Ini Sasaran dari Peta Jalan Pengembangan Industri Fashion Muslim

Rabu, 17 Oktober 2018 - 06:04 WIB
Ini Sasaran dari Peta Jalan Pengembangan Industri Fashion Muslim
Ini Sasaran dari Peta Jalan Pengembangan Industri Fashion Muslim
A A A
JAKARTA - Setidaknya ada empat sasaran jangka panjang dalam peta jalan pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) fashion muslim yang tengah dicanangkan pemerintah dan pelaku industri. Salah satunya, Indonesia menjadi kiblat fashion muslim dunia pada 2020 yang sudah ditargetkan sejak 2010.

Direktur Jendral Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih optimistis akan pencapaian target tersebut. Sebab, Indonesia unggul dari segi model dibanding negara pesaingnya seperti Turki dan Bangladesh. "Terlihat dari keterlibatan desainer kita di panggung internasional," ujar Gati di Jakarta, Selasa (16/10/2018).

Sasaran kedua adalah Indonesia menjadi tiga besar eksportir fashion muslim ke negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Saat ini, menurut State of The Global Islamic Economic 2017-2018. Indonesia masih berada di urutan ke-10 dengan nilai USD366 juta, turun dari posisi enam di tahun 2013, disalip Vietnam, Uni Emirat Arab dan Kamboja. Pada 2020, ditargetkan peningkatan ekspor ke negara OKI menjadi USD2 miliar.

Sasaran berikutnya, industri fashion muslim nasional menguasai pangsa pasar dalam negeri. Konsumsi domestik untuk fashion muslim 90% dipenuhi dari industri dalam negeri yang sekarang baru tercapai kurang dari 50%. Terakhir, industri ini mampu menjadi kontributor dalam pembangunan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.

Sementara itu, untuk sasaran jangka menengah, setidaknya ada enam aspek yang harus tercapai. Dari segi SDM, meningkatnya jumlah dan kompetensi SDM kreatif di sepanjang rantai nilai industri fashion muslim dengan memaksimalkan peran universitas, bisnis dan asosiasi.

Kedua, industri fashion muslim nasional menjadi andalan di pasar ekspor dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri serta kemampuan dalam diversifikasi produk.

Selain itu, Gati menambahkan, terbentuknya pusat desain dan inovasi, proses produksi, pemasaran dengan memanfaatkan teknologi industri 4.0. Terjadinya forward dan backward linkage dalam rantai nilai industri fashion untuk menghasilkan nilai tambah yang tinggi.

Tidak kalah penting, terbentuknya ekosistem bisnis dan ekosistem kebutuhan konsumen melalui cobranding dan comarketing. "Terakhir, terciptanya kemudahan akses dan pembiayaan dari lembaga keuangan bank maupun bukan bank serta kemudahan berinvestasi," tandasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1328 seconds (0.1#10.140)