Airlangga Ingin Kawinkan Furnitur Cirebon dan Industri Rotan Palu

Selasa, 06 November 2018 - 06:27 WIB
Airlangga Ingin Kawinkan Furnitur Cirebon dan Industri Rotan Palu
Airlangga Ingin Kawinkan Furnitur Cirebon dan Industri Rotan Palu
A A A
JAKARTA - Industri furnitur dan kerajinan menjadi salah satu prioritas nasional karena memiliki ketersediaan bahan baku mencukupi di Indonesia. Seperti kayu, rotan dan bahan alami lainnya. Karena itu, dalam rangka meningkatkan ekspor industri furnitur, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ingin memperbaiki iklim usaha di sektor ini.

"Kinerja ekspor industri furnitur serta peranan Indonesia dalam ekspor furnitur dunia harus ditingkatkan lagi," kata Airlangga Hartarto dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin (5/11/2018).

Terang dia, kinerja ekspor furnitur di Indonesia masih relatif kecil dibandingkan dengan potensi bahan baku yang ada. Seperti diketahui, Indonesia merupakan penghasil 85% bahan baku rotan dunia. Daerah penghasil rotan terbesar di Indonesia, berada di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra. Dari 306 jenis rotan, saat ini baru 51 jenis yang termanfaatkan.

Untuk itu, pemerintah berupaya mengoptimalkan potensi industri furnitur dan kerajinan melalui beberapa kebijakan, di antaranya dengan mendirikan Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu di lokasi Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah.

Peningkatan kapasitas SDM terampil juga dilakukan dengan Program Pendidikan Vokasi yang link and match antara SMK dengan industri. "Mari sama-sama kita dongkrak industri ini karena pasarnya terbuka luas," ajaknya.

Untuk itu, Airlangga menyampaikan kepada para pengusaha mebel rotan di Cirebon serta Ketua dan Pengurus Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) bahwa potensi bahan baku rotan di Palu, Sulawesi Tengah harus dimanfaatkan optimal. Terlebih Kemenperin telah membangun fasilitas Pusat Inovasi Rotan Nasional (PIRNas) yang berlokasi di Kawasan Industri Palu.

"Kita mengajak industri furnitur yang ada di Cirebon ke Palu untuk melihat sumber bahan baku dan minta sebagian proses awal produksi dipindahkan ke Palu," jelasnya.

PIRNas yang telah diresmikan dan beroperasi sejak 2014 ditujukan sebagai basis pengembangan rotan nasional, khususnya untuk desain dan teknologi produksi produk rotan. PIRNas juga dilengkapi dengan mesin-mesin dengan teknologi baru serta gudang penyimpanan produk. Dengan fasilitas yang ada, industri dari Cirebon dapat memanfaatkan fasilitas tersebut untuk memproduksi komponen di lokasi yang dekat dengan bahan baku.

"Industri dari Cirebon tinggal bawa pekerja dan mesin lain yang dibutuhkan, nanti di sini tinggal perakitan dan finishing. Dengan begitu, Cirebon bisa menjadi bagian dari rekonstruksi Palu," tambahnya.

Strategi ini,diharapkan memperkuat kembali poros Palu-Cirebon sebagai pusat bahan baku dan pusat industri furnitur rotan. Dengan demikian, masyarakat di Palu yang dekat dengan bahan baku juga bisa merasakan hasil industri rotan.

Sebagai informasi, ekspor industri furnitur di tahun 2015 mencapai USD1,71 miliar, pada 2016 turun menjadi USD1,61 miliar, dan sebesar USD1,63 miliar pada 2017. Sementara itu, nilai perdagangan furnitur dunia berdasarkan data CSIL sebesar USD130 miliar pada 2015, USD131 miliar di tahun 2016, dan USD138 miliar di 2017.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7973 seconds (0.1#10.140)