Rupiah Menguat Pertanda Keyakinan Investor Meningkat
A
A
A
JAKARTA - Penguatan rupiah yang terjadi beberapa hari terakhir menunjukkan keyakinan pemegang dana internasional, baik institusi maupun individual semakin meningkat. Hal tersebut tercermin oleh arus masuk dana ke pasar uang dalam negeri yang terus meningkat.
"Di samping itu, kemenangan Partai Demokrat di DPR AS memberikan pengaruh cukup signifikan terhadap ekspektasi kebijakan Trump yang tentu saja tidak semulus sebelumnya," kata ekonom dari Universitas Gadjah Mada, Muhammad Eddy saat dihubungi Kamis (8/11/2018). Selain itu juga, temperatur pasar rupiah saat ini sangat likuid dan ruang penguatan rupiah masih terbuka lebar.
Dia memaparkan, dalam financial economics jikalau sebuah instrumen turunnya melemah cepat, maka akan kembali naik dengan segera. Demikian juga jika turun melambat, maka akan kembali menguatnya dengan lambat pula.
"Terjadi juga arus dana masuk yang cukup besar ke saham dan Surat Berharga Negara (SBN). Ditambah dengan faktor fundamental ekonomi dalam negeri yang sesungguhnya kuat, maka pemegang dana kembali lagi energetik terhadap rupiah," papar Eddy.
Menurutnya, Bank Indonesia dibantu oleh 3 pilar KSSK yang lain perlu mengambil momentum yang sangat berharga ini dengan semakin menunjukkan komitmen untuk selalu berada di pasar dan memberi ruang yang sangat lebar terhadap apresiasi rupiah.
"Seluruh stakeholder, baik itu dari sisi regulator, perbankan, kadin (pengusaha dan konglomerat) mesti bersama-sama pasang badan terhadap rupiah yang sudah kelihatan membaik ini," ungkapnya.
Global Head of Currency Strategy & Market Research FXTM, Jameel Ahmad, menuturkan hasil pemilu paruh waktu yang menentukan bahwa Partai Demokrat akan mengendalikan Dewan Perwakilan sementara Partai Republik menguasai Senat tidak menimbulkan banyak volatilitas di pasar finansial.
Menurut dia, investor sudah cukup memperkirakan hasil ini sehingga tidak banyak kegelisahan untuk investor. "Saat ini kami melihat tekanan jangka pendek terhadap USD, namun kita tidak tahu berapa lama ini akan bertahan. Hal ini bergantung pada apakah perubahan kekuasaan dapat memengaruhi penegakan legislasi kebijakan Trump," katanya.
"Di samping itu, kemenangan Partai Demokrat di DPR AS memberikan pengaruh cukup signifikan terhadap ekspektasi kebijakan Trump yang tentu saja tidak semulus sebelumnya," kata ekonom dari Universitas Gadjah Mada, Muhammad Eddy saat dihubungi Kamis (8/11/2018). Selain itu juga, temperatur pasar rupiah saat ini sangat likuid dan ruang penguatan rupiah masih terbuka lebar.
Dia memaparkan, dalam financial economics jikalau sebuah instrumen turunnya melemah cepat, maka akan kembali naik dengan segera. Demikian juga jika turun melambat, maka akan kembali menguatnya dengan lambat pula.
"Terjadi juga arus dana masuk yang cukup besar ke saham dan Surat Berharga Negara (SBN). Ditambah dengan faktor fundamental ekonomi dalam negeri yang sesungguhnya kuat, maka pemegang dana kembali lagi energetik terhadap rupiah," papar Eddy.
Menurutnya, Bank Indonesia dibantu oleh 3 pilar KSSK yang lain perlu mengambil momentum yang sangat berharga ini dengan semakin menunjukkan komitmen untuk selalu berada di pasar dan memberi ruang yang sangat lebar terhadap apresiasi rupiah.
"Seluruh stakeholder, baik itu dari sisi regulator, perbankan, kadin (pengusaha dan konglomerat) mesti bersama-sama pasang badan terhadap rupiah yang sudah kelihatan membaik ini," ungkapnya.
Global Head of Currency Strategy & Market Research FXTM, Jameel Ahmad, menuturkan hasil pemilu paruh waktu yang menentukan bahwa Partai Demokrat akan mengendalikan Dewan Perwakilan sementara Partai Republik menguasai Senat tidak menimbulkan banyak volatilitas di pasar finansial.
Menurut dia, investor sudah cukup memperkirakan hasil ini sehingga tidak banyak kegelisahan untuk investor. "Saat ini kami melihat tekanan jangka pendek terhadap USD, namun kita tidak tahu berapa lama ini akan bertahan. Hal ini bergantung pada apakah perubahan kekuasaan dapat memengaruhi penegakan legislasi kebijakan Trump," katanya.
(ven)