Industri Obat Tradisional Didorong Berproduksi Secara Modern

Kamis, 25 Oktober 2018 - 18:02 WIB
Industri Obat Tradisional Didorong Berproduksi Secara Modern
Industri Obat Tradisional Didorong Berproduksi Secara Modern
A A A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memacu industri obat tradisional agar terus memanfaatkan teknologi digital guna membangun pabrik manufaktur yang modern seiring dengan bergulirnya era revolusi industri 4.0.

Upaya strategis ini bertujuan untuk semakin meningkatkan efisiensi dan produktivitas sehingga mampu menghasilkan produk yang berkualitas serta makin kompetitif di pasar dalam dan luar negeri.

"Di era industri 4.0 ini ditandai mulainya interaksi antara human dengan machine, kemudian machine to machine communication, serta teknologi artificial intelligence yang dapat meningkatkan efisiensi. Kalau di berbagai sektor industri, efisiensi ini bisa mencapai 99%," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto melalui siaran pers, Kamis (25/1/2018).

Menurut Menperin, saat ini industri obat tradisional tengah diprioritaskan pengembangannya agar bisa menjadi sektor unggulan dalam memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Hingga kini, terdapat 1.247 industri jamu yang terdiri dari 129 industri obat tradisional (IOT) dan selebihnya termasuk golongan Usaha Menengah Obat Tradisional (UMOT) dan Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT).

Industri obat tradisional telah menyerap tenaga kerja sebanyak 15 juta orang, di mana 3 juta orang di antaranya terserap di industri jamu yang berfungsi sebagai obat dan 12 juta lainnya terserap di industri jamu yang telah berkembang ke arah makanan, minuman, kosmetika, spa, dan aromaterapi.

"Salah satu andalan di industri 4.0 adalah sektor farmasi, kimia dan biokimia. Kelompok industri tersebut masuk dalam kluster wellness, yang sekarang jadi andalan beberapa negara besar seperti Jepang dan Korea, yang juga meliputi industri herbal, jamu dan kosmetika," paparnya.

Di Indonesia, industri kosmetika merupakan sektor manufaktur yang mengalami pertumbuhan pesat lantaran di dukung pasar domestik yang besar. "Industri kosmetika di dalam negeri, tumbuhnya double digit," ujar Airlangga.

Sementara industri farmasi juga berpotensi tumbuh signifkan, terutama karena adanya program BPJS yang jumlah pesertanya lebih dari 180 juta orang.
Karena itu, pemerintah bertekad untuk terus menciptakan iklim usaha yang kondusif agar geliat industri semakin bergairah dengan melakukan peningkatan investasi maupun ekspansi di Indonesia. Ini sekaligus mendongkrak daya saing industri obat tradisional supaya menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6502 seconds (0.1#10.140)