Oktober, Bulan Baik untuk Indeks Harga Saham Gabungan
A
A
A
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini diperkirakan akan melanjutkan tren positif yang sudah terjadi di pekan lalu. Sentimen asing terutama kebijakan The Fed terbukti tidak menjadi isu yang diperhatikan investor sehingga sentimen positif lebih mendominasi.
Pada akhir pekan lalu IHSG ditutup menguat dengan indeks naik 0,80% ke level 5.976,55. Investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp885,13 miliar. Head of Research Narada Asset Management Kiswoyo Adi mengatakan, sentimen dari global khususnya pergerakan the Fed sudah tidak menjadi ancaman lagi.
Hal ini diantisipasi dengan kebijakan BI yang langsung menaikkan suku bunga acuan. Sentimen positif untuk IHSG menurutnya justru datang dari berita inflasi September yang diperkirakan masih rendah. “Tren IHSG kami perkirakan positif untuk Oktober. Ini bulan bagus IHSG secara statistik. Pekan ini kisaran IHSG di level 5800 hingga 6100. Sentimen positif datang dari berita inflasi diperkirakan masih rendah,” ujar Kiswoyo.
Analis pasar modal dari CSA Research Institute Reza Priyambada menerangkan, pergerakan IHSG dalam sepekan diperkirakan akan berada pada kisaran level support 5925-5948 dan level resisten 5994-6020. Ini lebih tinggi dibandingkan pekan sebelumnya di level support 5921-5937 dan resisten 5972-6007.
IHSG akan didorong pembelian saham yang terus meningkat dan diikuti kenaikan volume pembelian. Tren ini diharapkan masih akan berlanjut di perdagangan selanjutnya. “Ada sentimen positif dari global. Terlebih kenaikan suku bunga The Fed tidak direspon secara negatif. Kemudian dari kinerja para emiten diperkirakan menjadi lebih baik. Meski demikian harus terus waspada terhadap sentimen yang dapat membuat laju IHSG kembali melemah,” ujar Reza di Jakarta.
Pergerakan IHSG di pekan kemarin mampu kembali naik dari pekan sebelumnya yang naik 0,32%. Posisi high level perdagangan mencapai 5976,55 di atas sebelumnya di 5975,17. Sedangkan level terendah yang dicapai mencapai 5930,60 dari sebelumnya 5781,29.
Sentimen dari kenaikan suku bunga The Fed tampaknya tidak terlalu direspon negatif dimana dinilai The Fed tidak akan terlalu agresif dalam menaikan kembali suku bunganya pasca kenaikan tersebut. Di sisi lain, kenaikan suku bunga Bank Indonesia sebanyak 25 bps telah diperkirakan sebelumnya sehingga cukup memberikan sentimen positif.
Bahkan pergerakan Rupiah yang kembali melemah juga tidak menghalangi IHSG melanjutkan pergerakan positif pekan lalu. Masih adanya sejumlah berita positif emiten cukup membantu IHSG bergerak positif.
Dia juga mengatakan laju Rupiah pekan ini diprediksi akan berada pada rentang support 14.895 dan resisten 14.919. Pergerakan Rupiah pekan ini diperkirakan masih belum mampu merespon adanya sejumlah sentimen positif. Sehingga Rupiah masih memiliki peluang melemah. Apalagi kondisi zona Eropa sedang kurang baik sehingga membuat laju USD terlihat lebih positif dibandingkan EUR.
“Diharapkan masih ada sejumlah sentimen positif dari dalam negeri untuk menahan pelemahan lebih lanjut. Tetap cermati dan waspadai berbagai sentimen yang dapat kembali menahan kenaikan Rupiah,” ujarnya.
Sentimen nilai tukar global datang dari pergerakan USD yang menguat seiring dengan melemahnya laju EUR pasca adanya sentimen negatif dari Italia. Dikabarkan Italia meningkatkan perkiraan defisit anggarannya sehingga memberikan kekhawatiran akan kondisi anggaran negara tersebut.
Dia juga mengatakan pelaku pasar mewaspadai perang pengenaan tarif impor dagang antara AS dan Tiongkok sehingga membuat permintaan akan mata uang safe haven masih meningkat sehingga memperkuat laju USD. Selain itu, penguatan USD juga didukung kenaikan sejumlah data-data ekonomi AS.
Pada akhir pekan lalu IHSG ditutup menguat dengan indeks naik 0,80% ke level 5.976,55. Investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp885,13 miliar. Head of Research Narada Asset Management Kiswoyo Adi mengatakan, sentimen dari global khususnya pergerakan the Fed sudah tidak menjadi ancaman lagi.
Hal ini diantisipasi dengan kebijakan BI yang langsung menaikkan suku bunga acuan. Sentimen positif untuk IHSG menurutnya justru datang dari berita inflasi September yang diperkirakan masih rendah. “Tren IHSG kami perkirakan positif untuk Oktober. Ini bulan bagus IHSG secara statistik. Pekan ini kisaran IHSG di level 5800 hingga 6100. Sentimen positif datang dari berita inflasi diperkirakan masih rendah,” ujar Kiswoyo.
Analis pasar modal dari CSA Research Institute Reza Priyambada menerangkan, pergerakan IHSG dalam sepekan diperkirakan akan berada pada kisaran level support 5925-5948 dan level resisten 5994-6020. Ini lebih tinggi dibandingkan pekan sebelumnya di level support 5921-5937 dan resisten 5972-6007.
IHSG akan didorong pembelian saham yang terus meningkat dan diikuti kenaikan volume pembelian. Tren ini diharapkan masih akan berlanjut di perdagangan selanjutnya. “Ada sentimen positif dari global. Terlebih kenaikan suku bunga The Fed tidak direspon secara negatif. Kemudian dari kinerja para emiten diperkirakan menjadi lebih baik. Meski demikian harus terus waspada terhadap sentimen yang dapat membuat laju IHSG kembali melemah,” ujar Reza di Jakarta.
Pergerakan IHSG di pekan kemarin mampu kembali naik dari pekan sebelumnya yang naik 0,32%. Posisi high level perdagangan mencapai 5976,55 di atas sebelumnya di 5975,17. Sedangkan level terendah yang dicapai mencapai 5930,60 dari sebelumnya 5781,29.
Sentimen dari kenaikan suku bunga The Fed tampaknya tidak terlalu direspon negatif dimana dinilai The Fed tidak akan terlalu agresif dalam menaikan kembali suku bunganya pasca kenaikan tersebut. Di sisi lain, kenaikan suku bunga Bank Indonesia sebanyak 25 bps telah diperkirakan sebelumnya sehingga cukup memberikan sentimen positif.
Bahkan pergerakan Rupiah yang kembali melemah juga tidak menghalangi IHSG melanjutkan pergerakan positif pekan lalu. Masih adanya sejumlah berita positif emiten cukup membantu IHSG bergerak positif.
Dia juga mengatakan laju Rupiah pekan ini diprediksi akan berada pada rentang support 14.895 dan resisten 14.919. Pergerakan Rupiah pekan ini diperkirakan masih belum mampu merespon adanya sejumlah sentimen positif. Sehingga Rupiah masih memiliki peluang melemah. Apalagi kondisi zona Eropa sedang kurang baik sehingga membuat laju USD terlihat lebih positif dibandingkan EUR.
“Diharapkan masih ada sejumlah sentimen positif dari dalam negeri untuk menahan pelemahan lebih lanjut. Tetap cermati dan waspadai berbagai sentimen yang dapat kembali menahan kenaikan Rupiah,” ujarnya.
Sentimen nilai tukar global datang dari pergerakan USD yang menguat seiring dengan melemahnya laju EUR pasca adanya sentimen negatif dari Italia. Dikabarkan Italia meningkatkan perkiraan defisit anggarannya sehingga memberikan kekhawatiran akan kondisi anggaran negara tersebut.
Dia juga mengatakan pelaku pasar mewaspadai perang pengenaan tarif impor dagang antara AS dan Tiongkok sehingga membuat permintaan akan mata uang safe haven masih meningkat sehingga memperkuat laju USD. Selain itu, penguatan USD juga didukung kenaikan sejumlah data-data ekonomi AS.
(akr)