Sekolah Konglomerat Bisa Jadi Jalan UMKM Capai Kesuksesan
A
A
A
JAKARTA - Jumlah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dari tahun ke tahun terus meningkat. Potensi ini membuat seorang pengusaha Indonesia menginisiasi adanya sekolah untuk UMKM.
"Semakin banyak pengusaha UMKM adalah kabar bagus. Namun data mengatakan bahwa 80% perusahaan muda gagal berkembang. Bahkan mati sebelum tahun pertamanya," kata Mardigu, inisiator sekolah untuk UMKM dalam keterangan tertulisnya, Kamis (22/11/2018).
Mardigu mengungkapkan, ada banyak faktor yang memengaruhi sukses tidaknya UMKM. Faktor yang berpengaruh adalah pemasaran dan sumber daya manusia di dalamnya.
"Pengalaman saya 30 tahun berbisnis, saya percaya bahwa bisnis itu bukan apa yang dikerjakan, tapi siapa yang mengerjakan. Bukan apa bisnisnya, tapi siapa orang di balik bisnis itu. Itu yang terpenting," kata pemilik 32 perusahaan multinasional tersebut.
Menyadari akan persoalan tersebut, Mardigu menginisiasi sekolah khusus untuk pengusaha dan profesional. Namanya Sekolah Konglomerat. "Saya bercita-cita bisa membantu 1.000 orang pengusaha bisa menjadi konglomerat. Benar-benar konglomerat. Bisnisnya banyak dan sukses, bisa menyerap ribuan tenaga kerja lokal dan berkontribusi positif kepada masyarakat," kata dia.
Mardigu memahami bahwa pengusaha itu adalah orang-orang sibuk. Karena itu, pihaknya membuat sekolah ini hanya diadakan selama tiga hari dan pesertanya wajib menginap serta membawa laptop. Selama tiga hari full nanti, materi yang akan dibahas adalah full hardskill ilmu bisnis.
"Tiga hari adalah waktu yang cukup. Kami ajarkan semua aspek ilmu yang dibutuhkan oleh UKM untuk tumbuh seperti menata organisasi usaha, memiliki hirarki team , pengembangan SDM, who do what who get what, masalah distribusi, masalah persaingan usaha, masalah market size, masalah birokrasi negara kita bahas semuanya," tuturnya.
Dalam mengajarkan ilmu tersebut, Mardigu akan ditemani oleh lima sahabatnya yang juga para profesional dan pebisnis senior di Indonesia. Mereka adalah Aviliani (makro ekonomi, Sekretaris Komite Ekonomi Nasional), Yuswohady (Chief Executive MarkPlus, penulis 40 buku tentang Marketing), James Gwee TH (service & sales expert), Andi Kartiko (Vice President Telkomsel Cash 2014-2015), dan Handry Satriago (CEO General Electric Indonesia).
Sekolah Konglomerat ini, papar Mardigu, akan diadakan di Mercure Convention Centre, Ancol, Jakarta Utara, 7-9 Desember 2018. Ada 150 pengusaha dan profesional dari seluruh Indonesia yang bergabung di sekolah ini. “Ilmu bisnis hardskill dan network atau relasi bisnis bisa anda dapatkan secara bersamaan di sekolah ini,” pungkasnya.
"Semakin banyak pengusaha UMKM adalah kabar bagus. Namun data mengatakan bahwa 80% perusahaan muda gagal berkembang. Bahkan mati sebelum tahun pertamanya," kata Mardigu, inisiator sekolah untuk UMKM dalam keterangan tertulisnya, Kamis (22/11/2018).
Mardigu mengungkapkan, ada banyak faktor yang memengaruhi sukses tidaknya UMKM. Faktor yang berpengaruh adalah pemasaran dan sumber daya manusia di dalamnya.
"Pengalaman saya 30 tahun berbisnis, saya percaya bahwa bisnis itu bukan apa yang dikerjakan, tapi siapa yang mengerjakan. Bukan apa bisnisnya, tapi siapa orang di balik bisnis itu. Itu yang terpenting," kata pemilik 32 perusahaan multinasional tersebut.
Menyadari akan persoalan tersebut, Mardigu menginisiasi sekolah khusus untuk pengusaha dan profesional. Namanya Sekolah Konglomerat. "Saya bercita-cita bisa membantu 1.000 orang pengusaha bisa menjadi konglomerat. Benar-benar konglomerat. Bisnisnya banyak dan sukses, bisa menyerap ribuan tenaga kerja lokal dan berkontribusi positif kepada masyarakat," kata dia.
Mardigu memahami bahwa pengusaha itu adalah orang-orang sibuk. Karena itu, pihaknya membuat sekolah ini hanya diadakan selama tiga hari dan pesertanya wajib menginap serta membawa laptop. Selama tiga hari full nanti, materi yang akan dibahas adalah full hardskill ilmu bisnis.
"Tiga hari adalah waktu yang cukup. Kami ajarkan semua aspek ilmu yang dibutuhkan oleh UKM untuk tumbuh seperti menata organisasi usaha, memiliki hirarki team , pengembangan SDM, who do what who get what, masalah distribusi, masalah persaingan usaha, masalah market size, masalah birokrasi negara kita bahas semuanya," tuturnya.
Dalam mengajarkan ilmu tersebut, Mardigu akan ditemani oleh lima sahabatnya yang juga para profesional dan pebisnis senior di Indonesia. Mereka adalah Aviliani (makro ekonomi, Sekretaris Komite Ekonomi Nasional), Yuswohady (Chief Executive MarkPlus, penulis 40 buku tentang Marketing), James Gwee TH (service & sales expert), Andi Kartiko (Vice President Telkomsel Cash 2014-2015), dan Handry Satriago (CEO General Electric Indonesia).
Sekolah Konglomerat ini, papar Mardigu, akan diadakan di Mercure Convention Centre, Ancol, Jakarta Utara, 7-9 Desember 2018. Ada 150 pengusaha dan profesional dari seluruh Indonesia yang bergabung di sekolah ini. “Ilmu bisnis hardskill dan network atau relasi bisnis bisa anda dapatkan secara bersamaan di sekolah ini,” pungkasnya.
(fjo)