Berharap Palapa Ring Hadirkan Peluang Baru di Era Disrupsi Teknologi

Kamis, 15 November 2018 - 22:24 WIB
Berharap Palapa Ring...
Berharap Palapa Ring Hadirkan Peluang Baru di Era Disrupsi Teknologi
A A A
JAKARTA - Suasana di dalam aula gedung Green Office Park (GOP) 9 BSD City cukup "panas". Meski seluruh pendingin udara dinyalakan, tapi tak mengurangi rasa "panas" yang berasal dari semangat ratusan anak muda peserta seminar. Sesi tanya jawab pun disambut antusias anak-anak muda yang hadir. Ronny Gani, Senior Animator Film Avengers: Infinity War, Rini Sugianto, Senior Animator Film The Hobbit: The Desolation of Smaug menjadi pembicara di acara itu.

Juga ada Andre Surya, CG Artist Film Transformers: Revenge of the Fallen dan Denny Ertanto Digital Compositor Film: War for the Planet of The Apes. Acara itu juga menghadirkan lead animator dalam Assassin’s Creed Games, dan Kevin Herjono, ahli special effect dan 3D yang telah menangani berbagai proyek di Hollywood Amerika Serikat seperti film Deadpool, Avengers dan sejumlah film terkenal lainnya.

Antusiasme kalangan muda itu membuktikan bahwa teknologi kini menjadi bagian yang tak terlepaskan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Kegiatan itu sendiri dimaksudkan untuk mendukung program pemerintah menjadikan Indonesia sebagai negara dengan perekonomian kreatif terbesar di Asia. Juga menjadi ajang edukasi dan networking bagi stakeholder industri animasi lokal tentang daya tarik industri animasi digital dan kontribusinya terhadap perekonomian negara di masa depan. Sebab, di era ekonomi baru yang ditandai dengan disrupsi di berbagai bidang ini, menggunakan cara-cara lama dan hanya mengandalkan kekuatan di masa lalu tidak akan cukup.

"Besarnya market digital masyarakat Indonesia saat ini merupakan peluang yang mendukung berkembangnya dunia kreatif digital di Indonesia, khususnya di bidang animasi. Animasi memiliki potensi emas apabila di dukung dengan fasilitas dan edukasi yang memadai," ujar Irawan Harahap, pakar digital yang juga Project Leader Digital Hub sebuah perusahaan swasta nasional.

Era disrupsi teknologi perlu diantisipasi dengan melakukan transformasi digital. Selain itu, inovasi dinilai menjadi kunci agar generasi mendatang bisa mengantisipasi cepatnya perkembangan teknologi. "Inovasi dan dukungan pemerintah sangat diperlukan untuk menciptakan peluang baru mengantisipasi era disrupsi teknologi," tegasnya, Kamis (15/11/2018).

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi yang memungkinkan kreasi animasi menjadi lebih canggih dan hidup, menurut tim Research & Markets, tren pasar untuk Global Animation, VFX & Games diproyeksikan akan mencapai USD270 milliar di tahun 2020. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik untuk generasi muda Indonesia mengambil bagian dan berperan dalam industri ini.

"Kami melihat bahwa anak muda Indonesia memiliki potensi dalam memanfaatkan teknologi untuk sukses dalam kesempatan karir baru seperti dalam bidang animasi, khususnya animasi CGI," kata Rini Hasbi, Consumer Marketing Manager, Intel Asia Pacific and Japan Territory.

Salah satu peserta seminar, Andi Irmansyah mengungkapkan, saat ini yang dibutuhkan adalah akses internet berkecepatan tinggi. "Tentu untuk mendukung kegiatan atau pekerjaan membutukan akses internet yang cepat," tegasnya. Tak hanya di pulau Jawa saja, kata dia, tapi di seluruh Indonesia, mengingat digitalisasi kini sudah mencakup seluruh wilayah Tanah Air.

Andi juga memberikan apresisasi atas upaya pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam membangun Tol Informasi untuk konektivitas di seluruh Indonesia melalui Palapa Ring. "Itu tentu bagus ya, karena kita bisa bekerja dimana saja. Misalnya saat saya bepergian ke Papua atau Maluku, masih bisa akses internet dan bekerja dengan cepat. Tidak seperti sekarang yang kadang jaringan internet sering putus," paparnya.

Yang penting, lanjut dia, tarif internet sama di seluruh Indonesia. "Kalau tarifnya murah di seluruh Indonesia, tentu akan membantu kami-kami yang sedang merintis usaha," harapnya.

Proyek Palapa Ring merupakan salah satu upaya pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam mewujudkan Nawacita ke-3. Dengan Palapa Ring, pemerintah akan memperkuat daerah-daerah hingga pedesaan dengan jaringan internet berkecapatan tinggi. Palapa Ring merupakan proyek infrastruktur telekomunikasi berupa pembangunan serat optik di seluruh Indonesia sepanjang 36.000 kilometer.

Proyek itu terdiri atas tujuh lingkar kecil serat optik (untuk wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, dan Maluku) dan satu backhaul untuk menghubungkan semuanya. Dari data Kementerian Komunikasi dan Informatika, jumlah wilayah yang sudah disentuh jaringan 4G LTE yakni 423 kabupaten, 5.303 kecamatan dan 61.700 desa.

Pemerintah sendiri menaruh perhatian serius pada disrupsi teknologi yang sedang berlangsung. Apalagi Indonesia juga sudah memasuki era industri 4.0 yang ditandai dengan otomasi, adaptasi teknologi dan peran internet sebagai pendukung utama industri.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara menilai, faktor utama transformasi industri dalam menghadapi era digital bukan pada masalah adopsi teknologi, namun yang paling menentukan adalah perubahan pola pikir.

"Yang mengubah kita adalah pola pikir, setelah mau berubah baru kita cari tools nya, dan teknologi sebagai salah satu opsi. Bukan teknologi yang menjadi patokan kita bertransformasi," jelas Rudiantara saat berbicara dalam Konferensi Inovasi GDP Venture ICON 2018 "Transform Now". Perubahan pola pikir, kata dia, harus disertai dengan kemampuan melihat jauh ke depan. Sehingga, yang dibutuhkan adalah transformasi proses bisnis.

Rudiantara mengungkapkan, pemerintah telah mengambil langkah untuk mendorong dan mengakselerasi pertumbuhan industri di dunia digital. Salah satunya dengan program Digital Talent.

Mengutip hasil riset yang dipublikasikan McKinsey Report, hingga 2025, setiap tahunnya dibutuhkan sekitar 300 ribu-500 ribu digital talent. Pemerintah menggandeng beberapa korporasi besar seperti Microsoft, Cisco, dan Google, untuk menciptakan 20 ribu digital talent dalam waktu cepat.

Tahun ini merupakan pilot project dari target besar pemerintah untuk menciptikan ratusan ribu digital talent di Tanah Air. Dengan menggandeng perusahaan global itu, targetnya perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak lagi kesulitan mencari sumber daya manusia (SDM) dari dalam negeri yang mampu menguasai teknologi di era revolusi industri 4.0.

Menkominfo mengungkapkan, pelatihan pembentukan digital talent tersebut bisa diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari tingkat pendidikan SMA hingga Sarjana. Namun, ada syaratnya, yakni usianya belum melebihi usia 29 tahun. Bahkan, di masa depan, batasan usia akan dibuat lebih muda lagi agar digital talent yang dimiliki bangsa Indonesia seluruhnya merupakan generasi muda.

Bidang keahlian teknologi yang diberikan seperti artificial intelligence (AI), big data analytics, cyber security, internet of things (IoT) dan semua teknologi baru untuk menyambut era industri 4.0.

"Pembentukan digital talent dari kalangan generasi muda merupakan upaya pemerintah mengembangkan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia Tanah Air sehingga ke depannya Indonesia dapat memenuhi semua aspek kualifikasi teknis maupun kualitas keahlian," paparnya.

Tahun ini, merupakan tahap uji coba dengan seribu kuota bekerja sama dengan lima perguruan tinggi di Jawa. Rudiantara menegaskan, tahun depan pemerintah menargetkan minimal ada satu dari 4 Unicorn Indonesia yang mencapai status Decacorn. "Indonesia sudah dilirik di peta digital dunia. Kita punya 4 unicorn, kita terus dorong, agar tahun depan ada yang jadi Decacorn," katanya.

Generasi muda harus terus memacu kreativitas dan terus berinovasi dalam menghadapi era disrupsi yang penuh tantangan demi menciptakan pasar dan teknologi baru. Di Indonesia, tantangan terbesar dalam era disrupsi teknologi sekarang ini adalah mendorong masyakat agar memiliki semangat berinovasi berdasarkan knowledge based economy. Karena itu, agar mampu bersaing, maka dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang kreatif dan inovatif.

Berdasarkan kajian McKinsey dan hasil diskusi World Economic Forum (WEF), ada tujuh jenis pekerjaan yang akan tetap eksis di era digital. Di antaranya bidang teknologi komunikasi, industri kreatif, profesional, manajer, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan konstruksi. Karena itu,masyarakat diimbau agar bisa mencari peluang baru di era digital ini. Meski demikian, Menkominfo meminta masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapi era revolusi industri 4.0.

"Caranya, dengan mempelajari dan memaksimalkan manfaat dari industri-industri baru yang muncul akibat disrupsi teknologi," katanya. Misalnya, dengan memanfaatkan e-commerce sebagai tempat untuk menciptakan peluang-peluang baru di sektor perdagangan barang maupun jasa.

Dukungan Kementerian Komunikasi dan Informatika agar generasi muda Indonesia mampu bersaing di ekosistem digital juga ditunjukkan dengan menggelar Republic of Internet of Things (RIoT) bekerja sama dengan Makestro sebagai komunitas pengembang IoT Indonesia. Penyelenggaraan RIoT 2018 yang bertajuk Makers Make Nation ini merupakan salah satu bentuk dukungan pemerintah terhadap implementasi Internet of Things di Indonesia dalam menghadapi Indonesia Siap 4.0.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan, pemerintah terus berupaya menjalankan fungsi sebagai fasilitator dan akselerator, dengan mendukung Industri IoT agar dapat menjadi isu nasional. Sebab, selama ini, pemerintah hanya kelihatan fokus kepada start up digital. Padahal di belakang startup digital ada industri pendukung IoT.

Menurut Semuel, Kementerian Kominfo bekerja sama dengan kementerian, lembaga dan stakeholders lainnya untuk menciptakan markets pace bagi para indutstri pendukung IoT. "Pemerintah ingin menyediakan maker space agar komunitas IoT tumbuh pesat. Apabila kita menghadirkan peluang besar bagi anak-anak muda berkarya, tentu akan menghadirkan beragam solusi lewat IoT," paparnya.

Roy Sembel dari IPMI International Business School dalam publikasinya mengungkapkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan disiapkan dalam menghadapi era disrupsi teknologi. Yang pertama adalah transformasi brainware. Yakni dengan membangun kapasitas human capital. "Perusahaan memerlukan sumber daya manusia dengan hard skills dan soft skills yang sesuai dengan pekerjaannya," tuturnya.

Hal kedua yang harus dilakukan yakni melakukan transformasi software. Dalam hal ini transformasi pada organisasi dan cara kerjanya. "Kebanyakan perusahaan besar telah membangun organisasi birokratis yang berlapis-lapis sehingga pengambilan keputusan relatif lama. Di tengah perubahan yang serba cepat, diperlukan organisasi dan cara kerja yang fleksibel, cepat dalam mengambil keputusan dan bertindak," paparnya.

Transformasi hardware, interface atau marketware juga harus dilakukan. Tak hanya perangkat keras seperti komputer, gadget dan lainnya, tapi juga teknologi seperti big data analytics untuk menyediakan produk dan jasa yang tepat sesuai kebutuhan dan keinginan konsumen. Sebuah entitas bisnis perlu memanfaatkan teknologi yang tepat agar mampu bersaing.

Transformasi operating system atau culture ware dilakukan dengan mengacu kepada model bisnis yang digunakan. "Di era ekonomi digital saat ini, perusahaan transportasi online tidak perlu memiliki kendaraan untuk berhasil. Perusahaan layanan reservasi hotel tidak perlu memiliki hotel untuk berhasil (dalam bisnisnya)," paparnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1913 seconds (0.1#10.140)