Defisit Transaksi Berjalan Jadi Penyakit Ekonomi Sejak Orde Baru
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai bahwa defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) sejatinya merupakan penyakit ekonomi di Tanah Air yang telah terjadi sejak masa orde baru. Bahkan, di masa orde baru defisit CAD pernah meningkat cukup drastis.
Dia mengatakan, jika ekonomi meningkat agak cepat maka akan terjadi defisit CAD. Selain itu, jika terjadi goncangan di dunia, maka defisit CAD juga akan meningkat. "Sejak kita mencoba melihat bahwa penyakit ekonomi kita sejak orde baru itu adalah transaksi berjalannya. Kalau ekonominya agak cepat meningkat, dia defisitnya, atau terjadi goncangan di dunia, pasti defisitnya meningkat," katanya dalam Seminar Nasional Prospek Ekonomi Indonesia 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (28/11/2018).
"Sejak awal orde baru dan di zaman orde baru pernah dua kali meningkat drastis, defisitnya di atas 4%. Saya sudah di pemerintahan lho zaman orde baru. Itu defisitnya -4% dari PDB. Terjadi tahun 1983," sambungnya.
Kala itu, pemerintah pun akhirnya membuat paket kebijakan deregulasi dan debirokratisasi secara besar-besaran. Strategi pembangunan industrialisasi diubah menjadi orientasi ekspor (export oriented). "Pokoknya kosakata yang paling laku sejak 1983 itu adalah ekspor nonmigas. Itu ekspor nonmigas baru diperhatikan," imbuh dia.
Kemudian, pada 1993-1994 neraca transaksi berjalan kembali defisit. Akhirnya, pemerintahan kala itu kembali melakukan deregulasi dan debirokratisasi hingga akhirnya defisit CAD kembali normal. Selain itu, pada periode 2013 hingga 2014 juga CAD kembali defisit cukup tinggi.
"Tahun 2013 saya masih di BI. Defisit transaksi berjalan kita itu 3,2% atau 3,3%. Itu di atas normal itu. Sehingga pada saat seperti itu outflow sedikit banyak terjadi dan rupiah melemah. Dan itu baru bisa berhenti di 2015," tuturnya.
Namun, katanya pada periode tersebut hanya neraca transaksi berjalan yang mengalami defisit. Sementara neraca transaksi modal dan finansial surplus. Menurutnya, jika CAD defisit namun neraca transaksi modal dan finansial surplus maka rupiah tidak akan melemah cukup dalam. Sebab itu artinya, aliran modal masih banyak yang masuk ke Indonesia.
"Pasangan dari defisit transaksi berjalan itu adalah neraca modal, transaksi modal dan finansial. Itu blok kedua dari neraca pembayaran. Boleh-boleh saja seperti tahun lalu defisit transaksi berjalannya USD17 miliar. Tapi surplus dari neraca modal dan finansialnya USD21 miliar. Surplus yang ini menutupi yang itu. Bertambahlah cadangan devisanya," tandasnya.
Dia mengatakan, jika ekonomi meningkat agak cepat maka akan terjadi defisit CAD. Selain itu, jika terjadi goncangan di dunia, maka defisit CAD juga akan meningkat. "Sejak kita mencoba melihat bahwa penyakit ekonomi kita sejak orde baru itu adalah transaksi berjalannya. Kalau ekonominya agak cepat meningkat, dia defisitnya, atau terjadi goncangan di dunia, pasti defisitnya meningkat," katanya dalam Seminar Nasional Prospek Ekonomi Indonesia 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (28/11/2018).
"Sejak awal orde baru dan di zaman orde baru pernah dua kali meningkat drastis, defisitnya di atas 4%. Saya sudah di pemerintahan lho zaman orde baru. Itu defisitnya -4% dari PDB. Terjadi tahun 1983," sambungnya.
Kala itu, pemerintah pun akhirnya membuat paket kebijakan deregulasi dan debirokratisasi secara besar-besaran. Strategi pembangunan industrialisasi diubah menjadi orientasi ekspor (export oriented). "Pokoknya kosakata yang paling laku sejak 1983 itu adalah ekspor nonmigas. Itu ekspor nonmigas baru diperhatikan," imbuh dia.
Kemudian, pada 1993-1994 neraca transaksi berjalan kembali defisit. Akhirnya, pemerintahan kala itu kembali melakukan deregulasi dan debirokratisasi hingga akhirnya defisit CAD kembali normal. Selain itu, pada periode 2013 hingga 2014 juga CAD kembali defisit cukup tinggi.
"Tahun 2013 saya masih di BI. Defisit transaksi berjalan kita itu 3,2% atau 3,3%. Itu di atas normal itu. Sehingga pada saat seperti itu outflow sedikit banyak terjadi dan rupiah melemah. Dan itu baru bisa berhenti di 2015," tuturnya.
Namun, katanya pada periode tersebut hanya neraca transaksi berjalan yang mengalami defisit. Sementara neraca transaksi modal dan finansial surplus. Menurutnya, jika CAD defisit namun neraca transaksi modal dan finansial surplus maka rupiah tidak akan melemah cukup dalam. Sebab itu artinya, aliran modal masih banyak yang masuk ke Indonesia.
"Pasangan dari defisit transaksi berjalan itu adalah neraca modal, transaksi modal dan finansial. Itu blok kedua dari neraca pembayaran. Boleh-boleh saja seperti tahun lalu defisit transaksi berjalannya USD17 miliar. Tapi surplus dari neraca modal dan finansialnya USD21 miliar. Surplus yang ini menutupi yang itu. Bertambahlah cadangan devisanya," tandasnya.
(akr)