Neraca Perdagangan Defisit Terus, Pemerintah Kebakaran Jenggot
A
A
A
BOGOR - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa pemerintah saat ini tengah kebakaran jenggot lantaran neraca perdagangan Indonesia terus mengalami defisit. Bahkan, dalam satu tahun di 2018 ini hanya tiga kali neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti mengatakan, pada dasarnya kinerja ekspor Indonesia tidaklah buruk. Hanya saja, laju pertumbuhan ekspor kalah cepat dengan laju pertumbuhan impor.
"Pemerintah kebakaran jenggot nih, gelisah neraca perdagangannya defisit terus. Masa dalam setahun hanya tiga kali surplus. Sebetulnya kinerja ekspornya cukup bagus meningkat terus. Tapi laju pertumbuhan ekspor tidak dapat mengimbangi impornya. Impornya jauh lebih tinggi dari ekspor," katanya dalam Workshop Peningkatan Wawasan Statistik Kepada Media di Sentul, Bogor, Sabtu (24/11/2018).
Menurutnya, kinerja ekspor impor ini sangat berpengaruh pada produk domestik bruto (PDB) nasional. Oleh sebab itu, diharapkan kedepannya pertumbuhan ekspor jauh lebih tinggi daripada impor.
Yunita menjelaskan, PDB memang dipengaruhi konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga nonprofit, konsumsi pemerintah dan perubahan inventori. Namun, PDB juga dipengaruhi oleh besarnya ekspor dikurangi impor.
"Jadi amat sangat memengaruhi laju pertumbuhan ekspor terhadap impor. Maka pemrintah amat sangat mengusahakan surplus. Harusnya semakin meningkat, seharusnya," tandasnya.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti mengatakan, pada dasarnya kinerja ekspor Indonesia tidaklah buruk. Hanya saja, laju pertumbuhan ekspor kalah cepat dengan laju pertumbuhan impor.
"Pemerintah kebakaran jenggot nih, gelisah neraca perdagangannya defisit terus. Masa dalam setahun hanya tiga kali surplus. Sebetulnya kinerja ekspornya cukup bagus meningkat terus. Tapi laju pertumbuhan ekspor tidak dapat mengimbangi impornya. Impornya jauh lebih tinggi dari ekspor," katanya dalam Workshop Peningkatan Wawasan Statistik Kepada Media di Sentul, Bogor, Sabtu (24/11/2018).
Menurutnya, kinerja ekspor impor ini sangat berpengaruh pada produk domestik bruto (PDB) nasional. Oleh sebab itu, diharapkan kedepannya pertumbuhan ekspor jauh lebih tinggi daripada impor.
Yunita menjelaskan, PDB memang dipengaruhi konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga nonprofit, konsumsi pemerintah dan perubahan inventori. Namun, PDB juga dipengaruhi oleh besarnya ekspor dikurangi impor.
"Jadi amat sangat memengaruhi laju pertumbuhan ekspor terhadap impor. Maka pemrintah amat sangat mengusahakan surplus. Harusnya semakin meningkat, seharusnya," tandasnya.
(akr)