Berisiko, Pembangunan PLTN Dinilai Perlu Dikaji Ulang

Jum'at, 19 Oktober 2018 - 04:15 WIB
Berisiko, Pembangunan PLTN Dinilai Perlu Dikaji Ulang
Berisiko, Pembangunan PLTN Dinilai Perlu Dikaji Ulang
A A A
JAKARTA - Wacana pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di dalam negeri dinilai perlu dikaji ulang. Selain butuh biaya tinggi, posisi Indonesia yang berada di cincin api pasifik (Pacific ring of fire) juga menimbulkan risiko tersendiri.

Pengamat dan praktisi energi Herman Darnel Ibrahim mengatakan, bahwa jika Indonesia tetap membangun PLTN ini bisa menggerus devisa kedepannya. Sebab, pembangunan dari keselurahan PLTN ini menurutnya membutuhkan biaya yang cukup tinggi.

"Jadi tipikal investasi di Indonesia itu biasanya investasi yang kecil dan kalau dari 100 mw perlu 7 miliar. Ini sebesar 1,5 miliar dan ada potensi kerugiaan kedepan dan devisa kita bisa tergerus," ujar dalam diskusi "Pro-Kontra Penggunaan Energi Nuklir di Indonesia" di Jakarta, Kamis (18/10/2018).

Menurutnya, lebih baik Indonesia menyimpan batu bara yang melimpah dibandingkan terus di ekspor ke negara lain. Sebab, penggunaan batu bara bisa memberikan dampak yang positif dalam perekonomian Indonesia.

"Mending kita meningkatkan ekspolorasinya batu bara dan gas dan ini dua-dua murah. Yang sebenarnya dibangun itu dimana hentikan ekspornya dimana batu bara lebih banyak di simpan untuk kedepannya. Pengurasan Sumber Daya Alam," jelasnya.

Sebagai informasi, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) siap jika diperintah untuk mengoperasionalkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Saat ini sumber daya manusia (SDM) sudah siap karena sudah dipersiapkan sejak 20 tahun lalu, namun mereka masih menunggu keputusan pemerintah.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5804 seconds (0.1#10.140)