IMF Puji Fundamental Ekonomi RI, Meski Rupiah Melemah ke Rp15.200/USD
A
A
A
JAKARTA - International Monetary Fund (IMF) memuji fundamental ekonomi Indonesia, meski nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) hingga menyentuh Rp15.200/USD. Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan, pelemahan nilai tukar di negara berkembang seperti Indonesia disebabkan oleh normalisasi suku bunga di Amerika Serikat.
“Ada peningkatan signifikan sekali dan ke Indonesia luar biasa hebat dengan PDB perkapita naik dua kali lipat. Pengentasan kemiskinan turun 11%, inflasi dikontrol,” ujarnya di Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10/2018).
Kendati rupiah melemah, Lagarde mengungkapkan, hal tersebut berlaku sama seperti mata uang negara lain yang bahkan dinilai pelemahannya lebih dalam dibanding dengan mata uang Garuda. “Nilai tukar rupiah terdepresiasi, tapi juga yang lain seperti Australia dan Selandia Baru dalam artian sama dengan nilai serupa,” katanya.
Selain itu, Bos IMF itu menjelaskan, kondisi perbankan di Indonesia juga masih dalam kondisi sehat, serta rasio utang luar negeri Indonesia berada di level yang bagus dengan kebijakan tepat. “Struktur dan solidaritas perbankan terstruktur, terus kita lihat rekam jejaknya (utang luar negeri pemerintah) 17% per PDB. Utang dan aturan fiskal ini adalah rekaman sejarah yang bagus,” pungkasnya.
“Ada peningkatan signifikan sekali dan ke Indonesia luar biasa hebat dengan PDB perkapita naik dua kali lipat. Pengentasan kemiskinan turun 11%, inflasi dikontrol,” ujarnya di Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10/2018).
Kendati rupiah melemah, Lagarde mengungkapkan, hal tersebut berlaku sama seperti mata uang negara lain yang bahkan dinilai pelemahannya lebih dalam dibanding dengan mata uang Garuda. “Nilai tukar rupiah terdepresiasi, tapi juga yang lain seperti Australia dan Selandia Baru dalam artian sama dengan nilai serupa,” katanya.
Selain itu, Bos IMF itu menjelaskan, kondisi perbankan di Indonesia juga masih dalam kondisi sehat, serta rasio utang luar negeri Indonesia berada di level yang bagus dengan kebijakan tepat. “Struktur dan solidaritas perbankan terstruktur, terus kita lihat rekam jejaknya (utang luar negeri pemerintah) 17% per PDB. Utang dan aturan fiskal ini adalah rekaman sejarah yang bagus,” pungkasnya.
(akr)