China Dikenai tarif, Sejumlah Perusahaan Mulai Pindahkan Produksi

Senin, 24 September 2018 - 13:02 WIB
China Dikenai tarif,...
China Dikenai tarif, Sejumlah Perusahaan Mulai Pindahkan Produksi
A A A
SEOUL - Semakin banyak perusahaan yang mengalihkan produksinya dari China ke pabrik-pabrik lain di Asia menyusul pengenaan tarif oleh Presiden AS Donald Trump atas barang impor dari China.

Perusahaan termasuk SK Hynix dari Korea Selatan dan Mitsubishi Electric, Toshiba Machine Co. dan Komatsu dari Jepang mulai merencanakan langkah pemindahan produksi sejak Juli lalu, ketika tarif pertama diterapkan. Saat ini, terang perwakilan perusahaan dan pihak-pihak yang mengetahui rencana tersebut, proses pemindahan mulai berjalan.

Lainnya, seperti produsen komputer Taiwan Compal Electronics dan LG Electronics Korea Selatan, juga telah membuat rencana darurat jika perang perdagangan berlanjut semakin dalam.

Reaksi cepat terhadap tarif AS dimungkinkan karena banyak produsen besar memiliki fasilitas di banyak negara dan dapat memindahkan setidaknya sejumlah kecil produksi tanpa membangun pabrik baru. Beberapa pemerintah, terutama di Taiwan dan Thailand, secara aktif mendorong perusahaan-perusahaan untuk memindahkan produksinya dari China.

Amerika Serikat memberlakukan 25% bea bagi barang-barang buatan China senilai USD50 miliar Juli lalu. Pada putaran kedua, AS mengenakan tarif 10% pada ekspor China ke AS senilai USD200 miliar. AS juga mengancam akan menaikkan bea hingga 25% pada akhir tahun.

Trump juga telah mengancam pada putaran ketiga tarif dikenakan pada USD267 miliar barang, yang berarti seluruh ekspor China ke Amerika Serikat akan berada dalam rezim tarif.

Tarif itu mengancam status China sebagai basis produksi berbiaya rendah yang, bersama dengan daya tarik pasar China yang tumbuh cepat, telah menarik banyak perusahaan untuk membangun pabrik dan rantai pasokan di negara itu selama beberapa dekade terakhir.

SK Hynix, yang membuat chip memori komputer, pekerjaan sedang dilakukan untuk memindahkan produksi modul chip tertentu kembali ke Korea Selatan dari China. Hal serupa dilakukan Micron Technology yang juga memindahkan sejumlah chip memori dari China ke lokasi Asia lainnya.

"Ada beberapa produk modul DRAM yang dibuat di China yang diekspor ke Amerika Serikat," kata seorang sumber. "SK Hynix berencana membawa produk-produk modul DRAM itu ke Korea Selatan untuk menghindari pukulan tarif," tuturnya seperti dikutip Reuters, Senin (24/9/2018).

Toshiba Machine Co mengatakan, pihaknya berencana untuk mengalihkan produksi mesin cetakan plastik AS dari China ke Jepang atau Thailand pada bulan Oktober. Mesin-mesin ini digunakan untuk membuat komponen plastik seperti bumper. "Kami telah memutuskan untuk mengalihkan sebagian produksi kami dari China karena dampak dari tarif itu signifikan," kata seorang juru bicara.

Mitsubishi Electric, sementara itu, mengatakan sedang dalam proses pengalihan produksi peralatan mesin dengan tujuan ekspor ke AS dari basis manufakturnya di Dalian, di China timur laut, ke pabrik Jepang di Nagoya.

Di Taiwan, seorang eksekutif pembuat notebook PC Compal, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan bahwa dampak perang perdagangan telah dibatasi sejauh ini, tetapi perusahaan sedang mempelajari opsi-opsinya. "Kami juga dapat menggunakan fasilitas di Vietnam, Meksiko dan Brasil sebagai alternatif," katanya.

Perusahaan yang lebih kecil juga mengeksplorasi opsi mereka. Produsen peralatan medis Korea Selatan IM Healthcare, yang membuat produk termasuk pembersih udara, sedang mempelajari kepindahan ke Vietnam atau Korea Selatan jika konflik perdagangan mengintensifkan, sumber dengan pengetahuan langsung tentang masalah tersebut.

Sementara sejumlah negara Asia berharap konflik AS-China akan memberi dorongan ekonomi dan strategis. Di Taiwan, pemerintah secara aktif mendorong perusahaan untuk memindahkan produksi dari China.

Pejabat kementerian ekonomi Taiwan William Liu mengatakan kepada Reuters bahwa perang dagang adalah "tantangan dan peluang". Taiwan bergantung pada China sebagai pasar ekspor, katanya, tetapi pada saat yang sama bisa melihat peningkatan pekerjaan dari perusahaan yang memindahkan operasi ke negara itu.

Thailand juga berharap mendapatkan aliran investasi dan teknologi dari perusahaan yang meninggalkan China akibat perang dagang. Kanit Sangsubhan, Sekretaris Jenderal Kantor Korporasi Ekonomi Timur (EEC) Thailand, mengatakan pihaknya bulan lalu mengajak sekitar 800 perwakilan perusahaan China dalam tur di sekitar jantung industri timur. tak hanya tu, Dewan Investasi negara itu juga telah melakukan tujuh roadshow di China tahun ini untuk menarik para investor.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7048 seconds (0.1#10.140)