Peternak Unggas Blitar: Kebijakan Kementan Pro Rakyat

Selasa, 27 November 2018 - 19:38 WIB
Peternak Unggas Blitar: Kebijakan Kementan Pro Rakyat
Peternak Unggas Blitar: Kebijakan Kementan Pro Rakyat
A A A
JAKARTA - Peternak di seluruh Indonesia saat ini fokus beternak, sehingga tidak menghiraukan provokasi atau penggiringan opini mosi tidak percaya terhadap pemerintah karena dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas peternakan. Anggapan bahwa pemerintah tidak fokus mengelola kebijakan pertanian, baik di sisi hulu maupun di hilir yang dianggap membingungkan para peternak tersebut, terbantahkan oleh pernyataan assosiasi peternak lainnya.

Hal tersebut disampaikan beberapa peternak sebelumnya dan salah satunya, Sukarman selaku Pengurus PPRN (Paguyupan Peternak Rakyat Nasional) yang sekaligus Ketua Koperasi Putra (Koperasi Peternak Unggas Sejahtera) Blitar di Jakarta, Selasa (27/11/2018).

Sukarman mengatakan kebijakan Kementerian Pertanian selama ini, yang mereka rasakan sangat berdampak terhadap keberlangsungan usahanya. Ia sebutkan, Blitar memiliki 4.200 peternak dengan populasi ayam layer sekitar 19 juta ekor dan produksi telur mencapai 650 ton per hari.

Menurutnya, selama ini peternak di Blitar, Jawa Timur, merasa banyak dibantu oleh Kementerian Pertanian dalam hal ini Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

"Alhamdulillah dalam dua tahun terakhir ini kami banyak dibantu oleh Kementan. Saat harga telur jatuh pada 2017 hingga mencapai Rp13.500 per kilogram, Kementan langsung datang, bahkan Dirjen PKH atas instruksi Mentan Amran datang sendiri sampai 3 kali ke Blitar", sebutnya.

Sukarman menjelaskan bahwa untuk mengatasi penurunan harga telur tersebut, Kementan mengundangnya ke Jakarta dan dilibatkan dalam penyusunan kebijakan perunggasan di sektor hulu hingga terbitlah Permentan 32 tahun 2017.

"Untuk mengakomodir suara kami, Kementan merevisi Permentan sebelumnya menjadi Permentan No. 32 tahun 2017, dimana dalam Permentan tersebut diatur pembagian DOC layer, dimana peternak mandiri mendapatkan DOC 98% dan integrator cuma 2%, bahkan integrator tidak boleh menjual telur di pasar becek", ungkap Sukarman.

Lebih lanjut, ia sebutkan bahwa produksi telur sebelumnya agak jelek karena banyak ayam yang afkir, hingga harga telur setelah Lebaran kembali mengalami penurunan sekitar Rp15.500 hingga Rp16.000 per kg.

Menyikapi hal ini Dirjen PKH kembali turun ke lapangan dan mengimbau agar ayam yang sudah tidak berproduksi untuk diafkir. "Saat ini yang berproduksi adalah ayam-ayam muda dan sudah berproduksi maksimal", ungkap Sukarman.

Menurutnya, dalam dua minggu ini harga telur ayam telah membaik, yaitu berkisar antara Rp19.500 hingga Rp20.000 per kg, sebelumnya sekitar Rp16.000 per kg. "Harga saat ini sudah sesuai dengan harga acuan yang ditetapkan pemerintah melalui Permendag No 96 Tahun 2018 yakni Rp18.000 hingga Rp20.000 per kg", ucap Sukarman.

Sukarman menambahkan, jika jumlah anggota koperasinya saat ini ada 350 peternak, sedangkan anggota dari asosiasi PPRN banyak sekali. Rata-rata kepemilikan ayamnya 3.000-10.000 ekor, bahkan ada yang ratusan ribu. Ia kembali menekankan bahwa Kementan sangat membantu keberlangsungan usaha peternak-peternak kecil di Blitar dari hulu sampai hilir.

Apalagi saat ada penyakit, Tim Ditjen PKH langsung turun ke Blitar untuk melakukan investigasi dan mengambil sample, serta cepat mengatasi penyelesaian masalah penyakit tersebut.

"Saat ini kami sudah ada kerja sama juga dengan DKI Jakarta, melalui MoU yang ditandatangani antara Bupati Blitar dan Gubernur DKI Jakarta", ungkap Sukarman. Pihaknya akan mensuplai telur ayam ke Food Station sebanyak 150.000 ton hingga 200.000 ton per bulan.

Selain itu, Blitar saat ini sedang membangun kerja sama dengan Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, untuk mensuplai telur dan sebaliknya Kabupaten Majene akan mensuplai jagung ke Blitar.

Sementara itu, Rofi Ketua PPRN (Paguyuban Peternak Rakyat Nasional) Blitar menceritakan peternak Blitar sudah bertahun-tahun mencari nafkah dengan usaha ternak ayam petelur. Ia berterima kasih kepada Menteri Pertanian dan jajaranya yang selalu berusaha membantu peternak untuk terus hidup dan berkesempatan mencari nafkah serta membantu memajukan bangsa.

Blitar merupakan basis terbesar produksi unggas dan produk turunannya di tingkat nasional. Sebanyak 4.321 keluarga di sana terlibat aktif dalam peternakan unggas layer (petelur). Di sana mereka memenuhi kebutuhan pakan unggas berupa jagung dan tanaman pangan lainnya secara mandiri dari pertanian lokal.

Dari 7.600 ton produksi telur nasional, 40% dihasilkan dari Jawa Timur. Paling besar berasal dari Kabupaten Blitar, tempat Rofi dan peternak lainnya beternak ayam petelur. Hasilnya mereka manfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan sehingga taraf kehidupan mereka kian meningkat dari tahun ke tahun.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5861 seconds (0.1#10.140)