Penuhi Selera Pasar, Kunci Pengusaha Furnitur Dongkrak Ekspor
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menegaskan, kunci untuk meningkatkan ekspor furnitur adalah dengan mengikuti dan memenuhi selera pasar. Menurutnya ketersediaan bahan baku untuk memproduksi furnitur di Indonesia merupakan kelebihan yang tidak dimiliki oleh negara lain.
“Untuk merebut dan memenangkan pasar global produk furnitur, para pengusaha harus mengikuti dan memenuhi selera pasar. Jika para pengusaha mampu menyesuaikn selera pasar, maka produk- produknya akan banyak diminati para pembeli. Kelebihan bahan baku yang menjadi kekuatan produksi furnitur Indonesia ini harus didukung dengan nilai tambah produk,” ujar Mendag Enggar di Jakarta.
Pada kesempatan tersebut, Mendag Enggar juga mengajak para pelaku industri furnitur yang tergabung dalam Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajianan Indonesia (ASMINDO) untuk saling bertukar pikiran guna memajukan ekspor, khususnya ke pasar-pasar nontradisional seperti Afrika, Euroasia, Timur Tengah, Asia Selatan termasuk ke tetangga dekat ASEAN. Pemerintah akan memfasilitasi para pelaku usaha dengan membuka pasar baru melalui perjanjian perdagangan dengan negara-negara lain.
“Pemerintah memiliki kewajiban untuk memfasilitasi para pelaku usaha untuk meningkatkan ekspor produk-produk unggulan Indonesia. Sinergi Pemerintah dan para pelaku usaha penting untuk dilakukan agar target ekspor bisa tercapai,” jelasnya.
Lebih lanjut, Mendag menyatakan yakin bahwa pertumbuhan ekspor furnitur akan terus meningkat. Pasalnya, bahwa produk furnitur yang diproduksi secara massal juga dapat menunjang aspek presisi dan efisiensi sehingga memiliki harga yang bersaing di pasaran. "Selain bahan baku kita melimpah, Indonesia memiliki kelebihan dalam aspek ‘rasa’ dan hasil karya perajin Indonesia telah diakui dunia," katanya.
Data pada 2017 mencatat nilai ekspor furnitur kayu, rotan, dan bambu sebesar USD1,36 miliar. Adapun pada 2018 hingga Agustus, ekspor furnitur tercatat sebesar USD1,09 miliar atau meningkat 2,75% dibandingkan periode yang sama di tahun 2017.
“Untuk merebut dan memenangkan pasar global produk furnitur, para pengusaha harus mengikuti dan memenuhi selera pasar. Jika para pengusaha mampu menyesuaikn selera pasar, maka produk- produknya akan banyak diminati para pembeli. Kelebihan bahan baku yang menjadi kekuatan produksi furnitur Indonesia ini harus didukung dengan nilai tambah produk,” ujar Mendag Enggar di Jakarta.
Pada kesempatan tersebut, Mendag Enggar juga mengajak para pelaku industri furnitur yang tergabung dalam Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajianan Indonesia (ASMINDO) untuk saling bertukar pikiran guna memajukan ekspor, khususnya ke pasar-pasar nontradisional seperti Afrika, Euroasia, Timur Tengah, Asia Selatan termasuk ke tetangga dekat ASEAN. Pemerintah akan memfasilitasi para pelaku usaha dengan membuka pasar baru melalui perjanjian perdagangan dengan negara-negara lain.
“Pemerintah memiliki kewajiban untuk memfasilitasi para pelaku usaha untuk meningkatkan ekspor produk-produk unggulan Indonesia. Sinergi Pemerintah dan para pelaku usaha penting untuk dilakukan agar target ekspor bisa tercapai,” jelasnya.
Lebih lanjut, Mendag menyatakan yakin bahwa pertumbuhan ekspor furnitur akan terus meningkat. Pasalnya, bahwa produk furnitur yang diproduksi secara massal juga dapat menunjang aspek presisi dan efisiensi sehingga memiliki harga yang bersaing di pasaran. "Selain bahan baku kita melimpah, Indonesia memiliki kelebihan dalam aspek ‘rasa’ dan hasil karya perajin Indonesia telah diakui dunia," katanya.
Data pada 2017 mencatat nilai ekspor furnitur kayu, rotan, dan bambu sebesar USD1,36 miliar. Adapun pada 2018 hingga Agustus, ekspor furnitur tercatat sebesar USD1,09 miliar atau meningkat 2,75% dibandingkan periode yang sama di tahun 2017.
(akr)