Danareksa Harap Kebijakan BI Menaikkan Suku Bunga Bisa Menjinakkan CAD
A
A
A
JAKARTA - Kepala Riset dan Strategi PT Danareksa Sekuritas, Helmy Kristanto, mengatakan kebijakan Bank Indonesia yang kembali menaikkan suku bunga 7-Day Reverse Repo (7DRR) sebesar 25 bps menjadi 6%, merupakan langkah tepat.
"Kenaikan suku bunga acuan ini sebagai upaya untuk mengatasi CAD (current account deficit/defisit transaksi berjalan) lebih lanjut, terutama dengan memburuknya defisit perdagangan pada Oktober yang melonjak menjadi USD1,8 miliar, jauh di atas ekspektasi," ujarnya dalam WhatsApp yang diterima SINDOnews, Jumat (16/11/2018).
Kenaikan suku bunga BI baru-baru ini, sambung Helmy, juga mengulangi posisi di depan kurva dan proaktif. Selain kenaikan suku bunga, BI juga mengubah kebijakan Reserve Requirement Ratio (RRR) untuk lebih meningkatkan fleksibilitas dalam mengelola likuiditas sistem perbankan.
Bank sentral dan pemerintah akan tetap dengan koordinasi kebijakan mereka untuk menjinakkan CAD dan mengharapkan CAD untuk moderat di bawah 3% dari PDB pada akhir tahun sebelum jatuh lebih lanjut ke sekitar 2,5% pada tahun 2019.
Selain itu, dengan jatuhnya harga minyak baru-baru ini, impor minyak dan gas yang merupakan penyebab utama dari neraca perdagangan yang lebih buruk dari yang diperkirakan, semestinya menjadi moderat.
"Kenaikan suku bunga acuan ini sebagai upaya untuk mengatasi CAD (current account deficit/defisit transaksi berjalan) lebih lanjut, terutama dengan memburuknya defisit perdagangan pada Oktober yang melonjak menjadi USD1,8 miliar, jauh di atas ekspektasi," ujarnya dalam WhatsApp yang diterima SINDOnews, Jumat (16/11/2018).
Kenaikan suku bunga BI baru-baru ini, sambung Helmy, juga mengulangi posisi di depan kurva dan proaktif. Selain kenaikan suku bunga, BI juga mengubah kebijakan Reserve Requirement Ratio (RRR) untuk lebih meningkatkan fleksibilitas dalam mengelola likuiditas sistem perbankan.
Bank sentral dan pemerintah akan tetap dengan koordinasi kebijakan mereka untuk menjinakkan CAD dan mengharapkan CAD untuk moderat di bawah 3% dari PDB pada akhir tahun sebelum jatuh lebih lanjut ke sekitar 2,5% pada tahun 2019.
Selain itu, dengan jatuhnya harga minyak baru-baru ini, impor minyak dan gas yang merupakan penyebab utama dari neraca perdagangan yang lebih buruk dari yang diperkirakan, semestinya menjadi moderat.
(ven)