Kurs Rupiah Diprediksi Sentuh Rp15.500/USD di 2019
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) diprediksi dalam Outlook Ekonomi 2019 yang dikeluarkan Center of Reform on Economics (Core) Indonesia bakal menyentuh Rp15.500/USD pada semester I/2019. Namun masih berpotensi untuk berbalik menguat pada semester selanjutnya.
Direktur Riset Core Indonesia Piter Abdullah Redjalam mengatakan, secara rata-rata tahun depan, rupiah diramal bergerak di kisaran Rp15.200-Rp15.300/USD. Tekanan global dinilai mempengaruhi pelemahan mata uang Garuda hanya pada semester I/2019. "Pada semester I masih dalam tekanan besar. Ada kesempatan menguat pada semester II," ujarnya di Jakarta, Rabu (21/11/2018).
Menurut Piter, pelemahan rupiah hingga Rp15.500/USD, tapi akan menguat pada semester II/2019 dan tetap berada di bawah asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sehingga, juga berdampak ke menipisnya cadangan devisa untuk meredam kekuatan USD.
"Dengan ini bisa kita perhatikan cadangan devisa bakal menurun. Kemudian, kenaikan suku bunga The Fed (Bank Sentral AS) akan beri tekanan ke rupiah," katanya.
Selain itu, lanjut Piter, rupiah bakal tertekan dengan kondisi jatuh tempo utang pemerintah pada 2019. Kendati demikian, jumlahnya sedikit lebih rendah dari 2018 yang merupakan puncaknya. "CAD defisit, cadangan devisa tipis, kenaikan suku bunga The Fed dan utang jatuh tempo inilah yang berpengaruh ke rupiah," pungkasnya.
Direktur Riset Core Indonesia Piter Abdullah Redjalam mengatakan, secara rata-rata tahun depan, rupiah diramal bergerak di kisaran Rp15.200-Rp15.300/USD. Tekanan global dinilai mempengaruhi pelemahan mata uang Garuda hanya pada semester I/2019. "Pada semester I masih dalam tekanan besar. Ada kesempatan menguat pada semester II," ujarnya di Jakarta, Rabu (21/11/2018).
Menurut Piter, pelemahan rupiah hingga Rp15.500/USD, tapi akan menguat pada semester II/2019 dan tetap berada di bawah asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sehingga, juga berdampak ke menipisnya cadangan devisa untuk meredam kekuatan USD.
"Dengan ini bisa kita perhatikan cadangan devisa bakal menurun. Kemudian, kenaikan suku bunga The Fed (Bank Sentral AS) akan beri tekanan ke rupiah," katanya.
Selain itu, lanjut Piter, rupiah bakal tertekan dengan kondisi jatuh tempo utang pemerintah pada 2019. Kendati demikian, jumlahnya sedikit lebih rendah dari 2018 yang merupakan puncaknya. "CAD defisit, cadangan devisa tipis, kenaikan suku bunga The Fed dan utang jatuh tempo inilah yang berpengaruh ke rupiah," pungkasnya.
(akr)