Tekan Kerugian Pascapanen Ikan Lewat Innovation Challenge
A
A
A
JAKARTA - Tiap tahun kerugian pascapanen ikan segar yang dialami Indonesia mencapai 25% (data Dalberg, 2017). Kalau kehilangan makanan ini diubah menjadi nutrisi yang hilang, setiap tahunnya masyarakat Indonesia kehilangan hingga 16.500-27.500 metrik ton protein ikan.
Hal ini menjadi perhatian utama I-PLAN (Indonesia-Postharvest Loss Alliance for Nutrition), sebuah program khusus yang dirancang untuk mengurangi hilangnya nutrisi di sepanjang rantai pasokan pangan, besutan organisasi non-profit GAIN (Global Alliance for Improved Nutrition). Menurut Ravi Menon, Country Manager GAIN untuk Indonesia, kerugian pasca-panen ikan segar ini disebabkan oleh banyak faktor.
“Sebagian besar makanan bergizi tersebut terbuang karena rendahnya penerapan pascapanen yang baik. Saat ini, teknologi yang tepat untuk menyimpan, memasarkan, dan mendistribusikan ikan masih dirasa kurang di Indonesia. Akibatnya, kualitas ikan untuk konsumsi masyarakat lokal pun terbilang masih sangat rendah,” papar Ravi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (15/10/3018).
Padahal, menurut Ravi, ikan adalah bagian penting dari sumber makanan pokok, tidak hanya untuk protein hewani. Tetapi juga sebagai sumber mikronutrien, mineral dan asam lemak esensial. “Hitungannya, 100 gr ikan tongkol, misalnya, mengandung 56% asupan protein yang direkomendasikan untuk orang dewasa, dan 100% untuk anak usia 4-9 tahun,” tutur Ravi.
Guna mengatasi permasalahan pascapanen pasokan ikan segar di Indonesia tersebut, program I-PLAN yang bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan disokong Kementerian Kelautan dan Perikanan mengadakan program kompetisi tingkat nasional bertajuk “Innovation Challenge”. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Innovation Factory dan NTUitive.
Kompetisi Innovation Challeng ini diusung untuk mencari 10 finalis yang memiliki ide teknologi atau inovasi baru yang dapat diadopsi oleh pelaku rantai pasokan ikan segar lokal. Tentunya demi mengurangi Post-Harvest Loss (PHL) atau kerugian pascapangan, yang umumnya menimpa beberapa titik kritis seperti tempat pendaratan ikan, transportasi dan distribusi, pengecer di pasar dan penjual pinggir jalan, sistem penyimpanan kecil, dan bahan alternatif pengganti es.
“Kami mencari solusi dan inovasi yang dapat mencakup titik kritis lokasi pendaratan ikan hingga sampai ke tangan konsumen. Ini untuk memastikan bahwa ikan segar yang dijual berkualitas baik, aman, dan bergizi untuk konsumsi lokal," paparnya seraya mengatakan, tidak hanya untuk daerah perkotaan, tapi juga untuk masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan atau terpencil, terutama di daerah pegunungan atau perbukitan.
"Di daerah-daerah yang sulit dijangkau tersebut, biasanya ikan segar laut sangat jarang tersedia, atau dijual dengan harga yang relatif tinggi,” tambah Ravi.
Tinnike Lie, Regional Community Development untuk Innovation Factory, mengatakan, pihaknya membuka kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat yang ingin mengikuti Innovation Challenge.
“Kami menyasar pihak-pihak yang memangku kepentingan cold chain, mulai dari industri, pemasok, asosiasi, hingga distributor atau sektor swasta yang ingin berkontribusi dalam menanggulangi masalah kerugian pangan yang signifikan ini. Kompetisi ini juga terbuka untuk mahasiswa, UMKM, researchers, dan siapa saja yang memiliki ide untuk mengurangi permasalahan pasca-panen ikan segar untuk pasar domestik," sebut Tinneke.
Pendaftaran kompetisi akan resmi dibuka pada 11 Oktober 2018 dengan batas pengajuan aplikasi terakhir pada tanggal 16 November 2018. Lomba menyediakan hadiah total sebesar Rp350 juta untuk 5-10 pemenang. Para pemenang juga berkesempatan untuk mendapatkan grant dengan nilai total Rp1 miliar untuk melakukan uji coba prototype di Surabaya dan Probolinggo.
Selanjutnya, kompetisi ini juga akan mengikutsertakan peserta terpilih ke dalam program Lean Launchpad Programme, sebuah program 8 minggu yang berfokus pada uji coba pasar dan komersialisasi. Acara ini merupakan dukungan bagi pemenang untuk dapat mengimplementasikan ide dan produk mereka langsung ke masyarakat. Calon peserta dapat langsung mendaftarkan ide mereka ke http://iplanchallenge.com/ dengan menyertakan profile perusahaan atau rencana bisnis (business plan).
Hal ini menjadi perhatian utama I-PLAN (Indonesia-Postharvest Loss Alliance for Nutrition), sebuah program khusus yang dirancang untuk mengurangi hilangnya nutrisi di sepanjang rantai pasokan pangan, besutan organisasi non-profit GAIN (Global Alliance for Improved Nutrition). Menurut Ravi Menon, Country Manager GAIN untuk Indonesia, kerugian pasca-panen ikan segar ini disebabkan oleh banyak faktor.
“Sebagian besar makanan bergizi tersebut terbuang karena rendahnya penerapan pascapanen yang baik. Saat ini, teknologi yang tepat untuk menyimpan, memasarkan, dan mendistribusikan ikan masih dirasa kurang di Indonesia. Akibatnya, kualitas ikan untuk konsumsi masyarakat lokal pun terbilang masih sangat rendah,” papar Ravi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (15/10/3018).
Padahal, menurut Ravi, ikan adalah bagian penting dari sumber makanan pokok, tidak hanya untuk protein hewani. Tetapi juga sebagai sumber mikronutrien, mineral dan asam lemak esensial. “Hitungannya, 100 gr ikan tongkol, misalnya, mengandung 56% asupan protein yang direkomendasikan untuk orang dewasa, dan 100% untuk anak usia 4-9 tahun,” tutur Ravi.
Guna mengatasi permasalahan pascapanen pasokan ikan segar di Indonesia tersebut, program I-PLAN yang bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan disokong Kementerian Kelautan dan Perikanan mengadakan program kompetisi tingkat nasional bertajuk “Innovation Challenge”. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Innovation Factory dan NTUitive.
Kompetisi Innovation Challeng ini diusung untuk mencari 10 finalis yang memiliki ide teknologi atau inovasi baru yang dapat diadopsi oleh pelaku rantai pasokan ikan segar lokal. Tentunya demi mengurangi Post-Harvest Loss (PHL) atau kerugian pascapangan, yang umumnya menimpa beberapa titik kritis seperti tempat pendaratan ikan, transportasi dan distribusi, pengecer di pasar dan penjual pinggir jalan, sistem penyimpanan kecil, dan bahan alternatif pengganti es.
“Kami mencari solusi dan inovasi yang dapat mencakup titik kritis lokasi pendaratan ikan hingga sampai ke tangan konsumen. Ini untuk memastikan bahwa ikan segar yang dijual berkualitas baik, aman, dan bergizi untuk konsumsi lokal," paparnya seraya mengatakan, tidak hanya untuk daerah perkotaan, tapi juga untuk masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan atau terpencil, terutama di daerah pegunungan atau perbukitan.
"Di daerah-daerah yang sulit dijangkau tersebut, biasanya ikan segar laut sangat jarang tersedia, atau dijual dengan harga yang relatif tinggi,” tambah Ravi.
Tinnike Lie, Regional Community Development untuk Innovation Factory, mengatakan, pihaknya membuka kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat yang ingin mengikuti Innovation Challenge.
“Kami menyasar pihak-pihak yang memangku kepentingan cold chain, mulai dari industri, pemasok, asosiasi, hingga distributor atau sektor swasta yang ingin berkontribusi dalam menanggulangi masalah kerugian pangan yang signifikan ini. Kompetisi ini juga terbuka untuk mahasiswa, UMKM, researchers, dan siapa saja yang memiliki ide untuk mengurangi permasalahan pasca-panen ikan segar untuk pasar domestik," sebut Tinneke.
Pendaftaran kompetisi akan resmi dibuka pada 11 Oktober 2018 dengan batas pengajuan aplikasi terakhir pada tanggal 16 November 2018. Lomba menyediakan hadiah total sebesar Rp350 juta untuk 5-10 pemenang. Para pemenang juga berkesempatan untuk mendapatkan grant dengan nilai total Rp1 miliar untuk melakukan uji coba prototype di Surabaya dan Probolinggo.
Selanjutnya, kompetisi ini juga akan mengikutsertakan peserta terpilih ke dalam program Lean Launchpad Programme, sebuah program 8 minggu yang berfokus pada uji coba pasar dan komersialisasi. Acara ini merupakan dukungan bagi pemenang untuk dapat mengimplementasikan ide dan produk mereka langsung ke masyarakat. Calon peserta dapat langsung mendaftarkan ide mereka ke http://iplanchallenge.com/ dengan menyertakan profile perusahaan atau rencana bisnis (business plan).
(akr)