Buang Strategi Lama, Arcandra Sebut Jual Blok Migas Butuh Inovasi
A
A
A
JAKARTA - Wakil Menteri (Wamen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menegaskan, bahwa dalam menjual blok minyak dan gas bumi (migas) diperlukan inovasi, tidak hanya terpaku dengan strategi lama yang sudah tidak relevan yang membuat investor enggan untuk berinvestasi di sektor migas Indonesia.
Strategi marketing juga perlu diterapkan bukan hanya gambar-gambar scientific dan data-data saja yang ditampilkan kepada calon investor yang pada akhirnya tidak tertarik menanamkan investasinya di sektor migas.
"Cara-cara yang dilakukan untuk menjual blok migas itu jangan hanya gambar-gambar scientific, namun harus memasukkan unsur marketing juga. Cara lama itu belum menstimulasi orang untuk berpikir lebih untuk berinvestasi, perlu dicari cara untuk memasarkan blok-blok migas kita, jangan hanya menampilkan data scientific saja, belum pada step selanjutnya data yang untuk menjualnya," ujar Arcandra di Seminar Berburu Lapangan Migas Baru di Indonesia.
Arcandra berharap akan ada inovasi baru dalam menjual blok migas karena pola kerjasama model lama terbukti kurang efektif. "Harapan saya, pola kerja yang selama ini telah kita lakukan harus diubah, karena cara-cara lama terbukti kurang efektif dalam menjual blok-blok migas, untuk itu kita harus temukan cara-cara baru, ide-ide, inovasi-inovasi perlu dilakukan agar kita medapatkan hasil seperti yang kita harapkan yakni menjual blok migas, bukan menjual data," tambah Arcandra.
Inovasi dan ide-ide baru untuk memasarkan blok migas harus dilakukan agar calon investor tertarik untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Salah satu inovasi menjual blok migas yang sudah dan sedang dilakukan Pemerintah adalah skema kerjasama Gross Split menggantikan skema production sharring contract (PSC).
"Dalam pertemuan Ministerial Energy Meeting ASEAN dua minggu lalu di Singapura, beberapa negara ASEAN menyatakan sangat tertarik dengan rezim fiskal kita yang baru, Gross Split itu. Mereka ingin belajar tentang Gross Split ini, karena mereka anggap pemikirannya ini sangat progresif. Ini salah satunya. Jika dibandingkan dengan negara lain sepertinya kita berpikir satu langkah kedepan, dan hasilnya kita bisa lihat sekarang, kita punya Komiten Kerja Pasti, blok kita laku sudah 11 dan ini kenyataan, fakta," pungkas Arcandra.
Strategi marketing juga perlu diterapkan bukan hanya gambar-gambar scientific dan data-data saja yang ditampilkan kepada calon investor yang pada akhirnya tidak tertarik menanamkan investasinya di sektor migas.
"Cara-cara yang dilakukan untuk menjual blok migas itu jangan hanya gambar-gambar scientific, namun harus memasukkan unsur marketing juga. Cara lama itu belum menstimulasi orang untuk berpikir lebih untuk berinvestasi, perlu dicari cara untuk memasarkan blok-blok migas kita, jangan hanya menampilkan data scientific saja, belum pada step selanjutnya data yang untuk menjualnya," ujar Arcandra di Seminar Berburu Lapangan Migas Baru di Indonesia.
Arcandra berharap akan ada inovasi baru dalam menjual blok migas karena pola kerjasama model lama terbukti kurang efektif. "Harapan saya, pola kerja yang selama ini telah kita lakukan harus diubah, karena cara-cara lama terbukti kurang efektif dalam menjual blok-blok migas, untuk itu kita harus temukan cara-cara baru, ide-ide, inovasi-inovasi perlu dilakukan agar kita medapatkan hasil seperti yang kita harapkan yakni menjual blok migas, bukan menjual data," tambah Arcandra.
Inovasi dan ide-ide baru untuk memasarkan blok migas harus dilakukan agar calon investor tertarik untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Salah satu inovasi menjual blok migas yang sudah dan sedang dilakukan Pemerintah adalah skema kerjasama Gross Split menggantikan skema production sharring contract (PSC).
"Dalam pertemuan Ministerial Energy Meeting ASEAN dua minggu lalu di Singapura, beberapa negara ASEAN menyatakan sangat tertarik dengan rezim fiskal kita yang baru, Gross Split itu. Mereka ingin belajar tentang Gross Split ini, karena mereka anggap pemikirannya ini sangat progresif. Ini salah satunya. Jika dibandingkan dengan negara lain sepertinya kita berpikir satu langkah kedepan, dan hasilnya kita bisa lihat sekarang, kita punya Komiten Kerja Pasti, blok kita laku sudah 11 dan ini kenyataan, fakta," pungkas Arcandra.
(akr)