Peternak Lokal Pertanyakan Rekomendasi Impor Jagung
A
A
A
JAKARTA - Peternak lokal mengatakan, polemik impor jagung yang mencuat dinilai kontra produktif karena mengajukan rekomendasi namun menyangkal kelangkaan jagung di pasaran. Forum Peternak Layer Nasional mengungkapkan, ada keanehan ketika peternak diimbau untuk meningkatkan produksi agar tidak perlu melakukan impor daging maupun telur ayam tas.
“Kita menggugat ketidakadilan untuk memenuhi kebutuhan kami. Masak untuk hal yang segenting ini, yang menyangkut kepentingan nasional, sudah hampir seminggu buat rekomendasi impor saja nggak turun-turun” keluh Presidium Forum Peternak Layer Nasional, Ki Musbar Mesdi kepada media di Jakarta.
Sambung dia mengingatkan, dengan harga jagung saat ini sudah ada yang mencapai Rp5.800 per kilogram, ancaman naiknya harga telur yang merupakan salah satu sumber protein utama nasional di bulan Desember semakin pasti. Soalnya biaya jagung berkontribusi 50% dari total biaya produksi pakan. “Nanti Desember harga bisa Rp40 ribu. Karena dari farmgrade Rp30 ribu,” paparnya.
Lantaran hal tersebut, Ia mendesak agar surat rekomendasi impor dapat segera diturunkan. Tidak dapat disanggah, menurutnya para peternak layer membutuhkan kejelasan suplai jagung sampai akhir tahun nanti. Terus berulangnya kejadian kelangkaan jagung pun membuat paternal memandang hal ini tidak diantisipasi yang merupakan rutinitas tahunan ini.
Pasalnya, terang dia tiap tahun pada kisaran bulan Juli hingga Oktober, harga jagung memang biasa naik. Ki Musbar pun bingung dengan pernyataan impor 50 sampai dengan 100 ribu ton dalam rekomendasi merupakan jumlah yang sangat kecil. Di mana angka tersebut tidak bisa dipandang bahwa stok jagung nasional mengalami kondisi defisit. “Itu katanya jumlah kecil. Padahal, Ditjen Tanaman Pangan mencari 1.000 ton saja sampai 14 hari. Itu di Blitar,” tukas Ki Musbar lagi.
Sebaliknya, dalam sidak pagi di Pasar Beras Cipinang, Menteri Pertanian Amran Sulaiman terus menegaskan, impor jagung 100 ribu ton bukan karena tidak ada produksi. Sebab faktanya Ia mengklaim, Kementan sudah sukses menyetop impor jagung sebanyak 3,7 juta ton.
Adanya impor jagung 100 ribu ton menjelang akhir tahun ini sekadar untuk menjaga kestabilan harga. Ini juga merupakan respons dari demo hampir 2 juta peternak di Blitar yang mengatakan mahalnya jarga jagung. “Sebentar lagi kita panen raya lagi ini sebagai pengendali saja. Jangan judulnya pemerintah impor 100 ribu ton, titik,” tegas Amran di Cipinang, Kamis (8/11) kemarin.
Sebelumnya Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menegaskan, keputusan mengimpor 100 ribu ton dalam rakortas berdasarkan rekomendasi dari Kementan. Ia pun meminta Mentan Amran tidak membelokkan fakta tersebut.
“Jangan menyalahkan yang lain. Kalau harga naik itu ada yang kurang, sederhana saja. Surplus itu besar sekali angkanya, 13 juta ton. Tapi buktinya, harga naik terus. Apa kesimpulannya? Kamu simpulkan sendiri," ketus Darmin kepada wartawan, Rabu (7/11) malam.
Ia menceritakan, pihaknya sempat mempertanyakan rekomendasi impor yang diminta Kementan. Kementan mengeles bahwa rekomendasi dibuat karena sudah ada banyak protes akan mahalnya jagung di pasaran. “(Saya minta) buat surat dong, jangan nanti tiba-tiba nggak mengaku," ujar Darmin lagi.
“Kita menggugat ketidakadilan untuk memenuhi kebutuhan kami. Masak untuk hal yang segenting ini, yang menyangkut kepentingan nasional, sudah hampir seminggu buat rekomendasi impor saja nggak turun-turun” keluh Presidium Forum Peternak Layer Nasional, Ki Musbar Mesdi kepada media di Jakarta.
Sambung dia mengingatkan, dengan harga jagung saat ini sudah ada yang mencapai Rp5.800 per kilogram, ancaman naiknya harga telur yang merupakan salah satu sumber protein utama nasional di bulan Desember semakin pasti. Soalnya biaya jagung berkontribusi 50% dari total biaya produksi pakan. “Nanti Desember harga bisa Rp40 ribu. Karena dari farmgrade Rp30 ribu,” paparnya.
Lantaran hal tersebut, Ia mendesak agar surat rekomendasi impor dapat segera diturunkan. Tidak dapat disanggah, menurutnya para peternak layer membutuhkan kejelasan suplai jagung sampai akhir tahun nanti. Terus berulangnya kejadian kelangkaan jagung pun membuat paternal memandang hal ini tidak diantisipasi yang merupakan rutinitas tahunan ini.
Pasalnya, terang dia tiap tahun pada kisaran bulan Juli hingga Oktober, harga jagung memang biasa naik. Ki Musbar pun bingung dengan pernyataan impor 50 sampai dengan 100 ribu ton dalam rekomendasi merupakan jumlah yang sangat kecil. Di mana angka tersebut tidak bisa dipandang bahwa stok jagung nasional mengalami kondisi defisit. “Itu katanya jumlah kecil. Padahal, Ditjen Tanaman Pangan mencari 1.000 ton saja sampai 14 hari. Itu di Blitar,” tukas Ki Musbar lagi.
Sebaliknya, dalam sidak pagi di Pasar Beras Cipinang, Menteri Pertanian Amran Sulaiman terus menegaskan, impor jagung 100 ribu ton bukan karena tidak ada produksi. Sebab faktanya Ia mengklaim, Kementan sudah sukses menyetop impor jagung sebanyak 3,7 juta ton.
Adanya impor jagung 100 ribu ton menjelang akhir tahun ini sekadar untuk menjaga kestabilan harga. Ini juga merupakan respons dari demo hampir 2 juta peternak di Blitar yang mengatakan mahalnya jarga jagung. “Sebentar lagi kita panen raya lagi ini sebagai pengendali saja. Jangan judulnya pemerintah impor 100 ribu ton, titik,” tegas Amran di Cipinang, Kamis (8/11) kemarin.
Sebelumnya Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menegaskan, keputusan mengimpor 100 ribu ton dalam rakortas berdasarkan rekomendasi dari Kementan. Ia pun meminta Mentan Amran tidak membelokkan fakta tersebut.
“Jangan menyalahkan yang lain. Kalau harga naik itu ada yang kurang, sederhana saja. Surplus itu besar sekali angkanya, 13 juta ton. Tapi buktinya, harga naik terus. Apa kesimpulannya? Kamu simpulkan sendiri," ketus Darmin kepada wartawan, Rabu (7/11) malam.
Ia menceritakan, pihaknya sempat mempertanyakan rekomendasi impor yang diminta Kementan. Kementan mengeles bahwa rekomendasi dibuat karena sudah ada banyak protes akan mahalnya jagung di pasaran. “(Saya minta) buat surat dong, jangan nanti tiba-tiba nggak mengaku," ujar Darmin lagi.
(akr)