besar-besaran pada Maret 2018, telah meminta para menterinya untuk memfasilitasi tuntutan pengemudi dan membuat aturannya.
Menanggapi itu, Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub, Budi Setiyadi, mengatakan poin-poin tuntutan termasuk dalam regulasi yang masih dibahas pemerintah. "Belum lama ini perwakilan pemerintah juga ke Thailand untuk melihat bagaimana aturan di sana," kata dia.
Budi menjanjikan untuk melibatkan semua pihak dalam penentuan peraturan, termasuk Gerhana. "Nanti koodinatornya siapa, kita libatkan. Yang penting di semua aliansi itu satu suara dulu, jangan beda-beda," terusnya.
Aksi Gerhana yang berlangsung di halaman kantor pusat Go-Jek, Pasaraya Blok M, Jakarta Selatan, berlangsung kondusif. Dimulai pada sekitar pukul 11 WIB dan membubarkan diri kurang dari dua jam kemudian.
Go-Jek pun langsung merespons aspirasi mereka. VP Corporate Communication Go-Jek, Michael Say langsung menerima kehadiran Gerhana, yang sebelumnya melakukan unjuk rasa ke kantor Grab di Lippo Kuningan, Jakarta.
Michael mengadakan pembicaraan hangat dengan para peserta aksi, didampingi Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Budi Setiyadi.
"Mitra pengemudi memegang peranan penting dalam perkembangan ekosistem Go-Jek dan keberhasilan mitra merupakan kebanggaan tersendiri bagi Go-Jek," ucap Michael kepada media massa, Jakarta, Rabu (12/9/2018).
Sebagai perusahaan technology enabler, menurutnya, Go-Jek terus berupaya membantu para mitra memiliki pendapatan berkesinambungan demi meningkatkan kesejahteraan lewat berbagai cara.
"Hal-hal yang sedang kami jalankan adalah program Go-Jek Swadaya, perbaikan kebijakan suspen serta pertemuan rutin dua arah dengan mitra pengemudi seluruh Indonesia," terangnya.
Komunikasi rutin dua arah yang biasa disebut "Kopdar" itu lah wujud Go-Jek melibatkan para mitra dalam penentuan berbagai kebijakan. Termasuk soal tarif.
Dari ajang tersebut juga, Go-Jek mendengarkan aspirasi dan berbagai keluhan para mitra. "Terkait penyampaian aspirasi yang berlangsung saat ini, yang pasti kami selalu terbuka mendengarkan masukan yang membangun demi kebaikan bersama," sambungnya.
Ada tiga hal yang menjadi perhatian Go-Jek. Michael mengatakan, ketiganya harus dilihat secara menyeluruh yakni kesejahteraan mitra, kepuasan pelanggan dan keberlangsungan perusahaan.
"Kami juga sudah mengundang perwakilan-perwakilan mitra pengemudi yang hadir hari ini untuk masuk ke kantor kami, untuk melakukan mediasi sehingga ditemukan jalan keluar yang terbaik," imbuhnya.
Humas Aksi, Dedi Heriyantoni, menyatakan selama ini mitra pengemudi, baik roda dua maupun roda empat kerap mendapat "hukuman" terutama cap negatif dari penumpang akibat berbagai hal, termasuk menolak order. "Menolak order karena kami membutuhkan istirahat," ujarnya.
Hal dirasa tidak adil para mitra itu, menurut Dedi, akibat belum ada realisasi aturan dari pemerintah. Padahal, kata dia, pemimpin tertinggi negara ini yaitu Presiden Joko Widodo pasca aksi besar-besaran pada Maret 2018, telah meminta para menterinya untuk memfasilitasi tuntutan pengemudi dan membuat aturannya.
Menanggapi itu, Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub, Budi Setiyadi, mengatakan poin-poin tuntutan termasuk dalam regulasi yang masih dibahas pemerintah. "Belum lama ini perwakilan pemerintah juga ke Thailand untuk melihat bagaimana aturan di sana," kata dia.
Budi menjanjikan untuk melibatkan semua pihak dalam penentuan peraturan, termasuk Gerhana. "Nanti koodinatornya siapa, kita libatkan. Yang penting di semua aliansi itu satu suara dulu, jangan beda-beda," terusnya.
Aksi Gerhana yang berlangsung di halaman kantor pusat Go-Jek, Pasaraya Blok M, Jakarta Selatan, berlangsung kondusif. Dimulai pada sekitar pukul 11 WIB dan membubarkan diri kurang dari dua jam kemudian.
(ven)