Mantan Penasihat Ekonomi Trump Ingatkan Dampak Perang Tarif
A
A
A
SINGAPURA - Mantan Penasihat Ekonomi Utama Gedung Putih yakni Gary Cohn memperingatkan, bahwa perang dagang antara Beijing dan Washington bakal berdampak terhadap pajak yang tidak diinginkan kepada konsumen Amerika. Meski Ia mengaku setuju dengan langkah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menurunkan tarif pajak perusahaan AS.
Tetapi menurutnya tarif tinggi Amerika Serikat terhadap produk-produk impor asal China sama dengan pajak konsumsi. Seperti diketahui AS dan China telah terlibat dalam pertempuran perdagangan selama berbulan-bulan. Tercatat, kedua negera sudah memberlakukan beberapa putaran tarif bea impor tinggi terhadap satu sama lain. Bahkan Trump mengancam bakal menerapkan tarif lebih besar lagi ke depannya.
Berbicara di Singapura terhadap BBC, Cohn telah memperingatkan bahwa perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia hanya akan melukai kantong banyak konsumen Amerika yang pada gilirannya akan berdampak kepada ekonomi AS.
"Kami bukan ekonomi manufaktur. Jadi apabila warga AS dapat membeli produk dengan harga murah, mereka memiliki lebih banyak uang untuk dibelanjakan untuk barang-barang. Begitu mereka membelanjakan dan dapat mengambil uang tambahan yang mereka miliki dibandingkan mereka menyimpan. Kita memang butuh tingkat suku bunga lebih tinggi di AS," paparnya.
"Saya melihat tarif sedikit sebagau pajak konsumsi dan kami tidak ingin membebani konsumen ketika mereka akan membelanjakan pendapatan sekali pakai pada apa yang kami hasilkan, yaitu layanan," sambung Cohn.
Lebih lanjut Cohn menerangkan, bahwa Trump memiliki gagasan yang jelas tentang apa yang ingin Ia capai dalam negosiasi perdagangan lebih lanjut dengan China. "Presiden punya gayanya sendiri, dia punya taktik," kata mantan penasihat itu.
"Orang-orang telah menanyakan keputusannya sepanjang waktu. Tapi dia, bergerak maju dalam perdagangan, bergerak maju untuk melindungi perusahaan-perusahaan AS, bergerak maju untuk melindungi pekerja AS. Dia paham itulah yang pada akhirnya harus dia lakukan," ungkap dia.
Cohn dan Trump sendiri diyakini tidak memiliki kedekatan antara satu sama lain, tetapi mantan eksekutif Goldman Sachs yang berusia 57 tahun itu turut membantu Presiden melalui reformasi pajak akhir tahun lalu. Lantas kepergian Cohn dari Gedung Putih diumumkan pada bulan Maret, menambah serangkaian keberangkatan petinggi lainnya.
Tetapi menurutnya tarif tinggi Amerika Serikat terhadap produk-produk impor asal China sama dengan pajak konsumsi. Seperti diketahui AS dan China telah terlibat dalam pertempuran perdagangan selama berbulan-bulan. Tercatat, kedua negera sudah memberlakukan beberapa putaran tarif bea impor tinggi terhadap satu sama lain. Bahkan Trump mengancam bakal menerapkan tarif lebih besar lagi ke depannya.
Berbicara di Singapura terhadap BBC, Cohn telah memperingatkan bahwa perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia hanya akan melukai kantong banyak konsumen Amerika yang pada gilirannya akan berdampak kepada ekonomi AS.
"Kami bukan ekonomi manufaktur. Jadi apabila warga AS dapat membeli produk dengan harga murah, mereka memiliki lebih banyak uang untuk dibelanjakan untuk barang-barang. Begitu mereka membelanjakan dan dapat mengambil uang tambahan yang mereka miliki dibandingkan mereka menyimpan. Kita memang butuh tingkat suku bunga lebih tinggi di AS," paparnya.
"Saya melihat tarif sedikit sebagau pajak konsumsi dan kami tidak ingin membebani konsumen ketika mereka akan membelanjakan pendapatan sekali pakai pada apa yang kami hasilkan, yaitu layanan," sambung Cohn.
Lebih lanjut Cohn menerangkan, bahwa Trump memiliki gagasan yang jelas tentang apa yang ingin Ia capai dalam negosiasi perdagangan lebih lanjut dengan China. "Presiden punya gayanya sendiri, dia punya taktik," kata mantan penasihat itu.
"Orang-orang telah menanyakan keputusannya sepanjang waktu. Tapi dia, bergerak maju dalam perdagangan, bergerak maju untuk melindungi perusahaan-perusahaan AS, bergerak maju untuk melindungi pekerja AS. Dia paham itulah yang pada akhirnya harus dia lakukan," ungkap dia.
Cohn dan Trump sendiri diyakini tidak memiliki kedekatan antara satu sama lain, tetapi mantan eksekutif Goldman Sachs yang berusia 57 tahun itu turut membantu Presiden melalui reformasi pajak akhir tahun lalu. Lantas kepergian Cohn dari Gedung Putih diumumkan pada bulan Maret, menambah serangkaian keberangkatan petinggi lainnya.
(akr)