Ini Biang Kerok Harga Jagung Kerap Melambung
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) Sholahuddin meminta pemerintah membenahi manajemen stok jagung nasional. Pembenahan perlu dilakukan agar tak lagi terjadi kekurangan stok yang mengakibatkan harga mahal.
Sholahuddin mengatakan, sejatinya petani bisa memenuhi kebutuhan stok jagung secara nasional. Namun, kelemahannya, 60% produksi jagung dihasilkan di periode Oktober-Maret, sehingga terjadi penumpukan produksi di bulan Februari- Maret.
"Manajemen stok yang masih kurang bagus sehingga kebutuhan ini tidak bisa memenuhi secara kontinu di setiap bulan, khususnya di akhir tahun seperti ini," ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Rabu (24/11/2021).
Ia menjelaskan, kondisi agroklimatologi (interaksi antara klimatologi dan ilmu pertanian untuk mengetahui pengaruh cuaca) pada tanaman jagung 60% berada di lahan kering yang hanya mengandalkan musim hujan. Tak pelak, pada musim hujan semua petani menanam sehingga ketika panen tidak ada manajemen stok yang mampu menampungnya.
"Ini harus ada peran Bulog, peran pemerintah untuk bagaimana bisa mengaturnya. Dulu ada sistem resi gudang yang sudah mau dikembangkan, tapi nyatanya tidak bisa menampung jagung petani, karena luasan area kami 60% ada di periode Oktober-Maret," terangnya.
Sholahuddin mengatakan, sejatinya petani bisa memenuhi kebutuhan stok jagung secara nasional. Namun, kelemahannya, 60% produksi jagung dihasilkan di periode Oktober-Maret, sehingga terjadi penumpukan produksi di bulan Februari- Maret.
"Manajemen stok yang masih kurang bagus sehingga kebutuhan ini tidak bisa memenuhi secara kontinu di setiap bulan, khususnya di akhir tahun seperti ini," ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Rabu (24/11/2021).
Ia menjelaskan, kondisi agroklimatologi (interaksi antara klimatologi dan ilmu pertanian untuk mengetahui pengaruh cuaca) pada tanaman jagung 60% berada di lahan kering yang hanya mengandalkan musim hujan. Tak pelak, pada musim hujan semua petani menanam sehingga ketika panen tidak ada manajemen stok yang mampu menampungnya.
"Ini harus ada peran Bulog, peran pemerintah untuk bagaimana bisa mengaturnya. Dulu ada sistem resi gudang yang sudah mau dikembangkan, tapi nyatanya tidak bisa menampung jagung petani, karena luasan area kami 60% ada di periode Oktober-Maret," terangnya.
(uka)