Stunting Bayangi Anak-anak Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Kekerdilan atau stunting masih membayangi anak-anak Indonesia. Jika tidak ditangani dengan baik maka dapat mengancam kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang, susu masuk ke dalam kelompok lauk-pauk sumber protein bersama ikan, telur, unggas, daging, dan kacang-kacangan serta olahannya seperti tahu dan tempe.
Ahli gizi Marudut Sitompul mengatakan, susu merupakan pangan yang kaya zat gizi, sehingga dibutuhkan untuk pelengkap dari makanan. Gizi yang terdapat dalam segelas susu dapat memberi manfaat bagi manusia dalam setiap tahap kehidupannya.
"Pada periode 1.000 hari pertama kehidupan, tahap tumbuh kembang yang sangat penting dalam menentukan sumber daya manusia di masa yang akan datang adalah pembentukan jaringan otak," ujarnya di Jakarta, Jumat (2/11/2018).
Selain itu, Marudut menyampaikan, protein yang berkualitas baik diperlukan untuk membentuk protein otak. Susu memasok protein dan lemak, sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi.
"Pada masa kanak-kanak, susu dapat memasok energi untuk aktivitas sehari-hari serta protein dan kalsium untuk pertumbuhan yang optimal," kata Marudut.
Sementara, berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada 2013, sebanyak 37% dari anak-anak berusia di bawah 5 tahun atau sekitar 9 juta anak Indonesia mengalami stunting. Populasi stunting terbesar terdapat di Nusa Tenggara Timur dan Papua Barat.
Maka itu, lanjut Marudut, nutrisi menjadi salah satu faktor terpenting dalam mengatasi permasalahan ini. Asupan gizi yang memadai menjadi keharusan bagi para ibu hamil.
"Jika tidak, hal ini berpotensi menyebabkan rendahnya kualitas kelahiran, termasuk bayi dengan berat badan rendah sehingga proses pertumbuhannya dapat terhambat," tutur dia.
Menurut Marudut, para bayi yang baru lahir juga perlu dipastikan menerima asupan gizi yang baik. Dengan demikian, proses tumbuh dan kembang mereka selama golden age dapat optimal.
"Selain sebagai sumber protein yang baik untuk tumbuh kembang anak, kandungan kalsium pada susu baik untuk pertumbuhan tulang," pungkasnya.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang, susu masuk ke dalam kelompok lauk-pauk sumber protein bersama ikan, telur, unggas, daging, dan kacang-kacangan serta olahannya seperti tahu dan tempe.
Ahli gizi Marudut Sitompul mengatakan, susu merupakan pangan yang kaya zat gizi, sehingga dibutuhkan untuk pelengkap dari makanan. Gizi yang terdapat dalam segelas susu dapat memberi manfaat bagi manusia dalam setiap tahap kehidupannya.
"Pada periode 1.000 hari pertama kehidupan, tahap tumbuh kembang yang sangat penting dalam menentukan sumber daya manusia di masa yang akan datang adalah pembentukan jaringan otak," ujarnya di Jakarta, Jumat (2/11/2018).
Selain itu, Marudut menyampaikan, protein yang berkualitas baik diperlukan untuk membentuk protein otak. Susu memasok protein dan lemak, sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi.
"Pada masa kanak-kanak, susu dapat memasok energi untuk aktivitas sehari-hari serta protein dan kalsium untuk pertumbuhan yang optimal," kata Marudut.
Sementara, berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada 2013, sebanyak 37% dari anak-anak berusia di bawah 5 tahun atau sekitar 9 juta anak Indonesia mengalami stunting. Populasi stunting terbesar terdapat di Nusa Tenggara Timur dan Papua Barat.
Maka itu, lanjut Marudut, nutrisi menjadi salah satu faktor terpenting dalam mengatasi permasalahan ini. Asupan gizi yang memadai menjadi keharusan bagi para ibu hamil.
"Jika tidak, hal ini berpotensi menyebabkan rendahnya kualitas kelahiran, termasuk bayi dengan berat badan rendah sehingga proses pertumbuhannya dapat terhambat," tutur dia.
Menurut Marudut, para bayi yang baru lahir juga perlu dipastikan menerima asupan gizi yang baik. Dengan demikian, proses tumbuh dan kembang mereka selama golden age dapat optimal.
"Selain sebagai sumber protein yang baik untuk tumbuh kembang anak, kandungan kalsium pada susu baik untuk pertumbuhan tulang," pungkasnya.
(ven)