Tekan Harga Naik, Tim Pengendali Inflasi Daerah Rutin Operasi Pasar
A
A
A
BANDUNG - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Barat (Jabar) bakal rutin menggelar operasi pasar melalui bazaar murah untuk menekan kenaikan harga. Bazaar murah bakal digelar pada sejumlah daerah di Jabar hingga pertengahan Desember 2018.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Barat Doni P. Joewono mengatakan, dalam rangka mengendalikan tingkat inflasi di penghujung tahun 2018, BI bekerjasama dengan TPID kabupaten/kota akan menyelenggarakan bazar murah. Kegiatan pengendalian inflasi ini untuk mengendalikan tingkat harga volatile food yang memiliki andil cukup besar dalam inflasi tahunan.
“Penyelenggaraan bazaar murah dilakukam di empat kota. Yaitu Bandung, Bogor, Depok dan Bekasi. Untuk bazaar ini, kami bekerja sama dengan Pemkot dan distribution center seperti Bulog, distributor telur di masing-masing kota dan lainnya,” kata Doni, Jumat (16/11).
Bazaar murah akan digelar secara berkala. Untuk 15 hingga 16 November 2018 digelar di Bandung, Bekasi, Bogor, dan Depok. Kemudian 19 November 2018 di Bandung dan Depok, 26 sampai dengan 27 November 2018 di Bandung, Bekasi, Bogor, dan Depok, 17-18 Desember 2018 di Bandung, Bekasi, Bogor, dan Depok.
Komoditas yang ditawarkan pada saat bazaar murah merupakan komoditas penyumbang inflasi. Seperti telur ayam ras, daging ayam ras, daging sapi, bawang merah, cabai rawit, cabai merah, beras premium, serta komoditas hortikultura, khususnya jeruk, wortel, dan bayam.
Lebih lanjut dia menjelaskan, berdasarkan hasil asesmen yang dilaporkan dalam Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah KPw BI Provinsi Jawa Barat bulan Oktober 2018, inflasi Jawa Barat sampai dengan Oktober 2018 telah mencapai 2,69% (ytd).
Sementara sasaran inflasi nasional 2018 adalah 3,5±1%, maka ruang kebijakan inflasi Jawa Barat sampai dengan akhir tahun hanya sebesar 0,81%. Berdasarkan data historis 2015-2017, akumulasi inflasi Jawa Barat untuk bulan November hingga Desember mencapai maksimal 1%.
“Dari sisi penawaran barang, bahwa memasuki bulan November, terdapat beberapa komoditas yang patut diwaspadai pergerakan harganya. Utamanya komoditas pangan yang masuk dalam volatile food seperti cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan beras,” jelas dia.
Sementara mulai masuknya musim penghujan juga ditengarai dapat mempengaruhi hasil panen dari beberapa komoditas hortikultura. Seperti jeruk, bayam, dan wortel. Di mana komoditas hortikultura tersebut memiliki andil yang cukup besar pada inflasi Jawa Barat bulan Oktober 2018.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Barat Doni P. Joewono mengatakan, dalam rangka mengendalikan tingkat inflasi di penghujung tahun 2018, BI bekerjasama dengan TPID kabupaten/kota akan menyelenggarakan bazar murah. Kegiatan pengendalian inflasi ini untuk mengendalikan tingkat harga volatile food yang memiliki andil cukup besar dalam inflasi tahunan.
“Penyelenggaraan bazaar murah dilakukam di empat kota. Yaitu Bandung, Bogor, Depok dan Bekasi. Untuk bazaar ini, kami bekerja sama dengan Pemkot dan distribution center seperti Bulog, distributor telur di masing-masing kota dan lainnya,” kata Doni, Jumat (16/11).
Bazaar murah akan digelar secara berkala. Untuk 15 hingga 16 November 2018 digelar di Bandung, Bekasi, Bogor, dan Depok. Kemudian 19 November 2018 di Bandung dan Depok, 26 sampai dengan 27 November 2018 di Bandung, Bekasi, Bogor, dan Depok, 17-18 Desember 2018 di Bandung, Bekasi, Bogor, dan Depok.
Komoditas yang ditawarkan pada saat bazaar murah merupakan komoditas penyumbang inflasi. Seperti telur ayam ras, daging ayam ras, daging sapi, bawang merah, cabai rawit, cabai merah, beras premium, serta komoditas hortikultura, khususnya jeruk, wortel, dan bayam.
Lebih lanjut dia menjelaskan, berdasarkan hasil asesmen yang dilaporkan dalam Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah KPw BI Provinsi Jawa Barat bulan Oktober 2018, inflasi Jawa Barat sampai dengan Oktober 2018 telah mencapai 2,69% (ytd).
Sementara sasaran inflasi nasional 2018 adalah 3,5±1%, maka ruang kebijakan inflasi Jawa Barat sampai dengan akhir tahun hanya sebesar 0,81%. Berdasarkan data historis 2015-2017, akumulasi inflasi Jawa Barat untuk bulan November hingga Desember mencapai maksimal 1%.
“Dari sisi penawaran barang, bahwa memasuki bulan November, terdapat beberapa komoditas yang patut diwaspadai pergerakan harganya. Utamanya komoditas pangan yang masuk dalam volatile food seperti cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan beras,” jelas dia.
Sementara mulai masuknya musim penghujan juga ditengarai dapat mempengaruhi hasil panen dari beberapa komoditas hortikultura. Seperti jeruk, bayam, dan wortel. Di mana komoditas hortikultura tersebut memiliki andil yang cukup besar pada inflasi Jawa Barat bulan Oktober 2018.
(akr)